17

11.3K 1.1K 18
                                    

Syanin juga pernah diterpa pemberitaan yang tidak-tidak oleh media sebelumnya. Namun, perempuan itu lebih memilih mengabaikannya hingga kabar itu tenggelam dengan sendirinya. Syanin yang cukup idealis membangun perusahannya itu tentu mengundang banyak pihak untuk menjatuhkannya. Reputasinya terlalu sempurna jika dibandingkan pebisnis di kalangannya. Kabar kedekatannya dengan Rafka juga ia yakini adalah ulah dari salah satu pesaing bisnisnya. Yakin jika kabar tersebut akan surut seperti yang sudah-sudah, perempuan itu kembali memilih untuk diam dan mengabaiknya. Namun ternyata dugaannya salah. Bukannya dilupakan, berita kedekatannya dengan Rafka malah menjadi semakin besar.

Kini, Syanin menatap nanar majalah yang tergeletak di atas meja kerjanya. Ia tidak bisa lagi mengabaikan yang satu ini. Majalah bisnis yang  memuat wawancara dengan Derafka Adhiraja ternyata tidak hanya membahas mengenai bisnis lelaki itu, tetapi juga membahas kehidupan asmara lelaki itu. Ini semakin memperburuk suasana. Walaupun tidak menyebutkan namanya dengan jelas, ciri-ciri yang Rafka sebutkan sebagai perempuan yang mengisi hatinya itu jelas tertuju pada dirinya.

Syanin dengan menahan kesal meraih ponselnya kemudian mencari kontak Rafka. "Bisa kita ketemu sekarang?" tanyanya langsung saat nada sambung berakhir.

"S-sure," balas Rafka sedikit terkejut karena permintaan Syanin yang tanpa basa-basi itu.

"Istirahat makan siang, saya ke kantor kamu." Setelah kalimat itu terucap, Syanin langsung mematikan sambungan telepon.

Rafka kira, Syanin akan menumpahkan segala kekesalannya melalui panggilan yang baru saja berakhir itu. Ternyata tidak. Perempuan itu ternyata masih menyimpan kata-kata pedasnya untuk disimpan saat mereka bertemu nanti siang. Walaupun resikonya sudah sangat terpampang dengan jelas di depan matanya, Rafka sudah memantapkan diri untuk tidak mundur kali ini. Sesuatu di dalam hatinya mengatakan bahwa Syanin adalah perempuan yang ia inginkan untuk ada di hidupnya. Di saat yang bersamaan, Rafka juga tahu jika Syanin tidak akan mudah didapatkan karena perempuan itu sudah jelas menunjukkan sikap dingin padanya sejak awal pertemuan. Syanin berbeda dari perempuan-perempuan yang dengan mudahnya Rafka dapatkan seperti yang sebelum-sebelumnya.

Kedatangan Syanin ke Adhiraja Tower siang itu tentu mengundang perhatian beberapa pasang mata yang menyadari kehadirannya. Mereka mulai berasumsi bahwa berita yang sedang beredar itu memang benar adanya, Derafka Adhiraja sedang dekat dengan Arsyanin Gunadi. Perempuan yang memilih untuk masa bodoh dengan sekitarnya itu melangkah melewati meja resepsionis menuju lift tanpa seorang pun menghentikannya. Adhiraja Tower merupakan salah satu properti milik Gunadi sehingga Syanin memiliki kartu aksesnya sendiri untuk naik ke lantai atas dimana kantor Rafka berada.

Tiba di lantai 23, Syanin langsung disambut oleh Bri, sekretaris Rafka yang memperkenalkan diri sebagai Bri. Syanin tersenyum kecil. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan sekretaris Rafka secara langsung. Walaupun Bri mengenakan seragam kantor, perempuan itu tampak luar biasa cantik dengan riasan wajah natural dan rambut panjang kecokelatan yang diikat cukup tinggi. Lihat? Bahkan, di lingkungan pekerjaan saja, Rafka dikelilingi oleh perempuan-perempuan cantik.

Syanin mengikuti langkah Bri menuju ruangan Rafka dengan pandangan lurus. Perempuan itu memegang erat majalah yang ada di genggamannya. Saat sampai di depan pintu ruangan Rafka, Bri membukakan pintu untuk Syanin dan mempersilakan mempersilakan perempuan untuk masuk ke dalam ruangan. Namun, belum sempat Bri menutup pintu ruangan atasannya itu, ia sudah dikejutkan oleh sebuah suara dentuman yang diakibatkan saat Syanin mebanting majalah di tangannya ke meja kerja Rafka. Menatap Rafka prihatin, Bri pamit menutup pintu ruangan dengan perlahan. Selama Bri bekerja dengan Rafka, ia tidak pernah melihat lelaki itu terintimidasi oleh perempuan seperti Syanin.

"Maksud kamu apa?!" tanya Syanin dengan suara rendah. Perempuan itu menatap tajam lelaki di hadapannya, menahan kekesalannya.

Rafka membalas tatapan kedua netra Syanin. "Nggak ada yang salah sama artikel itu."

Deserve ThisWhere stories live. Discover now