33

12K 1.1K 19
                                    

Ajakan iseng Syanin dua hari yang lalu melalui pesan singkat ternyata langsung disetujui Rafka. Syanin sedikit kelabakan saat mendapati kehadiran Rafka di ruang tamu rumahnya tepat pukul sepuluh. Tentu Alina yang mempersilahkan Rafka menunggu Syanin yang masih bersiap. Jika kemarin ia datang ke akad nikah Intan dan Fadli bersama kelima sahabatnya, hari ini secara perdana Syanin membawa pasangan ke resepsi pernikahan salah satu sahabatnya itu. Syanin menuruni anak tangga untuk sampai di ruang tamu dimana Rafka menunggunya.

"Udah mau berangkat?" tanya Alina dari arah dapur menghampiri putrinya dan Rafka di ruang tamu.

Mendengar suara Alina, Rafka menoleh dan mendapati Syanin yang tampak cantik dengan gaun berwarna olive membalut tubuh mungil perempuan itu. Rafka berdiri dari duduknya saat Syanin berjalan menghampirinya. Ia merasa dirinya seperti remaja yang akan pergi untuk kencan pertamanya. Gugup. Ditambah senyum Syanin yang semakin membuatnya berdebar.

"Aku sama Rafka berangkat dulu, ya, Ma." pamit Syanin mencium tangan Alina.

Rafka mengikuti gerak Syanin untuk mencium tangan Alina, "Berangkat dulu, ya, Tan."

Alina mengangguk dengan senyumnya, "Hati-hati, ya, Nak Rafka. Titip Syanin."

"Iya, Tante." balas Rafka.

Menulis namanya di buku tamu, Syanin sempat menyesali keputusannya membawa Rafka di resepsi pernikahan Intan dan Fadli. Berjalan terlebih dahulu memasuki area resepsi, semua mata tertuju padanya atau lebih tepatnya lelaki di belakangnya. Dan Rafka menemukan keraguan Syanin dari posisinya berdiri. Ia kemudian menyusul Syanin supaya mereka bisa berjalan bersisian. Tak lupa ia meraih telapak tangan Syanin untuk berada dalam genggamannya. Syanin menoleh hendak protes.

"Yuk. Mau salaman sama Intan-Fadli, kan?" genggaman Rafka membimbing Syanin untuk melangkah di sampingnya.

Pesta pernikahan Intan dan Fadli digelar di sebuah area terbuka. Keduanya mengangkat tema garden party. Intan dan Fadli juga tidak berdiri di atas pelaminan selama berjam-jam. Pasangan seumur jagung itu malah berkeliling menemui tamu undangan satu per satu. Dan akhirnya Syanin dan Rafka bisa menemukan pasangan itu sedang asyik mengobrol dengan Fayra, Fahira, dan Luna. Intan terlihat sangat anggun dengan gaun putih yang mungkin tidak akan perempuan tomboy itu pakai sehari-hari.

"Intan..." panggil Syanin penuh senyum menghampiri sahabatnya itu, "Congrats." ucap Syanin ketika berhasil memeluk Intan.

"Thank you." balas Intan meregangkan pelukan keduanya.

"Pokoknya doa terbaik, deh, buat lo berdua." tambah Syanin menatap Intan dan Fadli bergantian.

"Hmm... Jadi lo ga cerita-cerita, nih, kenapa bisa bawa Rafka ke sini?" tanya Zivana yang baru datang dengan kedua lengannya terlipat di depan dada.

Karena terbiasa datang sendiri, Syanin sampai melupakan Rafka, "Oh, iya. Maaf kalo gue belom sempet cerita ke kalian." ia kemudian melangkah mundur mendekati Rafka.

"Something happened between both of you?" tanya Tatiana yang menghampiri sahabat-sahabatnya dengan satu gelas minuman di tangannya.

"Gue sama Intan permisi dulu, ya. Mau sapa tamu yang lain." ucap Fadli.

"Habis gue honeymoon, lo sama Rafka harus menghadap kita, ya." tambah Intan sebelum mengikuti langkah suaminya.

Syanin memang belum sempat menceritakan apapun pada keenam sahabatnya perkara kedekatannya dengan Rafka yang bukan sekedar gosip belaka. Selain karena baik Syanin maupun Rafka sedang disibukkan dengan pekerjaan kantor, sahabat-sahabat Syanin itu tentunya sedang sibuk membahas penikahan Intan beberapa hari terakhi ini. Syanin tidak enak hati untuk menginterupsi obrolan itu dalam ruang obrolan online mereka.

