01

48.9K 2K 19
                                    

Perayaan ulang tahun Gunadi Group yang ke-46 digelar di sebuah hotel berbintang daerah Jakarta Pusat. Perusahaan keluarga yang sudah berjalan ke generasi keempat itu merupakan salah satu perusahaan ternama dan terbesar di Indonesia. Bergerak di berbagai bidang dengan banyak anak perusahaan, Gunadi Group sejatinya berfokus di bidang properti. Pesta perayaan yang diselenggarakan malam ini dihadiri oleh tamu dari berbagai kalangan bisnis. Bahkan, beberapa pejabat pemerintahan juga tampak hadir di tengah-tengah para tamu undangan yang lain. Beberapa artis ibu kota yang diundang pun menyumbangkan suaranya dengan cuma-cuma di acara bergengsi ini. Dari area red carpet yang ada di lobi hotel, beberapa media juga hadir untuk meliput acara tahunan ini.

Ballroom berkapasitas lebih dari seribu orang itu sudah didekorasi sedemikian rupa sesuai tema acara malam ini. Warna emas dan putih menjadi warna yang mendominasi ruangan. Cahaya lampu yang remang-remang memberi kesan berkelas. Meja bundar dengan beberapa kursi mengelilinginya juga dihias dengan rangkaian mawar berwarna putih. Tamu-tamu terus bedatangan memenuhi area ballroom. Setelah mengisi buku tamu, para tamu bisa bersantai sejenak sebelum acara dimulai. Termasuk pria penyandang nama belakang Adhiraja yang kini sudah berkumpul bersama kawan-kawannya. Ia harus terjebak di acara yang sangat tidak menarik baginya itu untuk menggantikan keluarganya yang berhalangan hadir.

"Dateng juga lo, ternyata." Gina yang baru saja beranjak dari duduknya menayapanya.

"Terpaksa," balas pria berjas hitam itu dingin.

"Gue titip Ethan, ya," ujar Gina meninggalkan kekasihnya itu dengan teman-temannya.

Pria bernama Ethan yang dimaksud Gina duduk tepat di samping saudara kembarnya, Evan. Di sebelah Evan, ada Arya yang matanya sudah sibuk mencari mangsa baru. Pria terakhir yang bergabung di meja itu duduk di sebelah Arya, menyisakan beberapa kursi kosong di sebelah Ethan.

"Gue denger, hari ini cucu-cucu Sarah Gunadi bakal dateng," celetuk Arya membuka obrolan.

"Maksud lo, Arsyad sama Tama?" tanya Ethan.

Mendiang Sarah Gunadi merupakan putri pertama dari mendiang Azis Gunadi. Beliau memiliki tiga putra, yaitu Affan, Dhani, dan Galang. Walaupun menjadi pewaris Gunadi Group, jelas ketiganya tidak banyak memiliki hak atas saham yang sama seperti saudara laki-laki Sarah Gunadi. Bahkan, ketiga putra Sarah Gunadi tersebut pada akhirnya memilih untuk tidak bekerja di bawah Gunadi Group. Hadir ke acara Gunadi Group semacam ini juga sebenarnya tidak menjadi kewajiban. Namun, mereka tetap datang bersama istri dan anak-anaknya. Bagaimana pun, Sarah Gunadi dipandang sebagai seseorang yang cukup berpengaruh dalam Gunadi Group sebelum wafat.

Arya menggeleng, "Ga cuma mereka. Lo inget kalo mendiang Affan Gunadi dan Ardhani Gunadi punya anak perempuan yang tentunya seangkatan sama kita juga?"

Dari enam cucu mendiang Sarah Gunadi, hanya Arsyad dan Tama yang sering datang ke acara semacam ini untuk turut menjadi perwakilan keluarga. Dua putra Galang Gunadi, Ali dan Raihan, jarang diikutsertakan dalam acara semacam ini karena masih menempuh pendidikan. Sementara dua cucu perempuan Sarah Gunadi juga jarang sekali terekspos ke media.

"Maksud lo Anjanne Gunadi?" Nama yang tentu sudah sering beredar di kalangan atas seperti mereka terlontar dari bibir Evan.

Arya mengangguk membenarkan. "Dan sekarang dia lagi jalan sama kakak sepupunya, menuju meja Ardhani Gunadi."

Interesting. Senyuman miring itu terbit di wajahnya. Kedua matanya menemukan Anjanne Gunadi adalah definisi sempurna. Perempuan berbalut dress berwarna dusty pink itu berjalan dengan anggun bersama perempuan berhijab di sampingnya yang kemudian diketahui adalah putri sulung mendiang Affan Gunadi.

