16. BINGKAI FOTO

3K 414 5.1K
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU SEBANYAK MUNGKIN

SELAMAT MEMBACA ❤

TERIMA KASIH 🥰

* * *

* * *

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

* * *

Malam ini Maherjuna tidak lagi datang ke tempat biliar. Pikirannya masih dipenuhi oleh uang dua ratus juta yang berhasil didapatnya. Uang itu sama sekali belum Maherjuna pakai. Ia terlalu takut memikirkan uang yang ia dapat setelah melakukan perjudian itu.

Sebenarnya uang sebanyak itu bukanlah apa-apa. Ia pernah mendapat uang dengan nominal lebih dari itu saat papanya masih ada di rumah ini. Hanya saja sekarang Maherjuna mendapatkannya dengan cara cepat, yang bahkan tidak tahu harus dipakai untuk apa.

Maherjuna menatap makanan yang sudah dibuatkan oleh mamanya. Sementara Maurin, mamanya sedang ada di kamar Viori. Entah sedang apa, yang jelas Maherjuna jadi ikut melamun seperti ini. Dirinya benar-benar memiliki pikiran yang banyak. Tidak ada orang yang bisa Maherjuna percaya untuk mendengar isi pikirannya. Papanya bahkan sudah tidak ada kabar lagi.

Dan Maherjuna tidak tahu harus mendapat uang dari mana lagi untuk hidupnya ke depan. Ia tidak bisa mengharapkan pemberian papanya. Maherjuna perlu memegang uang agar dirinya dan mamanya tetap bisa bertahan hidup. Apalagi Maherjuna berniat untuk bisa membuat mamanya mengikhlaskan kepergian Viori, ia tidak tahu caranya bagaimana. Apakah harus membawa mamanya ke dokter? Maherjuna benar-benar tidak tahu.

Sekali lagi, Maherjuna hanya mengaduk makanan yang ada di hadapan cowok itu. Ia tidak menangis namun pandangannya mengabur. Tapi bunyi teriakan Maurin membuat Maherjuna terkejut. Ia tersadar mendengar suara mamanya yang menangis histeris.

Menyudahi makan, Maherjuna bangkit dan menghampiri mamanya yang ada di kamar Viori. Maurin terduduk di lantai seakan sedang takut melihat seseorang yang ada di hadapannya. Walaupun Maherjuna tidak tahu mengapa mamanya bisa setakut itu.

"Ma!" panggil Maherjuna memeluk mamanya agar tenang dan berhenti berteriak ketakutan. "Ma, Juna ada di sini. Mama jangan nangis! Ada Juna, Ma."

"Juna ...." Maurin menangis di dalam pelukan putranya. Beliau menatap ke arah bingkai foto yang pecah di lantai, menunjuknya dengan takut bercampur marah. "Karena dia, Juna! Karena dia ... adik kamu nangis!"

"Ma?" Maherjuna bingung, sekilas ia melirik ke arah bingkai foto yang hancur itu. Tapi ia mencoba menyadarkan mamanya, mengajak untuk duduk. "Ma, tenang. Di sini cuma ada Juna."

"Adik kamu, Juna. Dia buat adik kamu sedih!" Maurin tampak selalu tidak tenang. "Vio selalu cerita ke Mama, adik kamu sedih karena laki-laki sialan itu!"

"Iya, Ma. Mama tenang dulu!" Maherjuna terus memeluk mamanya sampai akhirnya perlahan beliau berhenti dan tertidur tenang di kasur Viori.

Tetapi Maherjuna kembali menoleh ke arah bingkai foto. Jika perlu kejujuran, Maherjuna sama sekali tidak mengenal adiknya. Tidak tahu apa yang disukai Viori, apa makanan favorit cewek itu, selain Viori memang selama ini mengidap penyakit jantung. Namun tetap saja, rasa kehilangan itu tercipta di hati Maherjuna. Ia benar-benar kehilangan Viori, adiknya yang sangat cantik dan terlihat ceria di depannya itu. Tapi ... siapa laki-laki sialan yang mamanya maksud?

Maherjuna mengambil foto dari bingkai yang sudah pecah, di sana ada foto Viori bersama dengan seorang laki-laki yang terlihat seumurnya. Wajah Viori tampak ceria di foto itu, sedikit pun tidak terlihat pucat. Bahkan sama sekali tidak ada ekspresi kesakitan yang pernah Maherjuna lihat di wajah adiknya.

Hanya saja kenapa sangat berbanding terbalik dengan yang dikatakan oleh mamanya? Viori menangis karena laki-laki ini?

Maherjuna membalikkan foto, ia berharap ada tulisan di sana. Dan benar, tulisan tangan adiknya itu ada di belakang foto.

"Katanya, seorang Glenra Ivari menerima apa pun kekurangan Vio. Katanya, seorang Glenra Ivari mencintai segala hal yang ada di diri Vio. Tapi itu ternyata cuma katanya, Var. Nyatanya, Glenra Ivari nggak pernah menerima Vio yang sakit."

Maherjuna membaca itu. Ia merasakan adiknya berbicara melalui tulisan itu. Benar-benar terasa nyata.

"Aku sakit, Var."

Tulisannya seakan terdengar berbicara di telinga Maherjuna.

"Aku yang sakit masih bisa mencintai kamu. Tapi kamu yang sehat tidak bisa mencintaiku lagi. Kamu mencintai Vio tapi nggak sama kekurangannya. Kamu benci Vio yang sakit. Kamu benci aku, Var."

* * *

GIMANA CHAPTER INI MENURUT KAMU?

MAKIN PENASARAN?

MAAF YA UPDATE MALAM, AKU LAGI SIBUK BANGET TADI🥺


SEMOGA SUKA YAAA🥰

NEXT?

2K KOMENTAR YA BUAT NEXT

FOLLOW

INSTAGRAM
@erlitascorpio

TIKTOK
@erlitascorpio

TWITTER
@scorpioerlita

MAHERJUNAWhere stories live. Discover now