Sejenak Bahagia

289 40 38
                                    

"Kinar kamu baik-baik aja?"

"Maksud kakak? Kinar nggak kenapa-napa tuh." Kinar berujar di tengah kunyahan roti selai kacangnya.

"Maksud Kakak Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum terus? Adik Kakak lagi bahagia ya?"

Kinar menahan bibir untuk tidak tersenyum namun nihil, sabit itu sudah terlihat di bibir mungilnya. "Kinar bahagia banget karena Kak Qya bakalan ada di rumah seminggu penuh."

Ujar Kinar menggebu, enggan menyudahi semu merah di pipinya.

"Bener karena Kakak?" Mata Qya berkilatan jahil meminta penjelasan yang lain.

"Iya Kakak, Kinar seneng banget ada Kakak di rumah. Yaudah kalo gitu udahan ya Kak, mau berangkat takut telat."

Usai meminta izin Kinar menyalami tangan Kakaknya.

"Hati-hati."

"Non." Panggilan Bi Iim terdengar detik itu juga.

"Non Kinar di depan ada pacar nya Non, katanya teh mau berangkat ke Kampus bareng."

Mata Kinara melebar. "Mati gue! Bibi kok lemes banget sih!"

Kinara mengambil langkah lebar menyejajarkan dengan Azqya yang sudah berada di depannya.

"Siapa nih?" Qya tersenyum ramah ketika sampai di ruang tengah.

"Kenalin Kak saya Vero pacarnya Kinar, saya mau ajak Kinar berangkat bareng, boleh?"

"Oh adik Kakak udah gede ternyata. Kalau kamu bisa pastiin Kinar sampai dengan selamat, Kakak izinin," sahut Qya serius.

"Saya janji Kak, Kinar pulang tanpa ada yang kurang."

"Kakak bercanda Vero, hati-hati ya." Setelah kalimat itu, Qya mendekatkan wajahnya ke Vero membisikkan sesuatu yang sama sekali tidak bisa didengar oleh adiknya itu.

☁️☁️MENDUNG☁️☁️

"Kak Vero lo itu apa apaan sih! Ngapain juga pake acara jemput gue ke rumah?" omel Kinar ketika duduk di kursi penumpang mobil Vero.

"Aku nggak boleh nih jemput pacar sendiri?"

"Paan sih! Geli tauk, nggak ada Aku Kamu please deh!" Kinara memberengut namun semu merah di pipinya enggan diajak kompromi.

"Terus maunya apa? Sayang?" goda Vero.

"Tauk ah!"

"Pipi Lo merah." Refleks Kinara menutupi wajahya kedua tangan.

"Tadi Kak Qya bisikin apa?"

"Kepo!" Kinara mengerucutkan bibir kesal.

"Gak usah cemberut, muka Lo makin jelek kalo gini," ejek Vero membuat Kinar menatap tajam padanya.

"Bercanda," lanjut Vero mengundang garis lengkung di bibir Kinara. "Gitu dong! Kan makin cantik kalau senyum."

"Baru sadar kalo gue cantik?"

"Cantik dong kan pacar gue."

"Kalo bukan pacar?"

Veru tersenyum jahil kemudian berujar, "ya gitu deh."

"Kak Vero!"

"Apa sayang?" Vero mengacak rambut Kinara membuat gadis itu memalingkan wajah ke jendela sembari menahan senyumnya.

Melihat tingkah Kinara, tangan Vero terulur mencubit pipi cewek itu hingga meringis, sedang Vero malah tertawa puas.

Sekitar lima belas menit mereka sampai di lahan parkir Umarta. Ada banyak pasang mata yang memperhatikan. Kinara merasa gugup dan malu, Kinara terganggu dengan tatapan sinis para Mahasiswi di sekolahnya tetapi Vero tidak mempedulikan itu. Bahkan Vero sengaja mengantar Kinara sampai ke depan kelasnya, menimbulkan riuh nyinyiran sekaligus cuitan.

Mendung (Eccedentesiast)Where stories live. Discover now