Ospek

1.1K 192 254
                                    

Pagi yang cerah ditemani hembusan angin dan riuhnya nyanyian burung. Hari ini terasa damai, angin berhembus dengan lembut, lebah menari dengan lincah mengitari bunga-bunga di sepanjang jalan. Semuanya terlihat jelas di pandangan Kinara sejak ia terbangun dari tidurnya untuk pertama kali setelah lima tahun meninggalkan kota kelahirannya.

"Waktu yang panjang telah berlalu, setelah ini akan ada hari baru, kehidupan baru dan dunia yang baru. Selamat tinggal kenangan pahit, semoga luka tak lagi menyapaku."

Setelah menorehkan sebuah kalimat, Gadis berusia delapan belas tahun itu menempelkan sticky note nya pada jendela kaca yang menjadi pembatas kamar tidurnya dengan dunia luar.

Ini adalah hari pertama Kinar masuk kuliah. Ia tidak boleh terlambat, karena malas jika harus berurusan dengan senior BEM yang pasti menyebalkan.

Tidak butuh waktu lama Kinar telah siap dengan kemeja putih dan rok hitam selutut lengkap dengan semua atributnya. Ia memoleskan sedikit bedak tabur untuk menambah kesan segar di wajah putihnya. Rambutnya yang indah ia kuncir menjadi satu.

Setelah ia rasa semuanya selesai, ia pun turun untuk sarapan.

"Pagi Bibi," sapa Kinar pada asisten rumah tangga yang ada di rumahnya. Ia pun duduk disalah satu kursi, meminum susu, dan melahap selembar roti yang telah diberi selai kacang.

"Non Kinar mau Bibi buatin bekal?" Tanya Bi Iim pada Kinara sambil tersenyum.

"Gak usah Bi, Kinar mau nyobain makanan di kampus baru Kinar hari ini," jawabnya dengan wajah yang ceria.

Setelah menghabiskan sarapannya Kinara pamit pergi ke Kampus dengan diantar oleh supir pribadi Kakaknya, kebetulan Mang Didi masih ada di Jakarta.

Butuh waktu dua puluh menit untuk sampai di Universitas Mahardika Jakarta, yang sering disingkat Umarta itu. Kinar turun dari mobil dan mulai memasuki gerbang Kampus yang tentu saja sudah ramai di hari pertama Ospek.

Kinara berjalan menyusuri parkiran menuju lapangan tempat Mahasiswa baru berkumpul. Disaat sedang berjalan menuju lapangan, Kinar dikejutkan dengan tepukan di pundaknya. Refleks Kinar membalikkan badannya.

"Kinar!" seru gadis berambut sebahu sambil memeluk Kinara dengan hangat.

Dia Anna, teman kecil Kinara. Yah, gadis itulah yang menjadi alasan pertama Kinara memutuskan memilih Umarta daripada Perguruan tinggi lainnya yang ada di Jakarta. Alasan kedua, tentu karena gedung bertingkat kampus itu didominasi oleh warna biru, warna kesukaan Kinar. Umarta bahkan dijuluki Kampus biru di Ibukota. Gadis itu cukup terobsesi dengan semua hal yang berwarna biru.

"Udahan, dong An. Gue sesek nih ah," gerutu Kinara dengan wajah khas juteknya yang menggemaskan.

Anna cengengesan, sudah lama dia tidak mendengar suara cempreng khas sahabat kecilnya itu. Dia menjauhkan tubuhnya beralih memeluk lengan kanan Kinar "Kinaar, gue kangen tauk."

Benar saja, ratusan Mahasiswa baru telah berkumpul di lapangan membentuk barisan yang rapi. Kinar dan Anna mengambil posisi di barisan belakang, karena sudah terlambat untuk memilih barisan depan. Cuaca sepertinya sedang bersahabat pagi ini. Langit biru membentang luas sejauh mata memandang, Kinar tersenyum pada awan yang bergerak lambat menemani mentari di atas sana.

Satu jam telah berlalu, entah sudah terhitung berapa kali Kinar menghela napas sembari mengelap keringat yang mengucur dari dahinya. Gadis itu memberengut mengutuk mentari yang kian terik. Jika tadinya ia mengira ospek adalah kegiatan yang menyenangkan, ia menyesal. Kinara mengutuk kebodohannya yang melewatkan sarapan tadi pagi, sekarang ia harus merasakan perihnya menahan lapar dan haus untuk terus berdiri di tengah lautan manusia yang saling berebut oksigen, yang terus menghimpit seakan mau menenggelamkan tubuh mungilnya.

Detik berikutnya, sekelilingnya bersorak ria sambil bertepuk tangan yang tentu saja membuat Kinar kebingungan. Entah apa yang ada didepan sana hingga mahasiswi di sekitarnya berlomba memamerkan gigi. Kinara jadi penasaran, namun lagi dan lagi ia hanya bisa mengutuk tinggi badannya yang tidak sampai 160 cm itu. Persoalan yang kerap membuat Kinar iri dari kedua saudaranya.

Kinara mengecek pergelangan tangan kirinya, sudah hampir tiga jam ia berada dalam keadaan menyebalkan ini. Perutnya sudah keroncongan, sebagian kemeja Kinar juga sudah basah oleh keringat. Baiklah, niat untuk membangun citra baik di kepalanya sudah lenyap. Saat ini, Kinar si anak baik-baik sudah menghilang entah kemana meninggalkan barisan Mahasiswa diam-diam.

***

Mata gadis itu berbinar seketika melihat nampan yang disodorkan di hadapannya. selamat tinggal rasa lapar. Kinara menyeruput es jeruknya sambil sesekali mengedarkan pandangan ke sekelilingnya yang cukup ramai. Tanpa sengaja matanya beradu dengan sepasang iris tajam milik seorang pria di seberangnya. air muka Kinara berubah pias ketika sepasang mata dingin itu memutuskan kontak. Mata itu, mata yang dahulu menatapnya hangat, mata yang dulu selalu berbinar kini berubah tajam mematikan.

"Lea kangen, bang," lirinya dalam hati.

"Kamu yang di pojok!"

Sontak Kinar melepaskan sendok garpu dari kedua tangannya. Suara itu terdengar datar namun mengintimidasi. "Pojok?" batinnya. Kinar tidak berani menoleh ke belakang. Untuk sesaat, ia merasa gugup, namun sepersekian detik kemudian Kinar kembali memungut sendok dari mangkok berisi bakso miliknya. Yah, dia harus bersikap santai dan bodo amat. Toh pojok di tempat ini bukan hanya satu.

"Kinara! Ikut gue kalau nggak mau terkena masalah!"

Tinggg!! Kinara reflex menjatuhkan benda logam itu dari kedua tangannya, menimbulkan suara berdenting keras yang berhasil memungut perhatian sejumlah orang di tempat itu.

"Kenapa Lo bego banget sih Kinar!" rutuknya dalam hati. Yah, dia baru menyadari nama yang tertempel di punggung kemejanya, ditambah setelan hitam putih yang memperjelas statusnya saat ini. Ya, mahasiswa baru. "Mati, gue!"

Di sinilah Kinar sekarang berada setelah kabur dari kegiatan Ospek, di Kantin umum Umarta. Jika ditanya alasan mengapa ia harus kabur? Kinar akan menjawab, daripada ia harus pingsan di tengah lapangan lebih baik dia ke kantin. Setidaknya kalau harus pingsan, ia dalam keadaan kenyang.

Perlahan Kinara bangkit dari duduknya, menunduk dalam lalu membalikan badan untuk melihat orang itu, dan....

"Woi cowok sinting! Bener-bener dunia itu sempit ya! Awas aja kali ini Lo gak bisa lari dari gue! Pokokny-"

"Ikuti gue, dan Lo akan tau apa hukumannya!" interupsi cowok itu.

"Hell!! Salah gue ap-" 'mati gue! Oh god gue gak mau dihukum help me please' batin Kinar menyadari kesalahannya. Tiba-tiba sebuah ide tercetus dipikirannya. Ide bodoh yang harus disesalinya dikemudian hari.

"Aduh kok kepala gue pusing ya?" Tidak ada yang bereaksi, seisi kantin yang semuanya kakak tingkat Kinar hanya bertaut alis ketika dirinya menjatuhkan diri ke bawah.

"Lho pingsan?"

"Napa tuh anak?" Bisik-bisik terdengar di seluruh penjuru Kantin umum Umarta

"Gak perlu dibantu! biarin dia ngerasain khasiat matahari pagi."

'Wait, maksudnya gue harus tiduran di sini sampe acara kelar?'

Kinara seketika bangkit membuat seisi Kantin kembali menautkan alis menatap heran sekaligus sinis.

"Nggak jadi pingsan?" tanya cowok itu nyaris tanpa ekspresi.

"Nggak jadi pingsan?" tanya cowok itu nyaris tanpa ekspresi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mendung (Eccedentesiast)Where stories live. Discover now