59. BENAR PERGI

1.9K 277 106
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU SEBANYAK MUNGKIN

SELAMAT MEMBACA ❤

TERIMA KASIH 🥰

* * *

* * *

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

* * *

Sesuatu yang rusak tidak akan pernah bisa benar-benar utuh kembali.

* * *

Maherjuna merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia tidak menyangka rasa sakitnya benar-benar seperti ditusuk-tusuk oleh jarum. Hanya saja Maherjuna sadar ia tidak berada di rumah. Namun di sebuah ruangan serba putih dan sangat bau obat. Membuatnya dengan cepat menarik kesimpulan kalau ia sedang berada di rumah sakit. Tetapi ... siapa yang membawanya ke tempat ini?

Suara pintu terbuka membuat Maherjuna dengan cepat menoleh walaupun sejujurnya ia menahan sakit yang teramat sangat. Ia melihat mamanya ada di sana, Maurin belum menyadari kalau putranya itu sudah sadar, tapi air mata wanita itu tidak berhenti sejak pagi. Sejak menemukan Maherjuna tidak sadarkan diri di rumah.

"Mama." Maherjuna memanggil dengan pelan membuat ibunya itu dengan cepat mendongak.

Maurin tersenyum sedih dan segera memeluk putranya dengan kuat. "Jangan tinggalin Mama, Juna. Jangan pergi. Jangan!"

"Jun gak akan pergi, Ma."

Usapan lembut di kepalanya membuat Maherjuna merasa tenang mamanya tidak kenapa-kenapa. Hanya saja pintu kembali terbuka dan memunculkan ... seseorang yang mengatakan sudah memutuskan pergi dari hidup mereka. Hidup Maherjuna dan mamanya.

"Kamu sudah sadar, Juna." Ucapan Yael terdengar jelas, papanya itu kembali muncul di hadapannya setelah selama ini tidak pernah ada di hidup Maherjuna.

Maherjuna terdiam dan menatap marah pada pria paruh baya itu. Dalam pelukan mamanya yang menenangkan seketika berubah dengan kebencian ketika melihat Yael kini ada dan seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya pada keluarga mereka.

"Mama kamu telepon Papa," kata Yael menjelaskan ketika dia merasa kalau putranya mungkin bingung dengan keberadaan dirinya di dekat mereka. "Dia nangis dan minta Papa untuk datang ke rumah. Bawa kamu ke rumah sakit."

Maherjuna merasakan usapan dari tangan mamanya terhenti ketika Maurin kini menatap suaminya dengan perasaan begitu lega. Sementara Maherjuna menyadari kalau mamanya belum tahu apa yang telah dilakukan oleh Yael kepada mereka berdua.

"Buat apa Papa peduli?" tanya Maherjuna kini membuka suara. Matanya memerah dengan jelas terlihat. "Kan bisa Papa gak usah angkat telepon dari Mama. Bisa juga gak usah berhubungan lagi sama Juna dan Mama. Dari awal Juna dan Mama hadapin ini semua sendiri, gak pernah ada Papa."

MAHERJUNADonde viven las historias. Descúbrelo ahora