Pukul 17 lewat 39

49 2 0
                                    

"Ki, bangun dong. Kan gue kangen. Jangan lama-lama tidurnya. Ayo dong ki marahin gue lagi, cerewetin gue. Kalau lo gak ada gue gak bisa, ki." Anna tak berhenti berbicara dan meminta Kinara membuka matanya.

Reyhan, Galang dan Alan yang saat ini juga sedang berada di ruangan itu, hanya bisa menatap Kinara dengan sendu. Mereka semua merindukan Kinara.

"Please, bangun Ki. Emangnya lo gak kangen apa adu mulut sama gue?"

Reyhan yang berada di samping Anna menepuk-nepuk pundak gadis itu.

"Kinara pasti bisa denger suara lo, Na. Tapi kita gak tau apa yang lagi dia lakuin di alam bawah sadarnya.

Alan yang tengah duduk di Sofa hanya bisa memerhatikan keduanya. Ia tersenyum nanar memandangi wajah teduh Kinara dari tempatnya. Jauh di dalam hatinya, entah berapa ribu kata yang telah ia rapalkan. Ada beribu maaf dan penyesalan yang tak mampu ia sampaikan pada adiknya itu.

Sayupan-sayupan suara mulai memasuki alam bawah sadar Kinara. Ia mendengar semuanya tapi tidak bisa melihat apapun karena semuanya gelap. Ia seperti berada di ruang kosong dan hampa. Kemudian ia melihat seuah cahaya dan mulai melangkahkan kakinya. Selangkah yang ia ambil seketika melemparnya menuju ruang putih yang nyaris tanpa batas.

Dari kejauhan dilihatnya sebuah keluarga bahagia yang membuat air matanya menetes saat itu juga.

"Embun sayang, sudah siap berangkat?" tanya seorang Pria Muda pada putri kecilnya.

"Siap, captain!" Gadis kecil itu hormat sembari tersenyum riang.

Usai memakaikan seatbelt pada putri kecilnya, Pria itu memasuki ruang kemudi di mana sudah ada Istrinya yang duduk di kursi penumpang di sebelahnya.

"Ayah, Bunda. Besok Embun mau ke sana lagi ya," celoteh gadis kecil yang sedang memeluk boneka kelinci itu.

Hanna menoleh ke belakang, "Iya kesayangan Bunda, nanti kita ke sana lagi."

"Promise!"

"Promise sayang."

"I love u Bunda."

"I love u too Sayang."

"I love u Ayah."

"I love u more princess kecil Ayah."

Braakkk!

Mobil yang mereka kendarai masuk ke dalam jurang saat sedang berusaha menghindari truk yang melaju kencang dari arah berlawanan.

Hujan deras mulai mengguyur langit malam. Di tengah kegelapan yang mencekam terdengar suara lirih.

"Go, sayang! Pergi dari sini embun."

***

Siang ini keadaan Hana sudah mengalami kemajuan. Ibu sambung dari Dimas itu sudah bisa menggerakkan tangan dan kakinya. Hana juga sudah bisa berbicara walau masih terbata. Usai menjalani pemeriksaannya, sesuai janji Dimas dan Anwar memapah Hana perlahan mendudukkan di kursi roda. Dimas tidak bisa menyembunyikan keadaan Kinara pada Hana, karena semenjak keadaannya sedikit membaik Hana terus mencari keberadaan putrinya.

Maka disinilah mereka berada. Sebelum masuk ke ruang perawatan, Anna, Reyhan dan Galang lebih dulu menyambut Hana dengan penuh rasa syukur. Satu persatu dari mereka menyalami punggung tangan Hana.

Wanita itu tersenyum hangat. Selepas Anna melepaskan pelukan dari Hana, Dimas kembali mendorong kursi roda Ibunya itu.

Sedetik setelah pintu di hadapan mereka terbuka, air mata Hana meluncur begitu saja. Bau khas obat-obatan menyeruak serta suara monoton bedside monitor membuat suram suasana di depan mereka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 16, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mendung (Eccedentesiast)Where stories live. Discover now