"Lo batal tunangan sama Ikraam?" tanya Zivana selepas kepergian Intan dan Fadli.

Syanin menarik napas pelan kemudian melirik Rafka di sebelahnya, "Gue batal tunangan sama Ikraam for good."

"So?" tanya Tatiana mengangkat alisnya.

"Ya..." Syanin sejujurnya juga tidak tahu lakon apa yang sedang ia jalani dengan Rafka.

"Syanin udah mau nerima gue. Jadi gue butuh usaha dikit lagi supaya nyusul kalian. Gue minta doanya." sela Rafka saat mendapati perempuan di sampingnya itu malah terdiam.

"Fix minggu depan lo harus ketemu kita buat ngobrol lebih lanjut." Fahira angkat bicara.

Rafka mengangkat alis.

"Jelasin, Nin." tambah Fayra.

"Oke nanti gue jelasin." ucap Syanin melirik Rafka, "Hari ini, kan, acaranya Intan. Jadi jangan bahas gue dulu."

Sahabat-sahabat Syanin itu pun setuju. Menyapa tamu-tamu Intan dan Fadli yang mereka kenal sampai menikmati hidangan yang disediakan. Saat Syanin sedang asyik mengobrol bersama teman-temannya, Rafka izin untuk menunaikan ibadah salat dzuhur di musala yang tersedia di area kebun. Hal itu mengingatkan sahabat-sahabatnya yang sedang tidak datang bulan untuk turut menunaikan ibadah salat dzuhur. Pesta pernikahan Intan dan Fadli memang baru akan berakhir sore hari.

"Jadi?" tanya Rafka menagih penjelasan Syanin begitu keduanya kembali di dalam mobil untuk pulang.

Syanin mengangkat kedua alisnya, "Apa?"

"Yang dimaksud Fahira dan temen-temen kamu itu." jelas Rafka melanjukan mobilnya.

Syanin tersenyum, "Oh... Gini, aku sama sahabat-sahabatku punya acara kaderisasi gitu. Itu semua berawal waktu Fahira punya pacar pertamanya pas kuliah. Intinya, karena sahabat-sahabat aku itu udah kayak saudara sendiri dan udah kenal satu sama lain lebih dari satu kacamata, mereka juga pengen kenal kayak apa, sih, si pacar sahabat mereka itu. Anggep aja perkenalan tapi ada judul resminya gitu."

"Jadi aku udah pacar kamu ceritanya?" tanya Rafka melirik Syanin.

Pipi Syanin yang sudah dipoles blush on semakin memerah, "Hah?"

Rafka tertawa geli, "Terus aku udah yang ke berapa kali kamu bawa ke hadapan temen-temen kamu itu?"

"Pertama." jawaban Syanin membuat Rafka yang duduk di sebelahnya terlihat kaku.

"Kamu ga pernah pacaran?" tanya Rafka.

Syanin menggeleng.

"Akhirnya aku tau jawabannya." celetuk Rafka mengingat betapa sulitnya Syanin untuk didekati.

"Hah?" tanya Syanin bingung.

"Inget ga dulu siapa yang pas ditanyain pernah pacaran atau enggak jawabannya kamu ga punya territory untuk nanya hal itu?" ledek Rafka membuat pipi perempuan di sampingnya itu kembali memerah.

Mobil hitam yang dikendarai Rafka akhirnya berhenti di depan pagar rumah Syanin. Keduanya masih diselimuti keheningan. Syanin juga masih belum mau beranjak dari duduknya. Rafka juga membiarkan.

"Nikah, yuk, Nin." ucap Rafka tiba-tiba.

Sontak kepala Syanin langsung menoleh ke arah Rafka dengan mata terbuka lebar.

Rafka tersenyum, "Ya udah masuk sana." kemudian ia mengarahkan kedua jarinya ke bibirnya dan menempelkannya ke dahi Syanin.

"Hati-hati." ucap Syanin sebelum keluar dari mobil Rafka dengan perasaan campur aduk.

Ternyata aku bisa juga update satu chapter hari ini.

Enjoy!

Love, Sha.

Deserve ThisWhere stories live. Discover now