22

11.2K 1K 0
                                    

Sejak pukul delapan pagi, keenam sahabat itu sudah sibuk menyiapkan berbagai perlengkapan untuk bridal shower Luna yang sudah mereka rencanakan jauh-jauh hari melalui ruang obrolan mereka tanpa Luna. Lamaran yang diadakan tiga bulan lalu membuahkan tanggal pernikahan Luna yang akan dilaksanakan dua minggu lagi. Mereka yakin Luna sudah sedih karena hingga dua minggu sebelum pernikahannya, keenam sahabatnya itu tak juga mengadakan bridal shower untuknya. Yang Luna tahu, mereka hanya akan berkumpul bersama siang nanti seperti rutinitas mereka tiap bulannya.

Karena Syanin yang masih sendiri dan tidak repot, kini mobilnya menjadi korban untuk menampung kelima sahabatnya itu. Syanin menjemput kelima sahabatnya itu ke rumah mereka masing-masing. Syanin tidak masalah. Justru ini yang ia tunggu-tunggu sejak ia dan teman-temannya masih menempuh pendidikan. Dulu Syanin tidak punya apa-apa. Sekarang, ia bisa memudahkan teman-temannya itu ada kebahagiaan tersendiri yang melintas di hatinya. Ia berjuang untuk orang-orang tersayang yang ikut tumbuh bersamanya.

Di balik kemudinya, Syanin mendengarkan arahan Fayra. Perempuan yang penampilannya kini lebih wanita itu sedang membaca peta melalui aplikasi Google Maps di ponselnya. Mereka sedang mencari alamat pembuat karikatur untuk dijadikan salah satu hadiah untuk Luna kenang nantinya. Kalau saja Zivana belum mempunyai putri kecil yang baru berusia tujuh bulan itu, semua akan menyalahkan Zivana yang seharusnya bisa melakukan hal paling mudah yang bisa dilakukan perempuan itu.

Kini mereka harus kesulitan mencari alamat pembuat karikatur itu karena mereka memesan karikatur saat waktunya sudah sangat dekat dengan hari ini. Akhrinya mobil yang dikendarai Syanin akhirnya berhenti di depan sebuah gang. Fayra bilang, rumah si pembuat karikatur itu masuk ke dalam gang sempit yang hanya bisa dilewati satu sepeda motor itu.

"Lo yang turun, ah. Tanggung aja." desak Fahira pada Zivana yang duduk di kursi paling belakang bersama Intan.

"Mana ada. Gampangan juga lo yang keluar, Ra." balas Zivana.

"Ah, ribet lo pada. Gue aja." Fayra pun beranjak keluar dari kursi penumpang.

Zivana mengangkat ibu jari tangan kanannya, "Ireh emang terbaik. Makasih!"

Fayra mendelik tidak suka saat Zivana memanggil nama kecil yang sangat enggak banget itu.

Menyadari bahwa karikatur yang mereka pesan berukuran cukup besar, Tatiana angkat bicara, "Gue ikut, Fay!"

Syanin menyandarkan pundaknya pada kursi. Lelah juga ia menyetir dengan mencondongkan tubuhnya ke depan. Berbelok entah sudah berapa banyak memasuki jalan yang semakin menyempit membuat Syanin waspada dengan mobilnya. Selagi bisa ia jaga, ia tidak ingin mengeluarkan uang lebih hanya untuk menghilangkan baretan ringan di badan mobilnya.

"Sya, bukain bagasi." pinta Fahira saat Syanin baru saja menutup matanya.

Syanin membuka matanya. Fayra dan Tatiana terlihat kesulitan membawa bingkai foto berukuran besar itu. Sudah dipastikan kedua sahabatnya itu tak akan bisa membuka pintu bagasi mobilnya. Ia pun turun dari mobilnya, berjalan menuju bagian belakang mobil untuk membuka pintu bagasi.

"Sumpah. Gue kira ga akan sebesar ini." komentar Syanin saat Fayra dan Tatiana berhasil menempatkan bingkai foto itu di bagasi mobil Syanin dengan aman.

