Luka

259 37 34
                                    

Kinara baru akan memejamkan matanya ketika sayup-sayup suara ketukan terdengar.

"Kakak masuk!"

Kinara hendak bangkit dari tempat tidur namun kepalanya terasa berat, membuatnya kembali duduk di tempat tidur.

"Kamu kenapa Kinar?"

"Gak tau Kak kepala Kinar sakit banget rasanya mau pecah," sahut Kinara dengan suara serak.

"Kamu masih bisa bangun kan? Kita ke rumah sakit ya!" seru Qya cemas.

Kinara menggeleng.

"Bi! Bibi!" seru Qya memanggil asisten rumah tangganya. "Tolong ke atas, bantu bawa Kinar ke rumah sakit."

"Kak Qya Kinar gak mau ke rumah sakit, Kakak gak usah cemas bentar lagi juga baikan."

"Gak bisa sayang, Kakak takut kamu kenapa-napa."

"Kak-"

"Kakak takut pada kemungkinan terburuk," ujar Qya menginterupsi penolakan adiknya.

"Ih Kakak gak usah nangis juga kali, Kinar baik-baik aja. Kinar gak suka liat air mata Kakak."

"Kalau kamu gak mau liat kakak sedih, Kamu dengerin kakak ya kita ke rumah sakit sekarang." Kinara menggeleng lemah.

"Kak Please, Kinar cuma flu biasa nggak ada hubungannya sama sakit Kinar."

"Hmm." Azqya mengangguk pasrah, "yaudah, kamu istirahat sekarang ya."

"Oh iya kak, besok Kinar pulangnya mau main dulu, boleh kan?"

"Sama Anna?"

"Kak Vero, boleh ya kak?" Qya tak tahan dengan puppy eyes Kinara.

"Asal pulangnya nggak terlalu sore dan gak boleh pulang malem inget ya!"

"Yea Captain!"

☁️☁️MENDUNG☁️☁️

Kinara sudah siap berangkat ke kampus nya. Kepala nya masih terasa berat tapi dia memaksakan tetap masuk kuliah, entah kenapa pagi ini gadis itu terlihat lebih bersemangat, apa karena ingin bertemu dengan Vero? Ah apa terlalu tergesa jika ini disebut jatuh cinta?

Kinara meraih tas punggungnya lalu keluar dari kamar menuruni tangga, sampai di ruang makan dia sedikit terkejut. Pasalnya meja makan pagi ini terlihat lebih ramai, Kak Qya dan Bang Alan ikut sarapan di rumah. Lalu mata Kinara menatap tajam ke sosok yang ikut duduk meja makan. Pria paruh baya dengan kemeja coklat madu itu tersenyum ke arahnya.

'Kapan papa pulang?' mata Kinara memanas.

"Kak Qya, Kinar berangkat," sarkas gadis itu setelah mencium punggung tangan kakaknya.

"Lho kamu gak sarapan dulu?"

"Kinar nggak kangen sama Papa?" Kini Reno yang berbicara.

"Apa Papa juga kangen sama anak-anak Papa? Nggak kan?"

"Kinar!" bentak Alan.

"Kenapa Bang? Kinar bener kan Kak Qya? Bukannya Papa lebih sayang sama kerjaannya dibanding anak-anaknya?"

Reno memijit keningnya, "bukan seperti itu Kinar, Papa sibuk di kantor karena perusahaan kita memang lagi banyak kendala belakangan ini."

"Bohong! Apa susahnya pulang sehari untuk ketemu anak Papa yang baru pulang setelah lima tahun? Artinya Papa nggak peduli kan sama Kinar? Atau selama lima tahun Papa memang nggak pernah merindukan Kinar?" lirih Kinara.

"Papa minta maaf, sekarang Kamu duduk lalu sarapan nanti Kamu sakit." Suara Reno melembut.

"Apa peduli Papa? Lebih baik urus saja pekerjaan dan wanita simpanan Papa!"

Mendung (Eccedentesiast)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