#1 - Pertemuan Pertama

1.1K 184 5
                                    

Waktu cepat sekali berlalu. Padahal baru tadi rasanya Chandra melesatkan anak panah pertamanya tapi beberapa waktu kemudian pelatih sudah memintanya menepi. Waktu latihan Chandra telah selesai. Beberapa bidikannya meleset dari poin sempurna. Lebih sering ia melakukan aiming di poin tujuh dan delapan. Bukan poin rendah sih tapi juga bukan poin yang cukup baik untuk bisa menargetkan satu podium juara di turnamen minggu depan. Sudah dipastikan performanya yang sedikit menurun akan menjadi catatan khusus bagi pelatih. Chandra menghela napas guna menghilangkan perasaan yang mengganjal di hati. Perasaan yang selalu datang ketika hasil kerja kerasnya jauh dari ekspektasi yang telah ia rancang jauh-jauh hari. Perasaan kecewa yang selalu hadir setiap kali selesai latihan. Membidik target seperti sedang membidik mangsa. Chandra sudah seperti hewan pemburu yang mati-matian mengejar mangsa buruannya. Tapi ada perasaan lain yang susah ia jelaskan datang menyelinap. Perasaan itu muncul akhir-akhir ini. Mungkin itu juga yang menyebabkan performanya menurun. Ia tak tahu pasti apa perasaan yang mengganjal itu yang jelas hal itu selalu berhasil mengacaukan latihannya padahal turnamen sudah sangat dekat.

Setelah menanggalkan semua peralatan pengamanan seperti Arm guard, finger tab dan Chest guardnya. Chandra menyimpan quiver panahan dan busurnya di tas yang cukup besar untuk ia bawa pulang. Walau di tempat latihan disediakan busur dan arrow tapi Chandra lebih senang memakai miliknya sendiri.

"Kemana perginya semangat berburumu hm? Jiwa serigala pemburumu sepertinya lagi tertidur." Pelatih datang sambil menepuk bahu Chandra.

"Maaf, Pak."

"Latihanlah yang lebih serius lagi serigala pemburu. Kamu nggak mau 'kan melewati kesempatan kayak tahun lalu lagi?"

Di tempat latihan, Chandra memiliki julukan berbeda. Ia dijuluki serigala pemburu walau dibeberapa kesempatan ia diberi nama Robin Hood. Omong-omong Robin Hood padahal terdengar lebih keren daripada serigala pemburu.

***

Chandra tak mengingat dengan jelas kenapa bisa ia terjatuh dan berakhir dengan kaki dibebat perban karena terkilir. Terkilir ringan sih. Beberapa hari pun sudah sembuh tapi tetap saja minggu depan ia ada turnamen. Ia bisa terancam gagal mengikuti turnamen jika kaki terkilirnya belum kunjung sembuh hingga hari turnamen tiba. Ia tak ingat banyak. Kejadiaannya cepat sekali. Yang jelas ia cuma samar-samar melihat sebuah sepeda melaju dengan cepat ke arah tubuh malang Chandra. Dan setelah itu ingatannya justru berakhir di ruang gawat darurat sebuah klinik. Duduk diam bersama seorang gadis aneh yang bukannya meminta maaf justru ikut membisu bersamanya. Ia tak habis pikir. Bukannya merasa bersalah atau panik. Gadis itu tetap setia dengan wajah kakunya. Diam membisu dan sama sekali tak mengajaknya berbicara.

"Boleh tahu siapa nama kamu?"

Chandra melongo. Terkejut lebih tepatnya.

"Wow. Gue pikir lo bisu." Adalah kalimat pertama yang Chandra lontarkan alih-alih memberitahu namanya. Syukurlah jika gadis itu tidak bisu. Chandra jadi tidak harus berkecamuk dengan pikirannya sendiri hanya karena belum mendapat permintaan maaf.

"Tolong kasih tahu nama kamu, buat urusan administrasi soalnya."

"Chandra Bagus," jawab Chandra setengah kesal. Masalahnya bukan meminta maaf atau apalah gadis itu justru menanyakan hal lain.

"Saya kayak nggak asing sama nama itu."

"Jelaslah. Gue atlet panahan biar lo inget. Kayaknya kita satu sekolah deh walaupun gue juga agak ragu. Tapi hei daripada mengurus administrasi yang nggak penting apa lo nggak ada rasa bersalah sama sekali? Minta maaf kek. Kaki gue ini aduh."

Dan Chandra akan berubah banyak bicara ketika kesal.

"Administrasi juga penting tahu."

"Wah wah. Bener-bener nggak ada inisiatif minta maaf nih? Siapa nama lo?"

"Maaf."

Chandra berdecak. Gadis di depannya ini sungguh kaku sekali. Bahkan untuk mengucapkan maaf saja gadis itu tak mau menatapnya.

"Ngomong maafnya nggak ikhlas banget," sindirnya kemudian.

"Ikhlas kok," balas gadis itu cepat.

"Udah dulu ya. Saya harus ngurus administrasi kamu." Tanpa menunggu persetujuan. Gadis itu bergegas melangkah pergi walau langkah kakinya juga harus rela terintrupsi.

"Lo belum jawab pertanyaan gue."

Gadis itu berbalik.

"Yang mana?" tanyanya dengan nada lembut dan mata mengerjap lucu. Sejenak Chandra terpaku seolah terhipnotis oleh makhluk ciptaan tuhan bernama perempuan. Omong-omong karena termakan emosi, Chandra baru menyadari jika gadis yang menabraknya itu ternyata gadis yang berparas cantik. Kemana saja dirinya.

"Nama."

"Buat apa kamu tau nama saya?"

"Buat manggil lo kalau kita ketemu lagi," jawab Chandra.

"Kayaknya nggak perlu lagian kita nggak bakal ketemu lagi."

"Gimana kalau sebaliknya? Gue yakin kita bakal ketemu lagi. Katanya sih kalau ketemu dengan nggak sengaja sebanyak tiga kali itu namanya jodoh."

"Omong kosong."

Gadis itu kembali merajut langkah. Menyesal karena mendengarkan konversasi tidak penting pemuda itu hingga akhir.

"Nggak. Ini bukan omong kosong. Kalau ternyata kita beneran ketemu secara nggak sengaja sebanyak tiga kali ..."

Langkah kaki gadis itu kembali terhenti. Menunggu Chandra melanjutkan konversasi.

"Ayo pacaran!"

Cowok gila.

Iya. Chandra memang sudah gila. Chandra sendiri juga tidak tahu kenapa kata itu terlontar dari mulutnya. Persetanlah dengan hal itu walau ia jelas sadar telah mempermalukan dirinya sendiri. Lagipula sudah terlanjur terjadi. Semoga saja mereka tidak kembali dipertemukan. Jika mereka kembali dipertemukan. Terkutuklah ia dengan mulut yang tak bisa ia kendalikan.

 Terkutuklah ia dengan mulut yang tak bisa ia kendalikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pemanasan dulu. Mau siapin amunisi yg banyak. Hehe. Semoga suka.

Panah Rasa (BangRosé) | ENDWhere stories live. Discover now