- ABOUT THEM - 24

238 15 0
                                    

Seorang lelaki berseragam putih abu itu sedang berdiri bersandar di rak perpustakaan dengan pandangan tertunduk mengamati buku yang ada di tangannya. Sekali-kali ia membalikkan lembar demi lembar buku itu dengan tatapan malasnya.

"Ck! " Decakan keras meluncur begitu saja dari bibirnya, ia menutup buku yang ada di tangannya itu dengan keras.

"Ke mana sih tuh anak?! Lama banget kek siput! " Gerutunya.

Dengan bibir yang mengerucut sebal, ia melangkahkan kakinya ke arah meja yang terletak di tengah-tengah perpustakaan itu. Sesampainya di sana, ia segera mendudukkan dirinya di kursi pojok. Kedua tangannya dilipat di atas meja, kemudian dengan tanpa peduli, ia langsung menemgelamkan wajahnya di lipatan tangannya itu.

"Enak aja, siapa yang butuh siapa yang nyari?! Lo kira gue babu lo gitu?! "

"Yaelah, Qil. Gitu amat lo ama sahabat sendiri, ini udah nggak bisa ditahan lagi ... "

"Pokoknya gue nggak mau! "

"Ayolah, Qil ... ya ya ya .... "

Dahi Satya mengernyit saat mendengar suara ribut itu. Suara itu sangat familiar di pendengarannya. Dengan segera ia mengangkat kepalanya dan melongokkannya ke samping kanan.

Pandangannya menyipit saat melihat sekelebat bayangan seorang gadis berambut sebahu yang baru saja menghilang di belokan koridor.

"Difa? " Gumamnya bingung.

"Woy, Sat! "

Satya mengerjap saat tiba-tiba wajah Qila sudah berada di hadapannya. Ekspresinya menurun begitu saja dengan wajah yang dibuat kesal.

"Ngapain lo di sini? " Tanyanya sewot.

Qila merengut. "Biasa aja kali! Mau cari bukulah, emang lo, molor aja bisanya. " Balas Qila tak kalah sewot.

Satya hanya mencibir sesaat, kemudian ia teringat sesuatu saat Qila mulai berlalu menuju rak yang ada di samping kirinya.

"Eh, Qil! " Panggilnya yang membuat langkah Qila terhenti.

Debaran aneh itu tiba-tiba saja muncul, pipinya memanas. Tapi dengan segera ia mengendalikan ekspresinya.

"Paan? " Tanyanya seraya menatap Satya yang baru saja berhenti di hadapannya dengan pandangan yang ia buat malas.

"Eum ... " Tangan Satya menggaruk tengkuknya dengan salah tingkah. "Difa mana? " Tanyanya dengan pandangan yang ia buang ke arah rak yang ada di samping kanannya.

Ekspresi Qila menurun, tapi dengan segera ia menormalkannya. "Mana gue tahu! Lo kira gue emaknya gitu? "

"Yaelah, gue kan cuma nanya! "

Qila berlalu, tak memedulikan Satya yang mencibir kesal. Suasana hatinya sedang tak baik.

Satya berbalik, ingin mencari keberadaan Difa sendiri. Tak sabar lagi dengan anak itu, ia ingin memakinya saat bertemu nanti.

"Sat! "

Panggilan itu membuat Satya reflek menoleh dengan wajah mengeruh.

"Paan lagi?! " Sewotnya yang membuat Qila mencibir sesaat.

"Ambilin itu dong! " Titahnya sambil menunjuk sebuah buku bersampul biru tua yang terletak di rak paling atas.

Pandangan Satya mengikuti telunjuk Qila, seketika ia tertawa mengejek.

"Kenapa? Nggak nyampek ya? " Tanyanya, membuat Qila mencuatkan bibir kesal.

"Nggak usah ngejek! " Kesal Qila yang membuat tawa Satya semakin keras.

ABOUT THEMWhere stories live. Discover now