#15 - Ajakan Jalan

391 85 5
                                    

Suara genjrengan itu terditraksi oleh suara dari speaker kelas. Sebagian siswa berbondong-bondong melirik gerombolan Chandra dan meminta mereka untuk diam. Memang Chandra hanya beberapa kali terlihat di kelas. Mungkin hanya tiga atau empat kali terlihat di kelas dalam seminggu tapi sekalinya berada di kelas anak itu selalu tidak bisa diam. Lebih sering memimpin keributan. Jangan heran jika selalu ada suara gitar mengalun di dalam kelas. Sudah jelas pelakunya adalah Chandra dibantu oleh Ibam dan Malik di tim vokal.

"Kali ini saya mau baca pesan masuk dari nama akun Chan.bagas97 katanya ...."

Kemudian hening. Hanya terdengar suara glup glup yang berasal dari Ibam yang sedang meminum air hasil menjarah botol minum teman perempuan. Hampir semua pandangan beralih kepada anak laki-laki itu. Ibam hanya memasang wajah polos menyerempet ke menyebalkan.

"Katanya apa? Heh Sé. Rosé. Kok nggak dilanjut?"

"Kita lewatin aja yang ini. Nggak penting kok."

"Kenapa bisa nggak penting?"

Selanjutnya terdengar suara grasak grusuk. Entah apa yang dilakukan oleh kedua penyiar itu.

"Sorry buat keenggaknyamanan tadi. Okeh deh gue lanjut aja ya. Ini ada DM dari si pemilik akun Chan.bagas97 alias arjunanya kita semua. Eh bukan maksudnya sekarang mau jadi arjunanya Rosie. Eh iya iya maaf Sé maaf. Jangan melotot gitu ah," suara Lisa terdengar kemudian. Jelas karena hal itu semua pandangan kini beralih pada Chandra yang sedang memasang wajah terlewat santai walau jelas jantungnya tidak demikian.

"Katanya. 'Gue nggak mau curhat kok. Cuma mau kasih tahu kalau chat dari gue tolong jangan dibaca aja. Soalnya nanti malam mau gue ajak jalan. Tolong kasih tahu Rosé ya. Bilangin buat balas chat gue. Kalau kebetulan Rosé yang baca. Malah bagus. Ini ada salam dari sang arjuna' aduh aduh, tuh Rosé jangan cuma dibaca aja. Emangnya lo kira chat si doi itu koran apa?"

"Wadawww! Saik boskuuu!"

"Geli anjir. Cringe woi elah!"

"Bilang aja lo iri, Bam."

"Kagak ye, Adam Malik."

Suara Ibam dan Malik saling bersahutan. Berniat meledek Chandra.

"Yang namanya Chandra mana?" Kepala Januar muncul sambil celingukan mencari keberadaan Chandra. Sial sepertinya Chandra harus bersiap untuk menjadi bahan bulan-bulanan mulai sekarang.

***

Chandra sudah berpenampilan rapih pun dengan jaket kulit hitam dalaman kemeja flanel kotak-kotak berwarna biru tua bergaris hitam dan ripped jeans. Jangan lupakan style rambut berantakan andalannya. Entah karena terlalu malas menyisir rambut atau karena tak punya gel rambut. Tapi sepertinya gaya rambut itu merupakan gaya terkeren bagi seorang Chandra. Melupakan sejenak title atlet yang bersandang di namanya, malam itu penampilan Chandra terlihat lebih keren dengan celana sobek-sobek ala preman.

"Selamat sore, Tan," ucap Chandra ramah pun tak lupa mengukir senyum setelah pintu rumah terbuka dan memperlihatkan wajah seorang wanita cantik.

"Siapa ya?"

"Chandra, Tante. Mantan pasiennya Dokter Gunawan," jawab Chandra.

"Oh. Kamu mau ketemu suami saya?"

Chandra menggeleng, "Bukan, Tan. Tulang Chandra udah kuat sekarang hehe."

"Terus?"

Dengan senyum malu-malu pun dengan tangan yang menggaruk belakang rambut dengan sedikit bumbu ragu. Chandra menjawab, "Anak tante saya ajak pergi sebentar boleh nggak ya, Tan? Dokter Gunawan sih udah ngizinin. Tapi nggak tahu kalau Tante."

Panah Rasa (BangRosé) | ENDWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu