15 || Hukuman (2)

Start from the beginning
                                    

Ersya hanya bisa menyengir sembari mengaruk belakang telinganya yang tidak gatal sama sekali. "Hehe, Ra, gue ... — "

"KUTIP ULANG! ATAU LEHER LO GUE PATAHIN — "

"Astaga, iya-iya, gue kutip nih woy!"

***

"Istirahat dulu, guys. Panas banget soalnya."

Kini, semua anak kelas XII IPS 5 tengah beristirahat di kantin. Mereka duduk di meja yang paling tengah sehingga menjadi sorotan utama seisi kantin. Sekarang adalah jam istirahat pertama dan kantin sedang ramai-ramainya.

Mereka semua duduk sambil mengipasi diri masing-masing. Keringat bercucuran turun dari pelipis, beberapa dari mereka bahkan seragamnya sudah lumayan lembab. Mereka tak peduli penghuni kantin yang lain terganggu oleh bau badan mereka atau aura panas yang mereka bawa. Yang penting, sekarang ngadem dulu lalu nanti mulai bekerja.

"Si Andra lama banget pesan minuman doang elah," keluh Farzan sambil terus mengipasi lehernya yang basah.

"Sabar, Jan. Tempatnya Bude Latip lagi rame banget tuh," Dara menunjuk tempat Bude Latip yang memang sangat ramai. Ia bahkan bisa melihat Andra yang beberapa kali terdorong oleh orang lain.

"Setelah ini kita ke mana?"

"Toliet."

Semuanya sontak menatap Asep dengan tatapan yang heran.

"Eh, maksudnya tomilet — ck, toleit — astaga ngejanya gimana, sih?!" Asep akhirnya tidak tahan karena terus mengucapkan kata yang salah.

"Toilet, Sep. To-i-let," sahut Ersya sembari terkekeh kecil.

"Yaelah si Bule, ngeja toilet aja salah," ledek Farzan.

Asep hanya mendelik pada cowok itu.

"Kalo gitu, gue ke toilet cewek sendirian dong?"

"Ah, iya, Ra."

Percakapan terjeda sebentar karena akhirnya Andra datang membawa banyak minuman. Tangan sebelah kanan terisi oleh minuman-minuman Teh Sisri, sedangkan yang sebelah kiri penuh dengan plastik yang berisi minuman berbentuk gelas.

"Lo gapapa sendirian?"

Dara menatap Revan dengan mulut yang masih menyeruput Teh Gelas. "Selow."

Para cowok itu saling bertukar pandang. Pemikiran mereka sama. Mereka merasa bersalah. Mereka yang membawa Dara hingga akhirnya cewek itu merasakan hukuman. Masalahnya, mereka jelas tahu bahwa satu-satunya cewek di kelas itu belum pernah merasakan yang namanya hukuman. Belum lagi ia harus membersihkan toilet perempuan yang luar biasa kotornya — mereka yakin itu — sendirian.

Dara yang merasa keadaan hening mendadak langsung mendongak menatap teman sekelasnya itu satu persatu. Alisnya bertaut saat mendapati mereka malah menatap dirinya balik. "Kalian kenapa?"

Tidak ada yang menjawab.

Dara menghela napas. Ia akhirnya paham situasi ini. "Gapapa kok, ngapain juga kalian ngerasa gak enak? Kan gue yang mau, udah deh."

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now