26. Terbongkar

3K 84 7
                                    

"iya Lo tanya pada orang yang tepat Lo beruntung kali ini, gue kira Lo ga lupa sama Caca, gue terharu." Jawab gue dan air mata itu terus menetes.

"Eh lu kenapa nangis, jangan nangis. Ntar dikira orang-orang di taman ini gue apa-apa in lo lagi."

"Caca itu.." jawab gue gantung.

"Caca dimana Sha jawab, kalo Lo tau jawab, gue ingin ketemu dia, gue kangen banget sama dia." Pinta dia dengan muka berharap agar gue jawab dimana Caca sebenarnya.

"Ca.. ca.. i..i..tu.. g..guu..e." jawab gue gelagapan, setelah menjawab itu, gue langsung menutup muka gue ntah kenapa tangis itu semakin pecah.

"Lo?"

Gue diam setelah Reza tanya lagi.

"Jawab Sha!! Caca itu Lo?!!" Kedua kali Reza bertanya dengan suara yang tegas.

Gue hanya nunduk, dan melihat celana Reza ada tetesan air dari atas. Air apa itu. Gue memberanikan diri untuk mendongak melihat apa yang terjadi dengan Reza setelah mendengar pernyataan dari mulut gue.

Dan benar saja Reza terpaku diam dan meneteskan air mata sambil tersenyum ntah dia sedih Caca itu gue, atau dia senang bahwa ia telah bertemu Caca sebenarnya?.

"Iya Za, si kecil Caca itu gue, dulu gue dipanggil bunda sama ayah dengan panggilan Caca waktu di Surabaya dan.." belum selesai gue ngomong tiba tiba Reza meluk gue dengan erat.

"Gue kangen sama lo, bertahun-tahun gue cari lo di Surabaya tapi ga ada yang tau keberadaan lo, kenapa Lo dari awal ga beri tau gue bahwa Lo sebenarnya Caca yang gue cari Sha." Ucap Reza di pelukan gue.

Reza terus menangis di pelukan gue, gue merasa sangat bersalah karena tidak memberi tahu dia dari awal.

Dari awal masuk organisasi paskibra gue kenal Reza, raut wajah nya yang mirip sekali dengan sosok cowok kecil yang dulu gue kenal. Tapi gue ga kenal siapa nama cowok kecil itu. Ternyata sekarang gue dipertemukan dengan cowok kecil itu. Ya namanya Reza.

Dia yang membuat gue pertama kali jatuh cinta, meski hanya cinta monyet. Tapi sampai sekarang gue tetap cinta sama Reza. Reza pun sama, masih ada perasaan sama gue.

Kalau Reza tidak cerita ke Reina soal Caca, pasti gue ga bakal tau kalau Reza lagi cari-cari gue.

Gue pindah ke Jakarta, karena pekerjaan ayah gue pindah. Dan gue senang sekali waktu pindah sekolah di Jakarta, karena terbayang gue bakal ketemu sama upil kebo. Itu panggilan Reza waktu kecil. Bertahun-tahun gue sekolah di Jakarta tidak menemukan Reza sama sekali. Sekarang waktunya di pertemukan. Gue sangat bersyukur banget bisa di pertemukan dengan teman sekaligus cinta pertama gue sewaktu masih kecil.

Dan tiba tiba Reza melepas pelukannya dari tubuh gue.

"Sha terima kasih ya, Lo udah datang lagi di kehidupan gue, lega banget bisa ketemu sama Lo." Ucap Reza seraya mengusap air mata kebahagiaan yang jatuh dari pipinya.

"Iya sama sama Za, ternyata nama Lo Reza ya, bukan upil kebo. Gue kira orang tua Lo kasih nama upil kebo hahahaha." Jawab gue dengan canda tawa.

"Apaan sih lo nyebelin banget jadi cewek, dulu sampai sekarang sikap Lo ga berubah, tetap saja buat gue kesal." Jawab dia kesal dengan ejekan gue.

"Terus Lo kenapa di panggil Caca coba?." Lanjut Reza.

"Ya gue dulu kecil memang di panggil Caca sama tetangga-tetangga gue, udah sekarang panggil gue Sasha aja." Jawab gue memberitahukan nama asli gue.

"Oh yaudah, Lo juga panggil gue Reza. Jangan upil kebo lagi. Jelek amat dipanggil upil kebo, orang gue ganteng gini masa iya disamain sama upilnya kebo." Pinta Reza membuat gue ketawa geli dengan kePD annya.

"Yaudah yuk pulang, udah siang nih. Ntar di cariin bokap nyokap Lo." Lanjut Reza.

"Iya ayo pulang." Ajak gue juga.

Dan akhirnya kita berdua berjalan menuju parkiran untuk mengambil mobil.

Di tengah perjalanan mau pulang, gue bingung mau ngomong apa lagi. Begitupun dengan Reza, ga ada sepatah kata pun terucap di mulutnya.

"Oh iya Za, gue mau tanya deh, Lo sama Reina di jodoh in? Udah kaya Siti Nurbaya Lo Za ahahahah." Tanya gue ke Reza soal perjodohan itu.

"Gue sama Reina ga saling cinta, orang tua gue dan dia yang jodohin. Gue bingung mau gimana lagi, ya jalanin aja. Dan secepatnya gue harus jujur sama orang tua gue, bahwa gue gaada perasaan sama Reina. Reina pun juga udah jujur sama gue bahwa dia ga ada perasaan ke gue." Jawab Reza panjang lebar.

"Oh gitu. Terus Lo cintanya sama siapa?." Tanya gue iseng, ya kan siapa tau jawab cinta nya sama gue hahahah.

"Kepo amat sih." Jawab Reza membuat gue kesal.

"Lo ga naksir cewek sama sekali? Apa jangan jangan Lo naksir sesama cowok?." Tanya gue heran.

"Dih amit-amit, gue masih normal bego. Ya kali gue suka sama sesama cowok." Jawab Reza begidik jijik.

"Hahahah ya, gue kira begitu Za." Tawa gue melihat Reza begidik jijik.

"Udah sampai nih, gue langsung pulang Sha, salam ke bunda lo ya." Ucap Reza.

"Ga mampir dulu nih? Yaudah makasih ya udah nganterin gue." Kata gue.

"Lah kalo ga dianterin lo mau pulang sama siapa? Orang yang bawa Lo main itu gue, ya gue harus tanggung jawab lah." Jawab dia ngegas.

"Serius amat bang jawabnya hahaha." Ucap gue sambil langsung meninggalkan Reza.

Selanjutnya gue langsung membuka pintu rumah.

"Assalamualaikum bundaa, kakakkkk." Salam gue memasuki rumah.

Tapi di dalam sana tidak ada yang menjawab salam gue, mungkin bunda sama kakak belanja bulanan kali ya. Ayah juga lagi kerja.

Gue langsung berjalan menuju kamar rasa kantuk udah menyerang mata gue. Tak lama kemudian mata gue terlelap.

Cool BoyWhere stories live. Discover now