- ABOUT THEM - 17

294 16 4
                                    

Hari demi hari terlewati begitu saja, tak terasa besok mereka sudah kembali bersekolah. Ya, sekarang adalah hari minggu, tepat berakhirnya liburan sekolah semester ganjil ini.

Pagi ini, pukul delapan lebih enam belas menit, semua—Lisa, Difa, Fita, Qila, dan Satya—sudah berkumpul di halaman belakang rumah Lisa.

"LISA! ... " Teriak Difa girang sambil berlari mendekat ke arah Lisa, Qila, dan Fita yang sedang duduk di bawah pohon mangga.

"Apa? " Tanya Lisa bingung sambil menaikkan alisnya. Sedangkan yang lain masih sibuk dengan laptop Lisa yang menayangkan film drakor kesukaan mereka.

"Gue pinjem novel lo ya?! Please, please, please! ... " Mohon Difa, mengeluarkan puppy eyes-nya sambil menunjukkan novel yang tadi ia ambil dari kamar Lisa.

Lisa melihat novel yang ada di tangan Difa sejenak, "Terserah, tapi—"

"YEAH! ... Makasih Lisa sayang ... " Potong Difa girang sambil memeluk Lisa, kemudian berlari menuju gazebo yang berada tak jauh dari pohon itu.

Lisa hanya mendengus kesal, kembali memfokuskan pandangannya ke layar laptop miliknya, bergabung dengan Qila dan juga Fita.

Sedangkan di gazebo sana, dengan girang Difa membuka lembar novel itu dan membacanya.

Ia membaca dari lembar demi lembar. Tak ada gangguan, ia sangat menikmati alur cerita itu.

Huh ...

Difa mengelus telinganya, sepertinya hembusan angin itu menganggunya. Tapi Difa dengan cuek tetap meneruskan acara membacanya.

Huuuh ...

"Ck! " Decak Difa sambil mengulas telinganya dengan kasar saat hembusan angin itu semakin kencang. Tapi tetap, ia tak ingin mengalihkan pandangannya dari novel yang ia baca itu.

"Difa ... Hihihihi ... "

"HUAH! ... " Teriak Difa spontan saat bisikan halus itu tepat di samping telinganya.

Buk

Buku novel tebal itu mendarat mulus di wajah seseorang yang ada di samping Difa.

Difa menoleh, seketika tawanya pecah begitu saja. "Buahahaha ... Makan tuh buku! Makan! Salah siapa jail sama gue, hahaha! ... " Tawa Difa sambil menunjuk-nunjuk wajah Satya.

Ya, orang itu adalah Satya. Sebenarnya, sedaritadi Satyalah orang yang menganggu Difa. Meniup dan berbisik ke telinga Difa.

"Sial. " Umpat Satya sambil mengusap wajahnya yang terasa berdenyut karena hantaman buku tebal itu, sedangkan Difa masih setia dengan tawanya.

Satya mengerucut sebal, tapi setelah itu, ia justru mengulas senyuman jailnya. "Awas, lo. " Gumamnya sepelan mungkin.

Tangannya meraba, meraih buku novel yang tadi menghantamnya. Dan setelah itu ...

Buk

Gantian, sekarang wajah Difalah yang mendapatkan hantaman dari buku novel itu. Hal itu membuat Difa langsung menghentikan tawanya, ia bengong beberapa saat, setelah itu wajahnya memerah. Bukan blushing ataupun malu, melainkan marah.

"SATYA! ... " Teriaknya geram, tanpa sadar sudah meraih buku novel itu, menyobek lembarannya, diremas, kemudian dilemparkan ke arah Satya.

Begitupun dengan Satya, tak mau kalah, ia ikut melakukan apa yang Difa lakukan.

Mereka berdua saling menyerang dan melemparkan gumpalan-gumpalan lembar novel itu dengan kesal.

"Rasain, lo! Rasain! " Seru Difa masih dengan tangan yang sibuk merobek, meremas, dan melemparkan gumpalan lembaran itu ke arah Satya.

ABOUT THEMWhere stories live. Discover now