- EXTRA PART -

566 18 2
                                    

Drt drt drt

Ponsel itu terus bergetar, membuat Difa yang masih menikmati mimpinya jadi terganggu.

"Ck, ganggu nih orang. Sapa sih yang telpon pagi-pagi gini?! " Kesal Difa sambil meraih ponselnya yang ada di samping bantal.

"Halo! Ganggu aja! Masih pagi juga! " Sembur Difa dengan mata yang masih tertutup.

"Wa'alaikumsalam, Difa. Ini udah jam tujuh lebih, kunyuk! " Ucap suara di seberang sana.

Mata Difa membuka lebar, spontan ia langsung mengubah posisinya menjadi duduk.

"Ngapain telpon?! " tanya Difa dengan nada kesal.

"Emang harus ada alasan kalau mau telpon pacar? " Tanya Satya balik yang membuat Difa menahan senyumannya dengan pipi memanas.

"Paan sih?! Cepet ngomong mau apa. " Ujar Difa yang membuat Satya mencibir.

"Jam 8 gue jemput. Nggak ada penolakan. Cepetan mandi. Gue datang harus udah rapi. "

Tut

Difa mengatupkan bibirnya, kehabisan kata-kata untuk meladeni kekasihnya itu.

"Untung sayang ... " Gumamnya sambil mengelus dada, mencoba sabar dengan kelakuan ajaib Satya yang semakin menjadi.

Dengan segera ia beranjak menuju kamar mandi, membersihkan diri, dan bersiap. Daripada Satya nanti mengomel tak jelas kalau ia telat.

Untuk mengantisipasi perdebatan agar tak terjadi, ia mempercepat aktivitas mandinya.

***

"Mau ke mana sih?! " Teriak Difa bertanya kesal—entah sudah keberapa kalinya—saat motor Satya masih saja melaju entah ke mana.

"Diem aja napa?! Berisik! " Lagi dan lagi, Satya menyembur Difa saat Difa bertanya. Rasa-rasanya ... Sekarang Satya sedang dalam mode lion on.

Bibir Difa mengerucut sebal. Tangannya memegang ujung jaket yang dikenakan Satya. Sebenarnya ia ingin sekali melingkarkan lengannya di pinggang Satya dan menyenderkan kepalanya di punggung tegap itu, tapi ... ia jelas terlalu gengsi untuk melakukannya.

"Turun! " Titah Satya yang membuat Difa tersentak karena sedaritadi tanpa sadar ia sudah tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Biasa aja kali! " Sewot Difa sambil turun dari motor Satya, ia melepas helm, dan menyodorkan helm itu ke Satya.

Difa mengernyit saat menjelajahkan pandangannya, sepertinya ia tahu sekarang ia berada di mana.

Terdiam sejenak, sampai matanya membelalak kaget saat menyadari sesuatu.

"Rumah lo, Sat?! Loh, ngapain?! " Tanya Difa setengah panik.

Satya menaikkan alisnya, mengedikkan kedua bahunya, kemudian berlalu begitu saja menuju ke pintu utama.

"Sat, ngapain sih?! Kok nggak bilang kalau mau ke rumah lo?! " Tanya Difa lagi sambil berusaha menyusul langkah Satya.

Satya menoleh kesal. "Dari tadi nanya mulu lo. Udah, diam aja sih! Berisik! " Ujarnya.

Lagi dan lagi Difa mencebik kesal. 'Kapan sih nih cowok peka dikit gitu? Nggak tahu apa kalau sekarang perut gue mules gegara mau ketemu camer?!' gerutunya kesal.

"Assalamu'alaikum! ... " Teriak Satya sambil melangkah memasuki rumahnya dengan Difa di belakangnya yang menahan rasa gugup.

"Wa'alaikumsalam ... " Jawab seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di kursi ruang tamu.

ABOUT THEMWhere stories live. Discover now