"Ka, biasa aja ngeliatnya." Senggol Arya di sampingnya.

"Kalo Rafka udah nemu incarannya, lo semua harus mengalah," tambah Evan.

Pria bernama Rafka itu hanya tersenyum. Beruntung ia kini duduk bersama teman-temannya yang juga punya pengaruh besar terhadap Gunadi Group. Ternyata, datang ke acara seperti ini tidak terlalu buruk.

"Anjir, Tatiana, Fayra, sama Fahira juga dateng, Bro!" seru Ethan yang mendapati kehadiran tiga perempuan luar biasa itu masuk ke dalam ballroom.

"Jangan lupakan kalo mereka itu sahabatnya Arsyanin Gunadi. Kita tunggu aja kedatangan Intan, Zivana, sama Luna," tambah Arya yang sepertinya memiliki banyak akses informasi mengenai orang-orang yang hadir di sini.

Benar saja. Beberapa menit kemudian, Intan, Zivana, dan Luna menyusul kedatangan Tatiana, Fayra, dan Fahira. Keenam perempuan berhijab itu langsung menyusul keberadaan Syanin yang duduk di salah satu sudut area VVIP.

"Tapi, jangan main-main sama mereka. Udah ada yang punya semua." Mata Evan bergerak mencari keberadaan Rizky dan Iman yang tentu akan hadir juga di acara seperti ini.

Acara pun dibuka dengan sambutan dari Yusuf Gunadi yang merupakan pewaris utama Gunadi Group. Pria berambut putih itu menyampaikan pidato singkatnya untuk menyambut para tamu yang hadir. Acara yang digelar hingga tengah malam itu kemudian dilanjutkan dengan penampilan musik yang dapat dinikmati para tamu sembari menikmati jamuan makan malam dari hidangan yang tersedia di beberapa sudut ballroom.

Rafka yang sejak acara dimulai sudah tidak sabar untuk melancarkan rencananya tentu tidak menyia-nyiakan kesempatannya kali ini. Ia mengedarkan matanya mencari sosok Anjanne yang sudah pasti sangat mudah ditemukan di tengah karamaian. Perempuan bersurai kecoklatan itu sedang menikmati minumannya bersama Tama, kakaknya.

"Wah... lo dateng ternyata, Ka. Apa kabar?" sambut Tama ketika mendapati Rafka berjalan mendekat.

Rafka membalas uluran tangan Tama. "Baik. Lo sendiri?"

"Seperti yang lo liat." balas Tama yang kemudian melanjutkan, "Oh, iya. Kenalin ini Janne, adik gue. Dia jarang banget dateng ke acara ginian kalo Syanin ga dateng. Janne, ini Rafka dari Adhiraja TV."

"Anjanne. Tapi kamu bisa panggil aku Janne." Suara lembut itu menyambut uluran tangan Rafka.

Rafka tersenyum merasakan tangan mungil Janne dalam genggamannya. "Rafka."

Tama seakan membuka jalur yang sangat lebar untuk Rafka mendekati Janne ketika lelaki itu meninggalkan adiknya bersama dirinya. Perkenalan singkat itu pun berlanjut menjadi obrolan panjang. Janne yang terbiasa menggunakan gaya bahasa aku-kamu membuat Rafka harus menyesuaikan diri dengan menggunakan saya-kamu.

"Mbak Syanin!" seru Janne ketika melihat kakak sepupunya yang tampak sedang mencari seseorang.

Perempuan yang dibalut dengan gaun berwarna senada denganmilik Janne itu tampak lega ketika akhirnya menemukan keberadaan adik sepupunya itu. Dihampirinya Janne yang sedang bersama lelaki yang dirinya ketahui bernama Rafka itu.

"Kamu kemana aja? Mbak cariin," ucap Syanin saat berhasil berdiri berhadapan dengan Janne. Raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran.

"Tadi aku sama Bang Tama," balas Janne yang kemudian memperkenalkan lelaki di sampingnya pada Syanin, "Mbak, kenalin, ini Rafka."

"Rafka," ujar Rafka mengulurkan tangan. Seketika, ia disadarkan bahwa perempuan di hadapannya itu mengenakan hijab. Namun, belum sempat ia berhasil menarik kembali uluran tangannya, Syanin meraih uluran tangganya. sendiri terkejut uluran itu dibalas oleh Syanin.

Masih dengan perasaan terkejut, Rafka mendengar suara dingin perempuan itu memperkenalkan diri. "Syanin."

Enjoy!

Love, Sha.

Revised: 20/08/2022

Deserve ThisWhere stories live. Discover now