Vero Angkasa

583 137 110
                                    

"Kinara lelah Tuhan."

Kinara menyerah, dia sudah lelah berkeliling hamper ke seluruh Umarta, kantin, perpustakaan, gedung Fisip, Fkip, Ekonomi, hukum, lapangan indoor, ruang musik, halaman belakang , taman, hingga rooftop sudah ia sambangi satu persatu. Kinara menerka-nerka lingkungan yang sepertinya cocok dengan nama Vero, apakah dia Mahasiswa Fkip? Hukum? Atau bahkan teknik?

Kinara berusaha mencocokan nama Vero dengan berbagai lingkungan, mungkin dia anak bandel, atau bisa jadi anak yang pintar. Tapi sepertinya nama Vero tidak cocok untuk tipikal anak rajin. Kinara menghembuskan napas prustasi, jelas cara berpikirnya sangat tidak masuk akal.

Menyandarkan bahu ke pohon, Kinara membuka penutup botol minuman, menenggaknya hingga habis. Wajah Kinara sudah memerah akibat sinar matahari, rambutnya juga berantakan dan beberapa menempel di dahinya yang berkeringat. Kinara mengamati sekitar, taman belakang tempat pertama yang dia beri label tempat terlaknat. Kinara mendongakkan kepala menatap ranting dan daun-daun pohon trembesi yang menjadi tempatnya bersandar. Aroma kayu tua menyeruak menusuk penciumannya.

"Vero? Siapa sih Lo?" Kinar menggumam pelan.

***

Anna barusaja kembali dari perpustakaan ketika melihat Kinar yang tengah memejamkan mata di bawah pohon. Karena menjemput Kinara, Anna harus rela menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan. Tempat yang paling anti di datanginya kalau tidak ada kerja kelompok. Saat dirinya harus ketiban sial, Kinar sahabatnya itu malah asik tiduran di taman.

"Tsunami!!!" Teriak Anna tepat di telinga Kinar. Gadis itu terperanjat kaget, Kinara berdiri siaga memeluk pohon trembesi mendengar adanya tsunami. Sementara Anna terpingkal sambil memegangi perutnya, sekeliling mereka ikut tertawa melihat Kinar yang berusaha memanjat pohon dengan tubuh mungilnya.

Sadar dibohongi Kinara berteriak marah. "Anna!!! Gila lo sumpah! Lo mau bikin gue jantungan terus mati mendadak di sini, iya?"

"Peace." Anna masih belum berhenti tertawa, duduk di sebelah Kinar.

"Sumpah ya, Lo udah bikin gue malu sejagat raya! Anna gue malu," Kinar cemberut mengacak-acak rambutnya prustasi.

"Lagian lo enak banget tiduran di sini sementara gue harus nyusun ratusan buku di ruangan bau otak itu. Kan lo yang udah bikin gue sial, harusnya lo bantuin gue kek," cerocos Anna. Tentu saja Kinar tidak merasa bersalah.

"Anna, lo pikir gue lagi nyantai di sini? Lah elo enak timbang nyusun buku doang, bocah juga bisa. Hukuman gue jauh lebih susah dari lo tau gak?"

"Jadi lo di hukum jugak?"

"Menurut Lo? Itu setan bakal lepasin gue gitu aja? Gila ya emang tu cowok nyebelinnya kelewat banget, masa nih An gue di suruh keliling satu sekolah cuma buat nyari senior yang namanya Veri, Vera, Vero apalah itu gak penting banget sumpah."

"Ki-"

"Gue belum selesai Anna, jadi nih gue udah muter-muter nanyain nama orang satu satu sampe malu sendiri gue. Apesnya lagi malah gue dinyinyirin sama tu kakak tingkat songong, yang gayanya udah nandingin syahrini. Dia pikir cantik kali ya, idih amit-amit cantikan juga gue kemana-mana. Kalo bukan demi masuk kelas, ogah banget gue capek-capek gini." Kinar mendengus sebal.

"Kinara-"

"Dengerin gue dulu An," interupsi Kinar.

"Kinar! Lo yang harus dengerin gue dulu! Lo bilang lo dihukum?"

"Iya Anna kan barusan gue cerita makanya didengerin!" Kinar memberengut.

"Ih lo itu hobi banget motong omongan gue, dengerin dulu napa? Gue mau bantuin lo!"

"Iya iya apa seyenk?" kata Kinara sok imut.

"Lo beneran di suruh nyari Kakak senior yang namanya Vero?" Kinar mengangguk mantap.

"Vero Angkasa?" Anna memastikan.

"Iya Anna, lo tau?"

"Lo dikerjain Ki. Kak Vero Angkasa, Mahasiswa semester lima Komunikasi, Wakil Presma yang katanya pentolan Umarta dan Lo tau kok orangnya." Anna menggaruk tengkuknya ragu.

"Maksud Lo? Yang jelas dong An, gue kenal masa?" Baiklah dalam hitungan ketiga Anna harus menutup telinga.

"Tuh." Anna menunjuk seseorang yang sedang berkumpul dengan anggota BEM lainnya di koridor kelas, jaraknya cukup jauh namun Kinara tentu dapat melihat jelas orang yang ditunjuk Anna.

"WHAT?? JADI MAKSUD LO?"

Kinara mengepalkan tangan menahan geram, matanya menatap awas tak lepas dari cowok menyebalkan yang ia temui dua hari ini. Dia Vero Angkasa, cowok menyebalkan sejagat raya. Kinara bangun dari duduknya, berderap dengan kaki dientak-entakkan. Mata Kinara berkilatan emosi, menatap nyalang seseorang di seberang sana. Cowok yang sudah membuang tiga jam waktunya yang berharga. Vero, pemuda itu harus bertanggung jawab atas waktunya yang terbuang sia-sia.

Kinar baru ingin menghampirinya ketika tiba-tiba teriakan Anna terdengar hingga ke semua penjuru, selanjutnya diikuti jeritan tertahan dari orang-orang sekelilingnya. Kinara jatuh terduduk dengan sangat tidak anggun ketika dengkulnya membentur pot beton kasar yang baru selesai dibuat.

"Aaaaaaaww, Kak Qya!!" Kinara menangis detik itu juga menyadari kaki sebelah kanannya sudah di lumuri cairan merah kental.

Dalam hati Kinara mengumpat pembuatan pot bunga yang menurutnya tiba-tiba itu padahal sudah satu minggu lebih proyek taman belakang dikerjakan. Kinara menunduk malu membatasi akses mata kerumunan mahasiswa yang mencuri pandang ke arahnya.

"Makanya kalo jalan jangan pake mata bathin!" Kinara mendongak mencari sumber suara, Vero pemuda itu berdiri tepat di hadapannya. Kinara baru ingin menyumpah serapah ketika Vero mengambil alih tubuhnya ke dalam gendongan. Jika suasananya berbeda maka sudah dipastikan Kinara akan mematahkan tulang Vero disaat itu juga.

"Dasar nggak punya hati!" Rutuk Kinar dalam hati.

"Udah gak usah nangis lagi, muka Lo makin jelek kalo nangis kejer kayak gini," ejek Vero membuat Kinara menatapnya tajam.

"Canda jelek," lanjutnya mengacak puncak kepala Kinara.

"Canda jelek," lanjutnya mengacak puncak kepala Kinara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mendung (Eccedentesiast)Where stories live. Discover now