#26 - Patah

333 66 6
                                    

Ada yang patah bahkan sebelum waktunya mengembang.

-Panah Rasa-

Ada yang mengganggu pikiran Rosé beberapa hari belakangan. Chandra kembali tidak terlihat di sekolah bahkan komunikasi di antara mereka sudah tidak seintens biasanya. Kapan terakhir mereka berkomunikasi Rosé pun tak ingat. Jika dipikir-pikir, sebenarnya hubungan seperti apa yang sedang mereka jalani ini. Chandra tak pernah bilang suka, tak pernah menyatakan cinta bahkan mengungkapkan isi hati saja tidak. Mungkin saja Chandra pernah mengajaknya berkencan bahkan meminta menjadi kekasih tapi Rosé tidak pernah berpikir jika lelaki muda itu serius atau mungkin saja memang serius dan Rosé saja yang menganggapnya main-main sehingga selalu mengelak. Sekarang sepertinya Rosé kena batunya. Rosé rasa ada yang patah tapi kenapa? Kenapa ia harus patah hati? Apa benar jika Rosé menyukai Chandra?

"Jadi bagaimana cara menyelesaikan soal ini, Roseanne?"

Yang ditanya masih melamun. Terlalu hanyut akan gelembung imajiner sehingga lupa jika ia sedang di tengah jam pelajaran.

"Roseanne."

Namanya sekali lagi dipanggil tetapi tak bisa memecah gelembung itu hingga ketika temannya mencolek bahu. Gelembung itu benar-benar pecah. Rosé kembali harus ditarik ke realita.

"Kamu ngelamun ya?" tanya sang guru.

"Itu ... Eum, maaf Bu," balas Rosé menyadari kesalahannya.

"Lain kali tolong fokus. Ketika sedang jam pelajaran usahakan semua masalah di luar pelajaran ditinggal."

"Maaf, Bu." Rosé meminta maaf sekali lagi. Sepertinya gadis itu benar-benar menyesal.

"Ya sudah. Cepat kerjakan soal di papan."

Bersyukurlah Rosé karena telah mengulas materi yang sedang dipelajari hari itu. Jadi Rosé tidak perlu takut tidak bisa menjawab.

***

Ibarat bunga, Rosé sudah seperti bunga layu yang walaupun sudah bermandikan sinar matahari bahkan diberi air masih tetap tak terlihat segar. Kemudian Rosé sadar. Bunga juga perlu cinta dan ketika ia telah tenggelam dalam kata bernama cinta Rosé yang mulai terbiasa akan itu menjadi tidak terbiasa ketika tidak diberi afeksi. Walaupun cinta itu palsu. Walau hanya Rosé saja yang merasa dicintai tanpa tahu ia benar-benar dicintai atau tidak. Ia seperti diberi banyak limpahan harapan tanpa tahu harapan itu akan menjadi kenyataan atau hanya akan menjadi sebuah harapan. Hati Rosé sakit tentu saja. Ia yang selama ini berpikir dicintai ternyata cintanya hanya ada di imajinasi Rosé semata. Rosé yang selama ini tak pernah merasakan jatuh cinta harus jatuh sejatuh-jatuhnya bahkan sebelum ada kata cinta terucap melalui lisan ketika mulai menyelami cinta. Ada yang patah. Di dalam sana. Rosé tak tahu bagaimana caranya memperbaiki patahan itu.

"Eh, lo mau mati muda?" Lisa mengambil botol berisi sabun pencuci lantai yang hendak Rosé tuang ke dalam gelas. Kebetulan rumah kediaman bungsu Prasaja itu sedang sepi hanya menyisakan Rosé seorang jadi Lisa datang untuk menemani. Lisa berdiri dihadapan Rosé sambil berkacak pinggang.

"Kayaknya ada yang harus lo ceritain ke gue deh."

Lisa akhirnya membawa Rosé ke kamar gadis itu setelah menuntaskan dahaga serta membawa seluruh cemilan yang ada di kulkas ke dalam kamar.

"Jadi gini ya rasanya patah hati?" tutur Rosé pun dengan mata sembab setelah mencurahkan segalanya pada sang karib.

"Ini sebabnya aku nggak mau cinta-cintaan."

Panah Rasa (BangRosé) | ENDWhere stories live. Discover now