- ABOUT THEM - 25

259 14 2
                                    

Difa menghela napasnya saat membaca pesan balasan dari Satya beberapa saat yang lalu. Ia menyandarkan punggungnya di leher kursi taman belakang sekolah.

Ia sudah memutuskan hal itu, rencananya sudah bulat dan tak bisa diganggu gugat.

Ia tersenyum, semoga apa yang ia pikirkan semalaman tadi adalah jalan terbaik yang memang harus ia ambil.

Drt drt

Getaran ponsel di samping tubuhnya membuatnya dengan segera mengambil ponsel itu dan memeriksanya.

Ternyata ada sebuah pesan dari temannya.

Arvis Kardus : Lo dah bikin anak orang sedih

Mulut Difa reflek melontarkan umpatannya. Dengan diiringi gerutuan dari bibirnya, ia mengetikkan pesan balasan.

NaDifangelia : Dan apa yg lo ketik tadi lo juga bikin anak orang sedih

Arvis Kardus : Bomat

"Dasar Kardus nggak tahu diri! " Kesalnya sambil menekan keyboard ponselnya dengan keras.

NaDifangelina : Nggak tau diri! Udah gue bantuin juga!

Arvis Kardus : Lo yg gue bantuin

NaDifangelina : Tapi lo maukan? Lo butuh itukan? Dasar kardus!

Arvis Kardus : Bacot

Difa hanya mencibir saja, malas meladeni orang macam Arvis, yang ada nanti bisa-bisa ia terkena darah tinggi. Orang ini ngeselinnya sebelas-duabelas sama Satya, pikirnya.

Namun, satu pesan lain yang dikirimkan Arvis membuat matanya membelalak dengan kerutan yang tercetak jelas di dahinya.

Arvis Kardus : Kayaknya Qila dah tau semuanya deh

"Kok? Kok? " Dengan cepat ia mengetikkan pesan balasan.

NaDifangelina : Kok bisa?

Arvis Kardus : Gatau, tadi gue mergokin Qila nangis di perpus sambil liatin Satya yang kyknya buru² keluar perpus

NaDifangelina : Kok gitu?

Arvis Kardus : Yamana gue tau, njir

Difa menggigiti bibirnya, tak ada niatan lagi untuk membalas pesan itu. Sekarang ia sibuk bertanya-tanya dalam hati. Bagaimana nanti kalau ia bertemu dengan Qila? Apa ia harus bersikap seakan-akan tak terjadi sesuatu?

"Ini kenapa sih?! " Kesalnya frustasi.

"Ya lo yang kenapa?! "

"Astagfirullah! Setan! "

Difa terlonjak kaget saat tiba-tiba sebuah suara menyahuti ucapannya. Ia menutup matanya dengan tangan yang sibuk mengelus dada.

"Enak aja ganteng gini dibilang setan! "

Ucap suara itu sambil mendudukkan dirinya di kursi kosong samping Difa.

Dengan memasang ekspresi kesal, Difa menoleh ke orang yang ada di sampingnya.

"Nggak usah buat jantungan bisa?! " Tanyanya sarkas.

Satya terkekeh, ia melipat dua tangannya di depan dada sambil menatap Difa lekat.

"Kok tiba-tiba? "

Pertanyaan itu sontak membuat Difa mengernyit bingung. "Apanya? Lo yang tiba-tiba muncul. "

"Kenapa minta break? "

Mulut Difa terkatup, ia melengos sembari mengalihkan pandangannya ke pohon yang ada di depan sana.

ABOUT THEMWhere stories live. Discover now