- ABOUT THEM - 28

260 13 0
                                    

"Assalammu'alikum! " Teriak Difa sembari memasuki rumah dengan wajah cemberut.

"Wa'alaikumsalam, tumben pulang jam segini? " Tanya sang mama yang sedang bersantai menonton televisi di ruang keluarga.

Difa menoleh sejenak dengan tatapan malas. "Ada urusan, ma. " Jawabnya asal.

Mama Difa terkikik geli. "Sok sibuk kamu! " Ejeknya.

"Terserah apa kata mama. " Ucap Difa malas, ia segera menaiki tangga, dan masuk ke dalam kamarnya. Ia membuang ke sembarang arah tas sekolahnya, kemudian ia membanting dirinya di atas kasur.

"Satya nyebelin banget sih! Masalah dah kelar tapi belum ngajak balikan. Yakali gue yang ngajak duluan. " gerutunya sebal sambil mencebikkan bibirnya.

Ia menatap langit-langit kamarnya, tiba-tiba sebuah bayangan membuatnya terkekeh geli. "Eh, tapi kalau dipikir-pikir ... lucu juga sih kalau Satya ngajak gue balikan sekarang. Masa, nggak sampai dua kali dua puluh empat jam, gue sama Satya udah lewati tiga masa. Jadian, putus, terus balikan. Hahaha ... aneh banget. " ucap Difa sendiri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Drt drt

Di tengah kekehan gelinya, ponsel yang ada di sakunya bergetar. Menandakan ada pesan baru yang masuk.

"Satya! " serunya semangat seraya meraih ponselnya dan melihat pesan itu. Seketika kerutan di dahinya terlihat.

"Lah? Anji? " gumamnya heran. Ia kira pesan itu dari Satya, ternyata ia salah. Pesan itu dari Anji, teman satu kelasnya.

Anji : Ada waktu nggak?

Sambil masih terheran-heran, Difa mengetikkan balasannya.

NaDifangelina : Hm, ada. Kenapa?

Anji : Boleh minta temenin ke toko buku?

Difa membelalak sendiri saat membaca pesan itu. Bukannya berlebihan, pasalnya, temannya satu itu sangat jarang mengirimkan pesan padanya, apalagi meminta ditemani seperti ini.

NaDifangelina : Beneran? Nggak salah? Lo minta gue temenin? Tumben?

Anji : Ya gpp. Kalau nggak mau ya it's ok

NaDifangelina : Iya mau kok. Jadi cowok baperan amat masnya

NaDifangelina : Hehe, canda kok

Anji : Ok, gue jemput

Sekali lagi Difa membelalak, sebenarnya ada apa dengan temannya yang satu ini? Aneh sekali.

NaDifangelina : Gausah elah, langsung ketemu di toko bukunya aja

NaDifangelina : Lo share lock aja, gue pen bawa motor ndiri, hehe

Setelah mengirimkan pesan balasan itu, dengan segera Difa beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan untuk bersiap-siap meluncur ke toko buku.

***

"Hai, Ji! " sapa Difa sesaat saat ia menemukan keberadaan Anji di toko buku itu. Ia berjalan menghampiri Anji yang saat ini tengan duduk di salah satu meja baca yang ada di sana sambil tersenyum memandangnya.

"Udah lama ya? Sorry ... " cicit Difa tak enak, karena ia tadi sempat terjebak macet.

"Nggak kok." Ujar Anji dengan pandangan yang tak terlepas dari gadis yang ada di hadapannya itu.

"Eh, btw tumben lo minta gue temenin? Biasanyakan lo selalu sendiri. " Tanya Difa yang masih penasaran.

Anji tersenyum tipis. "Nggak apa-apa. Sekali-kali. " jawabnya santai, setelah itu ia memfokuskan diri ke buku yang ada di tangannya.

Difa mengangguk-anggukkan kepalanya, ia mengeluarkan ponselnya guna untuk menghalau rasa bosan yang mungkin saja akan muncul. "Ck, sial! " umpatnya kesal.

"Kenapa, Dif? " Tanya Anji bingung saat tiba-tiba Difa mengumpat seperti itu.

Difa menatap Anji, kemudian tersenyum kikuk. "Hehe, nggak kok. Ini ponsel gue mati, kehabisan baterai. " jawabnya sambil menggaruk tengkuknya malu.

Anji terkekeh geli, ia mengeluarkan ponselnya, dan menyodorkannya ke depan Difa. "Pakai dulu nggak apa-apa. " ucapnya sambil tersenyum tipis.

Difa meringis, merasa tak enak. "Nggak usah lah, Ji. " tolaknya.

"Nggak apa-apa kok, pakai aja, biar lo juga nggak bosen temenin guenya. "

Mau tak mau Difa menerima ponsel Anji, ia menarikan jempolnya di atas layar itu dengan sedikit kikuk. Sesekali ia melirik Anji yang masih fokus ke buku yang ada di tangannya. Ia tersenyum samar, tanpa sadar matanya berbinar saat memperhatian cowok di hadapannya itu.

'Cool banget. Rajin, soft, ganteng, ramah lagi. Loveable banget sih nih anak.' Kagumnya dalam hati.

Anji yang merasa diperhatikan jadi mendongakkan kepalanya, membuat Difa dengan reflek menunduk, pura-pura sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya dan berusaha menyembunyikan pipinya yang memanas karena malu.

"Dif? " panggilan itu membuat Difa menatap Anji.

"Hem? Kenapa? " tanyanya bingung.

Anji menggulum senyumannya, "Lo suka sama Satya? " tanyanya yang membuat Difa membelalak kaget. Apa-apaan ini? Kok Anji tanya begitu?

"Eum ... nga-ngapain tanya gituan? " Ck, Sial! Kenapa jadi gagap gini sih?!

Lagi-lagi Anji hanya tersenyum tipis. "Cuma mau mastiin aja."

Jawaban santai itu membuat Difa mengernyit bingung. "Mastiin apaan? "

Tatapan penuh arti Anji lemparkan tepat ke manik mata Difa, ia tersenyum sembari memandang lekat-lekat wajah Difa. "Mastiin kalau lo belum ada yang punya. "

"Hah? " Difa bertambah bingung setiap mendengar kalimat yang keluar dari mulut cowok yang ada di hadapannya itu. "Kalau ... gue belum ada yang punya kenapa? "

"Pengen gue hak milik. "

"Hah?! " dan hanya satu kata itu saja yang keluar dari mulut Difa, kaget bukan main dengan ungkapan Anji itu.

Dengan kalem Anji meraih tangan Difa yang ada di atas meja dan menggenggamnya. "Gue suka sama lo, Dif. Dari pertama kali gue lihat lo. " ungkapnya.

Difa mengerjap-ngerjapkan matanya, menatap Anji dengan sorot tak percaya. Ia berdehem sejenak. "Eum ... sebelumnya makasih lo udah suka sama gue. Jujur, sebenarnya gue juga suka sama lo ... "

Brak!

Suara pintu toko buku yang ditutup dengan keras itu membuat perhatian mereka berdua teralih, bukan hanya mereka berdua, tapi beberapa pengunjung juga tersentak kaget dengan suara itu. "Satya? " gumam Difa pelan.

__________________________________________________________

Tinggal beberapa Chapter aja, cus lanjut!

Baca chap selanjutnya, tapi entah kapan meluncurnya. Tunggu aja ya, meskipun nunggu itu berat, hehe.

Ok, gitu aja deh. See you next chapter! 👋

Jan lupa follow IG @alungputri_06

💞HAPPY READING💞

ABOUT THEMWhere stories live. Discover now