- ABOUT THEM - 8

346 14 0
                                    

Difa dan Fita berjalan bersamaan ke lantai dua, koridor kelas sebelas. Ya, hari ini adalah PAS (Penilaian Akhir Semester) ganjil.

Mereka berdua sekelas dengan kakak kelas mereka, XI MIPA 4. Ya, peraturannya memang seperti itu. Saat melaksanakan PAS, satu kelas akan dibagi menjadi dua bagian, dan akan digabung dengan kakak kelas atau adik kelas mereka.

Difa duduk di kursi pojok kanan nomer dua dari depan, di samping kirinya ada kakak kelas perempuan yang ia tahu bernama Ria, di depannya ada Anji teman sekelasnya, di belakangnya ada Fita.

Difa tersenyum tipis saat Ria memandang ke arahnya, begitupun dengan Ria yang juga membalas senyum Difa.

"Namanya siapa dek? " Tanya Ria kepada Difa.

Difa yang ditanya pun menjulurkan tangannya di depan Ria dengan kikuk, "Difa kak. " Jawabnya.

Ria membalas uluran tangan Difa, "Ria, salam kenal. " Ucap Ria sambil tersenyum. Kemudian mereka melepaskan tangan mereka dan kembali ke aktivitas mereka masing-masing.

Difa membalikkan tubuhnya ke belakang, ia memandang Fita yang sedang berbincang dengan kakak kelas yang duduk di sampingnya.

"Eh? Itu namanya siapa? " Tanya kakak kelas yang ada di samping Fita sambil memandang ke arah Difa.

Fita menoleh ke arah Difa dan tersenyum, "Dif, kenalan gih! " Ucap Fita sambil menggerakkan matanya ke arah kakak kelas yang ada di sampingnya.

Difa tersenyum ke arah kakak kelas itu, ia mengulurkan tangannya, "Difa kak. " Ucap Difa.

Kakak kelas itu membalas uluran tangan Difa, "Gisha. " Ucapnya sambil tersenyum.

"Hah, ini kak. Dia yang aku ceritain tadi. " Ucap Fita tiba-tiba. Difa menatap Fita dengan kernyitan di dahinya.

Sedangakan Gisha jadi tersenyum merekah, "Oh, jadi ini? " Tanyanya sambil menunjuk Difa, Fita mengangguk mantap.

Difa yang tak tahu apa-apa pun hanya bisa memandang keduanya bingung.

"Dek, gue saranin ya kalau lo emang suka sama seseorang, lo harus nunjukin ke dia perasaan lo, meskipun cuma sedikit yang penting lo udah nunjukin ke dia kalau lo itu suka. Jangan pendem terus, entar nyesel lo. " Ucap Gisha menasihati sambil menatap Difa tulus.

Difa yang mengertipun hanya bisa tersenyum malu, kemudian ia memandang Fita dengan tatapan tajam dan dalam hati sudah meruntuki kebodohan sahabatnya itu. Sedangkan Fita hanya menampilkan wajah tak bersalahnya sambil melanjutkan perbincangannya dengan Gisha.

'FITA! ... AWAS LO YA! DASAR EMBER! ' Teriak Difa dalam hati.

***

Difa mendengus kesal saat Fita yang sedaritadi asik berbincang dengan Gisha. Bel istirahat berbunyi sepuluh menit yang lalu, sedangkan ia hanya berdiam diri dibangkunya dengan buku paket yang yang hanya terbuka di depannya.

"Gini aja terus, gue dikacang! Bosen banget njer! Ini juga mau belajar apa, gue kagak ngarti. Ish, sebel gue! " Dumel Difa sambil mengerutkan bibirnya.

"Nggak ke kantin Dif? " Tanya seseorang yang duduk di depan Difa.

Difa mendongak, "Nggak, males. " Jawab Difa kesal, entah kenapa mood nya saat ini tak baik.

Orang itu—Anji—yang duduk di depan Difa hanya mengangguk dan kembali duduk menghadap ke depan.

Difa berpikir sejenak, kemudian ia teringat sesuatu, "Eh, eh, Ji! " Panggilnya sambil menggoyang-goyangkan kursi Anji.

Anji membalikkan tubuhnya dan memandang Difa dengan alis terangkat seakan bertanya 'ada apa?'.

Difa mengeluarkan cengirannya, "Pinjem bulpoin dong ... " Cicit Difa.

Anji tak banyak menanggapi, ia tersenyum tipis dan meraih bulpoinnya lalu memberikannya ke Difa.

Difa menyengir, "Makasih Anji ... " Ucapnya manis. Anji mengangguk dan kembali menghadap ke depan.

Setelahnya Difa kembali mencebikkan bibirnya kesal, 'Kapan ya Satya kayak Anji? Udah baik, pendiem, tampan lagi. Lah Satya apa? Galak, pemarah, mulutnya pedes banget kek bon cabe. Tapi gue suka, yaudahlah, gue sukanya Satya yang gitu juga. Ish, paan sih?! Malah mikirin Satya lagi. ' dumelnya dalam hati.

***

Bel pulang baru saja berbunyi, Difa dan Fita berjalan beriringan menuju ke parkiran, tapi saat sampai di parkiran Fita pamit kepada Difa untuk pulang bersama sepupunya karena ia ada urusan bersama sepupunya, entah urusan apa.

Saat Fita sudah berlalu, Difa berdecak kesal, dan menggerutu sambil berjalan menuju gerbang.

"Kan, kan! Gue sendiri kan?! Ck, kalau gini caranya gue pulang naik angkot sendiri dong?! Ah, nggak asik! Qila juga pasti pulang bareng temennya, dan Lisa? Pastinya bareng si Satya. Kenapa nggak gue aja sih yang bareng sama si Sat— ya ... " Ucap Difa memelan saat ia melihat Satya yang sedang memasang wajah kesal sambil bersandar di motornya di dekat gerbang.

"Dek, gue saranin ya kalau lo emang suka sama seseorang, lo harus nunjukin ke dia perasaan lo, meskipun cuma sedikit yang penting lo udah nunjukin ke dia kalau lo itu suka. Jangan pendem terus, entar nyesel lo. "

Difa meneguk ludahnya saat ucapan Gisha tiba-tiba terngiang di telinganya. Difa menghela napasnya, ia sudah memutuskan.

"Cuma sedikit, ok! Cuma sedikit! " Gumamnya.

Ia menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Ia mengumpulkan keberaniannya dan menetralkan detak jantungnya.

Kemudian dengan sedikit gugup ia mendekat ke arah Satya, ia membasahi bibirnya, dan sesekali menggigit pipi dalamnya.

Perlahan tapi pasti, langkah demi langkah ia semakin mendekat ke arah Satya. Semakin dekat, dekat, dan ...

Gotcha!

Ia sudah berada tepat di hadapannya.

"Eum ... Hai! "

_______________________________________________________

Woho! ... Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Gimana nih reaksi Satya saat Difa menyapanya? Ditunggu aja kelanjutannya ok ;)

Moga kalian suka, maaf kalau ceritanya pendek. Dan maaf kalau masih banyak typo-nya.

Dan semoga aku bisa lanjutin cerita ini sampai selesai. Amin...

Jangan lupa VOTE and COMMEN ya!
Follow my IG : @alungputri_06

💞HAPPY READING💞

ABOUT THEMWhere stories live. Discover now