6. MENYAKITI HATI

6.2K 710 4K
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU SEBANYAK MUNGKIN

SELAMAT MEMBACA ❤

TERIMA KASIH 🥰

* * *

* * *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

Maherjuna berhasil memasukkan bola ke dalam poket. Namun ia sama sekali belum menang padahal sejak tadi cowok itu sudah bermain biliar. Rasanya ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, maka ia kembali datang untuk bermain, dan mencari kesibukan setidaknya untuk mengurangi stres.

Apalagi ketika mengingat keadaan keluarganya yang hancur ketika kepergian Viori, adiknya. Papanya sama sekali tidak mendengarkan apa pun yang Maherjuna katakan. Keputusan pria itu sudah bulat, dia tidak bisa hidup lagi dengan istrinya yang menurutnya gila.

Maherjuna mencoba menahan air mata dan emosinya. Ia tidak terima ketika tersisa satu-satunya orang yang ia sayang di dunia ini kini dianggap gila oleh papanya sendiri. Ia sangat tidak suka mendengar itu, mamanya baik-baik saja. Maurin akan selalu baik dan Maherjuna yakin mamanya akan sehat seperti semula.

Hanya waktu. Maherjuna membutuhkan waktu untuk membuat mamanya kembali sembuh dan menerima takdir kalau Viori sudah meninggal dunia. Namun Maherjuna tahu, kini ia berjuang sendirian demi mamanya.

Tetapi ketika bunyi bola masuk ke dalam poket setelah Maherjuna bermain, membuat cowok itu tersadar dari lamunannya. Apalagi ketika Skylar, teman Maherjuna setiap bermain biliar, mengangkat tangan dengan senang.

"Wohooo sekarang gue yang menang!" ujar Skylar dengan bangga dan sangat semangat.

Namun bunyi sangat keras terdengar berasal dari tongkat biliar yang baru saja dibanting oleh Maherjuna. Sedetik ia memejamkan matanya. Bahkan Maherjuna bisa kalah dari Skylar karena ia terlalu banyak memikirkan hal lain.

Walaupun sehari-hari Skylar suka bermain biliar namun cowok itu tidak pernah bisa mengalahkan Maherjuna. Sampai akhirnya tepat pukul sebelas malam Skylar menang dan cowok itu jelas akan merayakan kemenangannya.

"Anjir kenapa lo lempar tongkatnya, Bego?!" Skylar langsung mengambil sekaligus memeriksa tongkat itu, ia merasa takut ada kerusakan. "Tempat ini udah gue sewa pakai nama gue. Kalau salah satu barangnya rusak karena lo, ya gue yang rugi lah, Bego."

Maherjuna tidak mengindahkan ucapan itu. Ia sekarang sedang kacau. Kacau memikirkan keluarganya yang sedang tidak baik-baik saja. Entah kenapa Tuhan mengambil sisa kebahagiaan yang Maherjuna punya. Tuhan mengambil Viori, membuat mamanya seperti itu, dan papanya juga kini pergi.

Maherjuna merasa sang pencipta alam semesta tidak pernah menyayanginya.

Cowok itu kini mengambil jaketnya yang diletakkan di sofa. Membuat Skylar melihat sahabatnya kebingungan. Biasanya Maherjuna tidak seperti ini.

"Juna lo mau ke mana, Bego?"

"Gue mau balik."

Tanpa memedulikan Skylar yang baru saja ingin bertanya lagi, Maherjuna sudah lebih dulu ke luar dari pintu. Sejujurnya Maherjuna juga tidak yakin memilih pulang atau tidak karena jam masih menunjukkan pukul sebelas malam sementara jika Maherjuna pulang. Ia hanya akan bertemu dengan kesedihan yang tidak pernah ia inginkan.

Maherjuna naik ke motornya dan menjalakan ke luar dari tempat biliar. Ia membiarkan angin malam menusuk kulitnya tanpa tahu apakah bisa menghilangkan masalahnya saat ini atau tidak? Namun pikirannya teringat pada seseorang.

Maherjuna menerobos jalanan yang mulai sepi disaat jam seperti ini. Tapi kini tujuannya mantap akan pergi ke sana. Berharap ia bisa menenangkan pikirannya.

Ketika sampai di tempat tujuannya, Maherjuna turun dari motor. Ia berada di depan rumah seseorang. Maherjuna juga meminta pegawai di sana untuk membukakan pagar. Kini langkah Maherjuna menuju pintu utama rumah itu.

Sejak memutuskan pergi dari tempat biliar, ia sama sekali tidak berkaca, tidak tahu apakah keadaannya terlihat kacau atau sebenarnya baik-baik saja. Hanya pikiran Maherjuna saat ini terasa dipermainkan oleh masalah.

Sekali lagi Maherjuna menekan bel itu. Dan beberapa menit berikutnya, pintu utama rumah itu terbuka. Di sana seorang cewek terkejut melihat kehadiran Maherjuna malam-malam di depan rumahnya.

"Juna?" panggilnya merasa prihatin dengan keadaan Maherjuna. Tidak pernah dia kira orang yang biasanya semangat kini terlihat tak berdaya.

Maherjuna menunjukkan senyum tipis. Melihat wajah cewek di hadapannya membuat dirinya sedikit melupakan kesedihan.

"Gue boleh masuk?" tanya Maherjuna memastikan.

"Iya," jawabnya ramah. Cewek itu memberikan senyuman yang selalu membuat Maherjuna jatuh cinta. "Lo boleh cerita apa pun masalah lo saat ini, Juna."

Maherjuna mengubah tatapannya menjadi makin menyedihkan. Menyadarkan kalau seharusnya ia tidak makin jatuh cinta pada cewek itu. "Karena apa lo kasih izin gue masuk?"

Namun cewek itu terdiam sejenak. Ia tidak tahu apakah yang dilakukannya ini salah atau benar? Sebab sepertinya semua jawaban yang diucapkannya akan selalu terasa salah.

"Gue gak akan masuk rumah lo. Gue gak akan cerita apa pun masalah gue kalau lo gak kasih alasannya, Kiran!"

Kiran, cewek itu makin diam mendengar kata-kata Maherjuna. Kiran membuka pintu rumahnya lebih lebar. Membiarkan Maherjuna masuk ke dalam rumah.

"Karena gak ada alasan buat gue jahat ke lo, Juna. Kita masih bisa jadi teman."

Bohong! Maherjuna sudah menganggap cewek itu jahat ketika Kiran memutuskan hubungan keduanya secara sepihak. Ketika ternyata cewek itu mencintai cowok lain.

Jawaban Kiran selalu berhasil menyakiti hati Maherjuna.

Tetapi sialnya Maherjuna terus mencintai cewek itu.

* * *

GIMANA CHAPTER INI MENURUT KAMU?

SEMOGA SUKA YAAA🥰

NEXT?

600 KOMENTAR YA BUAT NEXT

FOLLOW

INSTAGRAM
@erlitascorpio

TIKTOK
@erlitascorpio

TWITTER
@scorpioerlita

MAHERJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang