Rooftop

319 71 56
                                    

Kak Qya :
Kinar hari ini Kakak pulang ke Bogor, Kamu baik-baik di rumah sama Bang Alan ya. See you.

Muka Kinara berubah masam setelah membaca pesan singkat tersebut. Kakaknya berangkat ke Bogor hari ini, itu artinya dia akan kesepian lagi.

Kinar melangkahkan kaki kembali masuk ke gedung Ekonomi, dia begitu malas untuk pulang cepat ke rumah setidaknya satu atau dua jam lagi. Kinar mengatakan akan pulang naik taksi pada Anna. Karena sahabatnya itu harus mengikuti pemilihan anggota BEM baru.

Sebenarnya Kinar juga harus mengikuti kegiatan itu karena dirinya juga ikut mendaftar sebagai anggota organisasi tersebut. Namun Kinar dengan tegas menolak dan membantah bahwa dia tidak pernah melakukan registrasi untuk menjadi anggota BEM. Salahnya Anna karena tidak memberitahu Kinar kalau sudah mendaftarkannya di malam inagurasi Agustus lalu.

Biar bagaimanapun Anna tidak berhak memaksakan kehendak Kinar, gadis itu berhak memilih. Anna juga tidak mau Kinar ngambek padanya karena hal itu.

Kinara mendudukkan diri di pinggiran rooftop Ekonomi dengan posisi kaki menjuntai ke bawah, tempat favoritnya selama tiga bulan terakhir. Kinar lelah berkeliling tanpa arah mengitari gedung Umarta yang sudah sepi penghuni, kakinya terasa nyeri karena harus menapaki begitu banyak anak tangga.

Dalam keheningan, sayup-sayup dia mendengar langkah kaki seseorang. Saat menolehkan kepala Kinar mendapati Vero yang sudah berdiri di belakangnya, ya Vero pemilik derap langkah itu.

"Lo ngapain di sini? Mau tidur lagi?" Tanya Vero berjalan ke arah Kinar.

"Urusannya sama Kak Vero apa? Mau gue tidur kek nginep gak ada hubungannya juga kan sama Lo?" Celetukan Kinara dihadiahi jitakan dari tangan besar Vero.

"Aw! Apaan sih Lo? Sakit tau!" ringis Kinar mengusap-usap kepalanya. Vero kini sudah berdiri di sebelah nya membuat Kinar harus mendongakkan kepala untuk melihat lawan bicaranya.

"Gak usah cemberut muka Lo tambah jelek." Vero bersedekap, menahan diri agar tidak tertawa melihat raut menggemaskan Kinara. Saat cemberut seperti ini wajah Kinara terlihat lebih lucu, sangat bertolak belakang dengan perkataannya barusan.

"Gue pikir cewek kaya Lo gak berminat ikutan BEM." Demi mendengar itu Kinara melotot tajam.

"Menurut Lo gue cewek apaan?!"

Vero memasang muka seolah sedang berpikir. "Cewek apa ya?"

"Diem Lo ah! Ngerusak mood gue aja. Lagian juga siapa yang minat jadi babu Kampus? Gue mah ogah." Kinara menyilangkan tangannya di depan dada.

"Gitu ya? Tapi Lo udah jadi bagian BEM kok, sekretaris pula. Selamat ya."

Kinara berdecak. "Lo gak berbakat boong, jelas-jelas gue gak ikut pemilihan mana bisa jadi anggota!"

"Bisa dong, selagi ada rekomendasi dan persetujuan."

"Terus? Lo pikir lo siapa hah?"

"Lo itu ya Ki udah jelek pikun lagi. Gue wakil Presma Umarta, dan punya hak buat merekrut anggota baru."

"Sialan Lo! Kak Vero gue gak mau!" Kinara merengek pada Vero.

"Sayangnya gue gak sebaik itu buat nerima penolakan, gue tinggal buat alasan bahwa jadiin lo anggota sebagai hukuman biar bisa belajar kesopanan."

"Kok-"

"Lo gak mau pulang?" Interupsi Vero.

"Urusannya sama lo apa? Mau gue pulang atau enggak suka-suka gue!" Sinis Kinara.

"Pulang bareng gue," titah Vero.

"Gue masih mampu bayar taksi."

"Yakin masih ada taksi jam segini?"

"Au ah bawel!"

"Yaudah kalo gak mau, kalo ketemu preman jangan salahin gue. Kalau nanti lo dijambret, diculik, badan lo yg kecil ini di potong-potong dijadiin bakso baru tau rasa Lo." Vero membalikan badan meninggalkan Kinara yang masih berkutat dengan pikiran.

Seketika Kinara bergidik ngeri. "Psyco banget woi malihh, Kak Vero!" Panggil Kinara lantang.

Vero menoleh. "Apa?"

"Gue mau."

"Mau apa?"

"Mau pulang," rengek Kinara dengan puppy eyes nya.

"Buruan sebelum gue berubah pikiran."

Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara. Vero pokus mengemudi sedang Kinara menyibukkan diri menatap jalanan dari jendela kaca.

Kinar menoleh ke arah Vero ketika cowok itu berbelok ke arah yang berlawanan dengan arah rumah Kinara.

"Mau ke mana?" Vero tak menyahut.

"Kak Vero! Mau bawa gue ke mana?" Tetap tidak ada jawaban. Kinara mencibir, pasrah akan dibawa ke mana. Mengenyahkan segelintir pikiran negatif bahwa Vero akan meninggalkannya di jalanan sepi atau di tengah hutan. Kinara menarik napas dalam, mengisi rongga kepalanya dengan pikiran positif. Mereka sedang berada di tengah kota, tentu tidak akan ada hutan.

Lima belas menit mobil yang Vero kemudikan berbelok masuk ke sebuah kompleks perumahan yang begitu asing untuk Kinara.

"Ini rumah siapa?" Tanya Kinara ketika mobil yang ia tumpangi melewati gerbang hitam yang menjulang ke atas.

"Kak Vero ini rumah lo?"

"Bawel banget sih." Lagi-lagi Vero mengabaikan Kinara, cowok itu keluar dari kursi kemudi tanpa repot membukakan pintu untuk Kinara.

"Tungguin gue woi!" Kinara mengentak-entakkan kakinya kesal, menyusul Vero yang sudah berdiri di depan pintu ber cat putih.

"Kak Vero ini apaan sih? Kenapa gue dibawa ke sini?" Omel Kinara.

"Emang tadi gue bilang apa? Pulang bareng kan? Bukan gue anter pulang! Berhubung tujuan gue ke sini yaudah lo gue turunin di sini."

Mata Kinara melebar mendengar penuturan Vero. "Sialan! Bejat banget jadi cowo!"

"Siapa?" Suara pintu yang dibuka dari dalam menginterupsi omelan Kinara. Dari dalam sana keluar seorang wanita dengan rambut sebahu yang sedang membawa nampan berisi minuman.

"Siang Bunda," sapa Vero ramah sembari mencium punggung tangan wanita tersebut.

"Siang juga Vero, Rey dan Galang udah nungguin tuh di atas."

Wanita itu tersenyum, lalu matanya menangkap anak perempuan yang wajahnya sedikit tersembunyi di balik tubuh Vero. "Dengan siapa?"

"Hai ta.. tan-te."

Tarrrrr! Nampan yang ada di tangannya seketika terlepas lalu membentur lantai. Wajah wanita itu terlihat syok dan terkejut.

 Wajah wanita itu terlihat syok dan terkejut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Typo bertebaran!

Mendung (Eccedentesiast)Where stories live. Discover now