Kantin

342 76 29
                                    

Kinara merenggangkan semua persendiannya yang terasa kaku, akhirnya terbebas dari Dosen berkepala pelontos. Tiba di kantin Kinara mengerucutkan bibir mendapati tidak ada bangku yang kosong untuk di duduki.

"An gue laper," lirih Kinara.

Seketika senyum Anna mengembang saat tatapannya beradu dengan manik Reyhan yang tengah melambaikan tangan ke arahnya.

"Ki ke sana yuk." Anna menyeret Kinara tanpa meminta persetujuan. Di seberang sana Kinar bisa melihat kursi yang duduki empat orang pemuda, Vero, Dimas, Galang serta Reyhan. Kinara mendelik menyadari cowok menyebalkan yang dikenalnya baru-baru ini ada di sana. Dia antara enam kursi yang tersisa dua.

"Gabung aja gak ada tempat kosong lagi juga." ungkap Reyhan diiringi senyuman.

"Thanks, Kak," Anna langsung duduk di hadapan Reyhan, mau tak mau Kinara harus duduk di depan Vero. Sementara Galang dan Dimas berada di sisi kiri dan kanan mereka. Mata Kinara berkeliling mendapati beberapa pasang mata yang mencuri pandang ke arah mereka.

Setelah malam inaugurasi lalu, hubungan Anna dan teman-teman Vero mulai lebih dekat. Terlebih setelah insiden minta maaf Dimas dengan toa di depan rumahnya, yang tentu hanya menjadi rahasia antara dirinya dan Dimas. Anna tidak punya muka untuk menceritakan hal memalukan itu kepada Kinara. Bisa-bisa sahabatnya itu akan terus mengejek Dimas setiap kali mereka bertemu. Kalau sudah begitu, Anna juga yang tidak enak nantinya. Tawa Anna hampir menyembur ketika mengingat kembali momen ketika Dimas disemprot ibu-ibu kompleks karena membuat keributan di sana.

Peribahasa teman membawa berkah rupanya berlaku untuk Anna. Akibat malam sial itu, dirinya dan Dimas bisa menjadi lebih dekat.

"Woi kenapa Lo senyam-senyum, sakit nih anak," ejek Kinar dengan suara keras, meletakkan tangannya di dahi Anna sambil terkikik. Tak peduli kini dirinya menjadi perhatian banyak orang.

Kinara mulai terbiasa menjadi sorotan publik. Seperti pagi ini, baru juga memasuki kantin sudah banyak yang membicarakannya dan berbisik tak suka ketika ia duduk bersama Vero dan teman-temannya. Bagaimana tidak, Keempatnya adalah cowok tampan pentolan Umarta.

"Lo udah baikan?" tanya Dimas tertuju pada Kinara.

"Lah emangnya gue sakit?"

"Malam inagurasi kayaknya sih iya,"

"Gue gak inget tuh." Kinara mengedikkan bahu cuek. Orang sakit pun pasti sudah sembuh dalam rentang waktu sebulan, dasar aneh.

Berbeda dengan Reyhan yang merasa kejatuhan durian runtuh di datangi kedua cewek itu, reaksi Vero justru biasa saja. Ia malas mendengar gombalan basi dari sahabatnya Reyhan.

"Lo kok cantik banget hari ini Na," puji Reyhan.

Reyhan terkenal sebagai cowok playboy di Umarta. Bagi Reyhan menjadi seorang playboy adalah caranya untuk bersyukur. Dia harus memanfaatkan sebaik mungkin pesona nya yang mampu memabukkan semua cewek di kampusnya.

Anna tersenyum malu. "Thanks Kak."

Kinara melotot tajam pada Reyhan, dia tidak mau sahabatnya menjadi salah satu korban pemuda itu. "Mending Lo gak usah modus sama temen gue deh." Kinara berujar galak.

"Buset dah galak amat neng, tapi lo cantik juga Ki." Reyhan melempar senyuman mautnya. Sebenarnya gombalan tidak perlu bagi seorang Reyhan. Jangan lupakan, ini Reyhan, yang hanya diam saja sudah membuat cewek-cewek histeris.

Namun jika cewek lain akan tersipu malu dengan ucapan Reyhan kemudian jatuh dalam pesona cowok itu, Kinara adalah pengecualian. Gadis itu justru mengibaskan rambutnya jumawa, menatap remeh lawan bicaranya.

Mendung (Eccedentesiast)Where stories live. Discover now