Tatiana menghela napasnya lelah, "Ya udah, yuk. Kita lanjut cari yang lainnya."

Ketiga sahabat itu pun kembali masuk ke dalam mobil. Mengunci seluruh pintu mobilnya, Syanin kembali melajukan mobilnya. Mereka melanjutkan destinasi mereka ke toko balon gas dan alat pesta yang tak jauh dari lokasi eksekusi bridal shower.

"Coba aja lo semua pada bisa bawa mobil, kita ga perlu siap-siap dari pagi." Intan angkat suara mengisi keheningan dalam mobil.

"Dari pagi juga karena lo semua dandan dulu kali di rumah gue." Tatiana menambahkan.

Fayra ikut menambahkan, "Inget! Jakarta udah macet, kita ga perlu nambah-nambahin macetnya."

"Kenapa kita ga pake planner aja, sih?" celetuk Zivana mencondongkan tubuhnya ke depan karena balon berwarna pink, biru, dan putih itu ada di belakang punggungnya.

"Ya, kurang kerasa dari kitanya, dong, sister." balas Fahira mengikuti gaya bicara James Charles panuntannya.

Syanin tersenyum, "Gue kangen banget pengen balik ke SMA, ya Allah."

Keenam sahabat Syanin itu memang gudangnya mengeluh. Tapi tak ada satu pun keluhan dan balasannya mereka anggap serius. Candaan mereka untuk membangun suasana memang seperti itu adanya. Setiap waktu berkualitas yang ia habiskan bersama enam sahabatnya itu selalu bisa membuatnya senang, lupa dengan segala kekacauan yang sedang ia hadapi.

Sampai di Blueming FB & Co., keenam perempuan berhijab itu langsung memindahkan barang-barang mereka dari mobil Syanin ke ruangan privat yang sudah mereka pesan di lantai dua restoran itu. Karena Syanin dan Fahira punya tinggi yang di atas rata-rata keempat sahabatnya yang lain, keduanya diminta untuk memasang berbagai dekorasi yang tak bisa keempat perempuan itu jangkau.

Keenam perempuan berbaju pink itu menatap puas hasil kerja mereka hari ini. Ruangan bersekat kaca bening itu kini sudah dihias dengan sedemikian rupa. Sofa yang tersedia di ruangan itu ditempatkan dekat dinding yang sudah mereka dekorasi untuk menjadi area untuk berfoto nantinya. Meja berbahan marmer itu dipindahkan di tengah ruangan menjadi tempat menaruh kue dan beberapa perintilan yang mereka bawa.

"Gue mau touch up dulu." Tatiana langsung beralih mencari puch make-up-nya di dalam tasnya.

Hampir saat keenam perempuan itu selesai merapihkan dandanan mereka, ponsel Fahira melantunkan soundtrack Rapunzel, I See the Light. Fahira panik di tempat duduknya saat Luna bertanya dirinya dimana. Karena skenarionya, yang bisa datang hari ini hanyalah Fahira, Syanin, dan Tatiana. Fahira memberi kode pada kelima perempuan yang ada di ruangan berdinding kaca itu untuk bersiap dengan tenang.

Intan dan Zavina berebut memasangkan mahkota dan selempang bertuliskan 'BRIDE TO BE' sementara Tatiana sibuk menyiapkan kameranya yang ia taruh di sudut ruangan, infulencer seperti dirinya tentu akan mengabadikan momen ini sekaligus untuk konten akun Youtube-nya. Syanin tak kalah gelisahnya dengan yang lainnya.

Luna sudah senyum-senyum sendiri melihat dari kejauhan ruangan bersekat kaca itu. Perempuan yang memakai blouse berwarna army itu memang mudah salah tingkah dan kentara. Senyum malu-malu memasuki ruangan, Intan memasangkan selempang berwarna pink ke tubuh Luna dan Zivana memasangkan mahkota emas itu.

Lanjut di bagian selanjutnya ya...

Enjoy!

Love, Sha.

Deserve ThisWhere stories live. Discover now