34

823 39 11
                                    

"Baik, sekarang acara dimulai. Mari sama-sama menyanyikan lagu ulang tahun untuk Reza." Raka membawakan acara dengan lantang dan semangat.

Selamat ulang tahun kami ucapkan, selamat panjang umur kita kan doakan, selamat panjang umur dan bahagia.
Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang jugaa, sekarang jugaaa.

Bergemuruh meriah acara ulang tahun Reza, semuanya serentak menyanyikan lagu.

Sebelum meniup lilin angka 17 yang tertancap di kue, Reza berdoa terlebih dahulu, ntah doa apa yang ia panjatkan.

Kue itu dipotong oleh Reza, potongan pertama untuk orang tuanya.

"Ada potongan ke dua ga nih Za." Rayu Raka.

Potongan ke dua untuk siapa kira-kira?. Ah mungkin untuk teman-temannya. Ya kali buat cewek, dia kan ga punya cewek.

"Ada, ini buat teman masa kecil saya. Caca. Terima kasih sudah datang kembali di kehidupan saya, maafkan jika kemarin-kemarin sikap saya kelewatan." Reza dengan lantangnya berkata formal didepan tamu-tamu undangan dan menyebut nama kecil gue.

"Bentar-bentar, Caca itu siapa? Ada disini orangnya? Panggil dong suruh maju kedepan." Tanya Raka.

Gue masih terpaku setelah mendengar bahwa suapan ke dua itu untuk gue. Mungkin Reza hanya menganggap gue sebagai sahabat kecil. Lagian kemarin-kemarin dia bilang cinta pertama? Cinta monyet kali.

Dari atas panggung yang tidak terlalu tinggi, Reza berjalan mendekat ke meja yang gue dudukin.

"Hei ayo maju, malah bengong." Seraya tangan Reza melambaikan ke depan muka gue yang lagi bengong.

"Ee-ehh, gue-?."

"Ya siapa lagi Shaa." Ucap Reza.

"Hah Sasha?"

"Bukannya mereka di sekolah ga pernah akur?"

"Mereka sahabatan dari kecil? Whattt!"

"Wah anjir saingan gue Sasha dong."

"DEMI APA? SASHA?"

Bisikan-bisikan manusia iri terdengar ditelinga gue. Emang kalau Caca itu gue terus kenapa? Ada yang salah ya?

"Ooh jadi ini yang namanya Caca, dia adalah teman sekolah kita, Sasha. Beri tepuk tangan yang meriah." Sahut Raka menyudahi bisikan-bisikan yang mulai bervolume tinggi.

Prok.. prokk.. prokkk

Reza menggandeng tangan gue untuk menuju ke atas panggung untuk memakan kue potongan ke dua.

Terharu banget, rasanya ingin teriak, joget-joget, karena senangnya ga ada obat woyy.

"Ini Caca teman Reza yang di Surabaya itu?." Tanya mama Reza.

"Iya Tante, ini Caca." Jawab gue sambil senyum tersipu.

"Wah ga nyangka, ternyata kalian berdua satu sekolah." Sahut papa Reza.

"Hehehe iya om."

Perasaan bercampur aduk, gue harap ini bukan mimpi. Acara berjalan dengan lancar dan semua terlihat bahagia diacara itu.

Begitupun gue yang sekarang lagi dihadapan dengan Reza, mendengarkan lagu dansa, sambil mengayunkan tangan serta gerakan kaki. Ya kali ini Reza yang ngajak gue dansa.

Hahaha akhirnya cowok ini luluh juga. Sekeras-keras es, pasti akan mencair.

"Ehem gue ga salah lihat ini?." Suara Reina membuat gue dan Reza terkejut.

"Apaan si Na, ganggu saja, sana-sana dansa sama cowok lu." Sahut Reza, gue yang dengar tertawa kecil melihat tingkah laku mereka berdua.

"Oh iya Za, kadonya sudah gue taruh di atas meja sana, semoga Lo suka ya." Jelas gue.

"Kalau jelek, jelas gue ga suka." Ujar Reza menyebalkan.

"Harus suka dong, gue cari kado itu muter-muter ya, ga segampang yang lo kira." Sahut gue sambil melepas tangan yang sedari tadi Reza genggam untuk dansa.

"Hahaha lagi PMS Lo, galak amat. Iya iya bercanda kali." Tawa Reza terdengar renyah.

"Nyebelin amat jadi orang." Sewot gue dengan berkacak pinggang.

------
Hari sudah mulai siang, acara ulang tahun Reza berakhir.

"Za selamat ulang tahun ya, semoga semakin sukses untuk kedepannya."

"Iya Sha terima kasih sudah menyempatkan waktunya untuk datang ke acara gue." Jawab Reza memasang senyum lebar dan terlihat sangat tampan.

"Sama-sama, gue pulang dulu Za, daaaah." Pamit gue kepada Reza sambil melambaikan tangan.

"Eh ngomong-ngomong mama papa lo kemana? Mau berpamitan juga." Lanjut gue.

"Ooh mama papa sudah balik duluan tadi, ada kerjaan katanya." Jawab Reza.

"Oh gitu, salam ke mama papa ya."

"Okee Sha siap." Sikap hormat Reza dengan tangan di kening, layaknya sikap anak paskibra.

--------

"Halo kak, jemput Sasha sekarang." Pinta gue kepada kak Dino.

"Maaf banget tuan Puteri, kakak lagi ga ada di rumah, supir ayah juga lagi ga ada. Kamu nebeng teman aja ya." Jawab kak Dino, sudah gue duga bakal ga dijemput.

"hm." Jawab gue singkat dan langsung memutuskan saluran telfon Kak Dino.

"Keliatannya ga ada yang jemput. Mau bareng saya?." Terdengar suara cowok, mengejutkan.

Ternyata suara tersebut berasal dari.....






Cool BoyWhere stories live. Discover now