19. Kafe

2.8K 73 1
                                    

Reza POV

        Di pagi yang cerah, sinar matahari masuk dalam kamar, jam menunjukkan pukul 09.00, gue bergegas menuju bagasi untuk mengambil mobil, hendak bertemu dengan Reina, ntah apa yang mau dibicarakan oleh Reina. Dia mengganggu waktu rebahan gue saja minggu ini.

         Kemudian gue jemput Reina, kebetulan rumah Reina melewati rumah Sasha, tak lama kemudian gue melewati rumah Sasha disana tak nampak ada seorang pun, pintu yang tertutup rapat dan tidak ada keberadaan Sasha kelihatannya.

        Sesampainya di rumah Reina, gue langsung memarkirkan mobil di depan rumah Reina.

"Reina.. Reina .." Panggil gue sambil ngetok pintunya beberapa kali.

"Reza yaaa..! Iya bentar masih make up bentar lagi selesai kamu duduk di depan dulu yaaaa.." jawab Reina dengan nada tinggi, karena ia jauh didalam sana.

"Sudah gue kira pasti nunggu, mana ada penjemput nunggu yang di jemput. Yang ada yg di jemput yang nungguin, ah dasar cewek semua sama." Gerutu gue di depan rumah Reina.

15 menit kemudian..

"Hai Za, maaf ya nunggu lama, ayo berangkat." Sapa Reina dengan muka cengar cengirnya.

"Apaan aku kalau jemput kamu selalu nunggu, mama kamu dimana ga ada? Kok rumah sepi udah kaya kuburan aja." Tanya gue terheran-heran.

"Iya mama sama papa lagi keluar kota, udah ayo berangkat keburu siang ntar kulit aku gosong lagi." Ajak Reina buru-buru.

"Alay banget buset." Pandang gue seraya jijik.

"Ngatain aku? Aku aduin ke mama biar kamu dimarahi lagi mau?." Sahut Reina.

"Udah-udah ayo berangkat, malah debat gini kaya pemilihan presiden hadee." Ajak gue sambil berjalan menuju mobil.

"Eh tunggu." Pinta Reina.

Di tengah perjalanan tak ada satu pun yang berbicara, mobil tampaknya sangat hening banget.

20 menit kemudian..

"Sudah sampai kafe, ayo turun." Pinta gue seraya membuka pintu mobil.

"Iya Reza bawel amat." Jawab Reina kesal.

"Kamu mau pesen apa za aku pesenin." Kata Reina

"Aku minuman aja terserah." Jawab Reza singkat.

"Air comberan mau?" Pinta Reina kesal.

"Serah kamu, cepetan. Kata ada yg mau kamu omongin." Jawab Reza dengan wajah bosan.

"Iya iya bentar aku mau beli minuman ini dulu."

        Akhirnya Reina antri untuk membeli minuman, selang 5 menit ia kembali lagi di meja yang kami tempati.

"Nih minumannya." Kata Reina seraya memberi minuman.

"Iya terima kasih, apa yang mau kamu omongin." Tanya gue.

"Jadi gini, jawab jujur, kamu suka kan sama Sasha. Jawab jujur saja." Pertanyaan Reina yang membuat gue sontak kaget.

"Apa sih ga, aku ga suka, kenapa bahas dia?" Jawab gue dengan hati yang super deg deg an, ntah kenapa bisa begitu.

"Engga gapapa kamu jujur aja. Soal hubungan kita, aku bakal ngomong ke mama sama papa kok, bahwa perjodohan kita bakal di batalkan. Aku ga suka kalau menjalani hubungan tapi salah satu pihak tidak ada perasaan." Jawab Reina dengan muka serius.

"Gatau ntah sekarang gue lagi suka sama siapa gue bingung. Tapi akhir-akhir ini Sasha ga lagi kejar-kejar gue."

"Sebenernya gue suka sama Sasha sejak awal ketemu dia, mirip sekali sama cinta pertama gue dulu waktu gue masih kecil, namanya Caca. Dari sifat, dan muka nya ia mirip sekali dengan Caca. Ntah sekarang Caca dimana, gue lagi nunggu keberadaannya." Jawab gue seraya menjelaskan.

"Oh gitu ceritanya, yaudah sabar ya Za, kamu kejar aja Sasha, urusan aku ke mama papa gampang kok nanti aku ngomong sama mama. Aku baik baik saja kok." Jawab Reina dengan senyuman yang ia paksa.

"Gue dulu pernah janji sama Caca, gue bakal balik lagi ke Surabaya buat nemuin Caca setelah nyelesaiin pendidikan di Jakarta. 1 tahun yang lalu gue sudah datang ke Surabaya, tapi kata tetangganya dia sudah pindah ke Jakarta udah lama katanya, gue bingung harus cari dia lagi kemana, gue ga bakal buka hati lagi buat orang lain. Gue nunggu Caca. " Kata gue sambil mengingat masa lalu yang sangat bahagia ketika bermain bersama Caca, gue kira dulu memang cinta monyet, tapi sekarang rasanya gua masih cinta sama Caca.

"Iya semoga ga lama lagi lo ketemu ya sama yang namanya Caca, gue dukung lo kok." Kata Reina seraya menenangkan gue.

“Maafin gue ya Na sudah bikin lo kecewa, bukan gue ga menerima perjodohan ini, tetapi hati tidak bisa dibohongi.” Ucap gue merasa kasihan dengan cewek yang duduk didepan hadapan gue sekarang.

“Iya Za gapapa, gue tau kok, dari awal muka lu sudah menunjukkan bahwa lo ga suka sama gue waktu awal perjodohan dulu.” Jawab Reina dengan mata agak berkaca-kaca.

“Terima kasih ya Na, gue doain ada cowok yang lebih baik daripada gue nanti yang jadi jodoh lo dimasa depan.” Ucap gue seraya mengelus rambutnya bagai sahabat sendiri.

“Hahahah santai aja kali Za.” Jawab Reina dengan tawa palsu yang kelihatan dari raut mukanya.

Cool BoyWhere stories live. Discover now