14

11.6K 1.1K 20
                                    

Acara makan malam yang biasa diadakan keluarga Gunadi untuk menyambut bulan suci Ramadhan kini diselenggarakan di kediaman Syanin. Sebenarnya bukan hanya rumah Syanin yang dijadikan lokasi acara, tetapi juga dua rumah lain milik kedua pamannya. Halaman belakang rumah Syanin dan kedua pamannya sengaja tidak dihalangi oleh pembatas sehingga membentuk sebuah halaman belakang yang sangat luas untuk menampung keluarga Gunadi yang diundang dalam acara makan malam tersebut. Sebagai tuan rumah, Syanin dengan ibu dan adiknya menyambut kedatangan para tamu yang diundang. Walaupun tidak semua anggota keluarga Gunadi hadir, Syanin sudah cukup senang bisa mengumpulkan keluarga besarnya itu di kediamannya.

Keluarga Gunadi memang rutin mengadakan acara halal bihalal setiap tahunnya, tepatnya dua hari setelah Lebaran. Acara halal bihalal tersebut mulai digelar tiga tahun sejak kepergian Azis Gunadi dengan tujuan supaya silaturahmi keluarga Gunadi tetap terjalin. Alina pun selalu membawa Syanin dan Arsyad pulang ke kampung halaman mereka di Pekalongan untuk acara-acara keluarga Gunadi, walaupun Sarah Gunadi dan Affan telah tiada. Sejak menghadiri acara bihalal keluarga Gunadi tersebut, Syanin merasa senang berada di tengah-tengah kehangatan keluarganya. Maka, ketika memiliki penghasilannya sendiri, Syanin jadi gemar membuat acara untuk mengumpulkan keluarga besarnya itu. Alasan Syanin memilih untuk membeli rumah di samping rumah kedua pamannya itu juga ditujukan sebagai tempat untuk kumpul keluarga. Well, tidak hanya di Jakarta, Syanin juga punya rumah besar di dua kota lainnya. Satu di kota kelahirannya di Bandung dan juga di kampung halaman keluarganya di Pekalongan. Keluarga Gunadi juga banyak tersebar di dua kota itu.

Halaman parkir tiga rumah yang berjajar itu tidak mampu menampung semua motor dan mobil dari tamu-tamu yang datang. Jalanan kompleks pun akhirnya dipakai satu jalur untuk menjadi lahan parkir sementara. Tentu, Syanin dan keluarganya sudah meminta izin dulu dengan tetangga sekitar. Di antara tamu yang berdatangan memasuki ruang tengah, Syanin mendapati Janne berjalan keluar rumah. Syanin teringat adik sepupunya itu kemarin meminta izin untuk bisa membawa Rafka ke acara keluarga ini. Tentu Syanin memberi izin. Mengingat, sang ibu juga sempat mengundang lelaki itu untuk datang.

"Rafka akhirnya dateng juga," sambut Alina pada sosok yang sudah ia tunggu-tunggu. Rafka berjalan melewati pintu masuk rumah dengan Janne di sampingya.

Rafka mencium punggung tangan Alina. "Iya, Tante. Makasih udah ngundang saya."

"Yang betah, ya," balas wanita berhijab coklat itu ramah. "Janne, Rafka-nya diajak keliling, ya."

"Iya, Bude," balas Janne tak kalah lembut.

Rafka memberi senyum dan anggukan pelan kepada Alina sebelum mengikuti langkah Janne. Kini, saatnya Rafka dan Janne beralih pada perempuan yang berdiri tepat di samping Alina. Siapa lagi jika bukan Syanin sang tuan rumah. Perempuan itu menyambut kedatangannya dengan senyum hangat. Hatinya berdesir pelan mendapati senyum di wajah itu. Menatap Syanin yang kini berdiri di hadapannya, Rafka merasa perempuan itu tampak lebih menarik. Jika biasanya Rafka bertemu dengan Syanin yang selalu memakai setelan kerja, Syanin yang malam ini ia temui terkesan lebih anggun dengan dress yang melekat di tubuhnya. Rafka merasa dirinya menjadi remaja tanggung yang dengan mudahnya merasa gugup hanya karena melihat Syanin yang tampak berbeda di matanya malam ini.

"Thanks for coming," ucap Syanin hangat.

Rafka sering kali mendengar dari orang-orang di sekitarnya bahwa Syanin adalah perempuan yang hangat. Namun, di matanya, Syanin tetaplah menjadi perempuan paling dingin yang pernah ia temui. Setiap kali berhadapan dengan Syanin, Rafka merasa perempuan itu memasang tameng yang cukup tinggi untuknya. Syanin benar-benar tidak tersentuh. Dan malam ini, Rafka menemukan sisi Syanin yang berbeda. Ia seakan mendapat jawaban dari pertanyaan yang selama ini dirinya cari dari diri perempuan itu. Syanin yang ia temui malam ini tampak nyaman berada di tengah-tengah keluarga terdekat. Perempuan itu tampak kembali penuh.

Suara Dhani menggema di tengah-tengah ruangan ketika dirasa anggota keluarga yang hadir sudah mulai lengkap. Dhani memberi sambutan kepada anggota keluarha yang sudah menyempatkan hadir ke acara makan malam kali ini. Sambutan untuk Rafka yang menjadi tamu pun Dhani tuturkan. Seluruh mata yang ada di ruangan itu langsung tertuju pada lelaki yang berdiri tepat di samping Janne, tak terkecuali Syanin. Dari tempatnya berdiri, Syanin memperhatikan sepasang manusia itu dari jauh. Tidak bisa dipungkiri, keduanya tampak serasi saat berdampingan. Syanin tersenyum kecil mendapatinya. Perempuan itu juga mulai bisa menerima keberadaan Rafka di tengah-tengah keluarganya. Janne tampak bahagia dan Rafka juga tidak seburuk yang ia kira. Lelaki itu jelas sangat menghargai Janne.

Berbagai hidangan pembuka hingga hidangan penutup disediakan sebagai menu makan malam kali ini. Para tamu yang hadir bebas mengambil berbagai macam makanan dan minuman yang disediakan di ruang tengah itu. Syanin tersenyum kecil melihat semua menikmati makan malam. Perempuan itu sedang berdiri di tengah-tengah keluarga dengan segelas jus jeruk di tangan kanannya ketika Yusuf Gunadi menghampirinya. Pria paruh baya itu sangat menyukai Syanin. Tak jarang, beliau menuruti saran yang Syanin berikan. Perempuan itu selalu bisa memberikan pandangan yang luas sehingga Yusuf tidak lagi menutup mata akan banyak hal. Sebenarnya, Syanin juga manfaatkan privilege tersebut supaya Yusuf Gunadi tidak lagi rakus dan bermain dengan picik. Terbukti, selama tiga tahun terakhir ini, pria paruh baya itu tidak lagi disegani oleh keluarga Gunadi.

"Pokoknya, Eyang, mau kamu yang wakilin Gunadi Group di Singapura nanti," ujar Yusuf penuh otoritas. Pembahasan adik dari neneknya itu memang tidak akan jauh-jauh dari bisnis dimana pun dan kapan pun.

Sejujurnya Syanin masih merasa belum pantas menerima kepercayaan dari Yusuf yang tentu sudah lebih berpengalaman darinya. "Eyang, apa nggak lebih baik Om Dhani atau Om Galang aja, ya, yang pergi ke Singapura? Syanin merasa belum siap, Eyang."

Yusuf tersenyum, memegang kedua pundak Syanin. "Eyang percaya Syanin bisa. Bisa buktikan itu ke Eyang?"

Syanin menghela napas pelan kemudian mengangguk. "Iya, Eyang. InsyaAllah."

Selepas obrolannya dengan Yusuf, Rafka melihat Syanin bergabung bersama keponakan-keponakan yang sedang bermain bersama di atas karpet. Syanin cukup sulit berbaur dengan kecil. Itu yang Janne katakan. Namun, yang Rafka lihat sangatlah berbanding terbalik dari apa yang baru saja Janne utarakan. Lelaki itu menemukan binar di mata Syanin ketika menanggapi anak kecil berusia tiga tahun yang ia tebak adalah keponakan perempuan itu. Rafka memang sedang mengobrol dengan Janne, tapi matanya tidak bisa lepas dari sosok perempuan yang baru saja membuatnya berdebar itu. Senyum Syanin yang menyambut kedatangan sanak saudaranya itu membuat hati Rafka hangat, sesuatu yang belum pernah lelaki berkemeja batik itu rasakan dengan perempuan manapun sebelumnya.

"Ka?" panggil Janne saat menemukan lelaki di sampingnya itu tampak sibuk dalam pikirannya sendiri.

"Iya, kenapa?" tanya Rafka meminta kejelasan kalimat Janne yang baru saja ia lewatkan.

"Kalo di keluarga kamu ada acara kumpul-kumpul gini, nggak?" tanya Janne yang masih merangkul lengannya.

"Ada, sih. Tapi Adhiraja nggak sebanyak Gunadi, jadi acara kayak gini nggak akan sesering keluarga kamu," balas Rafka tertawa pelan.

Janne mengangguk-angguk.

"Wah... Tahun depan kamu bisa, dong, jadi bagian Gunadi juga?" tanya Dhani menghampiri Rafka yang bersama dengan putrinya.

Pipi Janne bersemu. "Ih, Ayah apaan, sih."

Rafka hanya tersenyum canggung menanggapi pertanyaan Dhani. Entahlah, baru kali ini Rafka benar-benar merasa ragu. Ia merasa tidak bersemangat untuk melanjutkan hubungannya dengan Janne. Bukan karena Janne tidak menarik. Janne sangatlah menarik. Hanya saja, Rafka tidak merasakan apapun ketika bersama Janne. Ada perempuan lain yang membuat perasaannya berbeda. Dan Rafka sampai pada kesimpulan bahwa dirinya mengambil langkah yang salah untuk berurusan dengan keluarga Gunadi.

Enjoy!

Love, Sha.

Revised 08/12/2022

Deserve ThisWhere stories live. Discover now