Satu

356 127 262
                                    


Happy reading:)


"Karena terkenal bukan syarat masuk syurga."

-Sofia Wp-
{My best friend}


¤¤¤

"Lo harus ikut Ra!"

"Gue gak mau!"

"Lo harus mau, jangan sia-siain kesempatan ini."

"Gue tetap gak mau!"

"Lo itu berbakat dan ini kesempatan lo buat bukti in ke orang-orang bahwa lo itu bukan biang masalah."

"Tapi gue gak suka dikenal banyak orang."

"Udah ah, ribut mulu lo berdua. Pusing nih pala berbie."

"Berbie-berbie pala lo, emang lo mau jadi bencong?"

"Idih, santai bambank."

Perdebatan antara mereka berdua tidak akan berhenti jika Karen tidak segera datang untuk menengahi.

Haura memang keras kepala, dia tidak akan mau di paksa-paksa untuk melakukan sesuatu hal yang tidak ia senangi.

"Ra, mau ke mana?"

Haura tetap berjalan meninggalkan mereka berdua, tanpa menghiraukan pertanyaan Dehan.

"Lo sih Han, mood tuh cewek kan aneh!"

***

"Nih makan!" Dehan mengulurkan sebatang coklat ke arah Haura.

Saat Haura pergi meninggalkan mereka berdua tadi, para bodyguard nya itu pun langsung mengejarnya. Iya, siapa lagi kalau bukan Dehan dan Karen.

Haura tetap diam, tak menghiraukan pemberian dari bodyguardnya itu. Padahal dalam hati, ia sangat menginginkan coklat itu.

"Buka mulut!" Perintah Dehan yang langsung saja dituruti Haura. Padahal dari tadi, ia bertekad tidak akan tergiur oleh coklat itu. Tapi apalah dayanya yang sangat menyukai sesuatu yang rasanya sangat manis itu.

Karena telah terlanjur menggigit coklat pemberian bodyguardnya itu, Haura pun langsung mengambil alih coklat batang yang sempat ia cueki tadi dan mulai melahapnya.

"Gue harus selalu stok nih coklat, buat ngatasi mood lo yang aneh."

Haura hanya cengengesan menanggapi ucapan Dehan sambil terus menikmati coklatnya.

Kata orang-orang, coklat dapat mengatasi mood seseorang, yang semulanya hancur menjadi baik.

Dan itu memang benar, Dehan dan Karen hanya perlu memberi princes nya itu coklat untuk mengatasi moodnya yang aneh. Oh salah, bukan princes. Haura tidak suka dianggap seperti princes, karena menurutnya ia bukanlah anak kecil yang sangat senang dipanggil princes oleh orang tuanya. Tidak! Dia bukan seperti itu.

"Gue minta maaf," ucap Dehan dengan rasa bersalah. Membuat Haura yang dari tadi asik menikmati coklat menoleh kearahnya dengan bingung.

"Gue minta maaf soal yang tadi," ulangnya sekali lagi.

HAURA (COMPLETED)Where stories live. Discover now