25. Obrolan Serius

2.4K 76 0
                                    

Reza POV

Ternyata cewek ini asik juga jika di ajak ngobrol, tapi kalau ngatain beuhhh kelawatan banget, masa iya gue di kira cucu Limbad.

Gue pandangi terus muka Sasha yang sedang ketawa terbahak-bahak sehingga mukanya terlihat agak merah, cantik sekali. Kenapa kalau gue dideket dia bawaannya nyaman?. Atau gue ada perasaan ke dia?.

Pake acara mobil gue dikatain mirip mainan Tamiya lagi, hadehh gemes banget pengen gue cubit tuh pipi cabinya.

"Woii nglamunin apaan Lo. Terpesona yaaaa lihat kecantikan gue yang tiada tara tak ada bandingannya, udah gue tau hahahaha." Tiba tiba mulut kuntilanak Sasha merusak lamunan indah gue.

"Dih apaan muka buluq gitu." Jawab gue dengan kesal.

"Za mata Lo kenapa?" Tanya Sasha aneh.

"Gapapa, emang kenapa?" Jawab gue heran dengan tingkah laku Sasha yang ga jelas.

"Semua mata cowok lihat gue katanya cantik banget, kenapa giliran mata Lo lihat gue malah nilai muka gue buluq? Apa mata Lo ada masalah? Hahahaha pengen ketawa hahahah." Jawaban Sasha membuat gue ingin turunin dia di jalan raya saja, sangat menyebalkan.

"Lah mata gue gaada masalah, memang muka lu buluq. Dasar cewek gila." Gerutu gue kesal dibuatnya.

"Eh udah sampai tuh Za, mobil nya di parkir sebelah situ aja, biar si mobil tamiya ga baret kena senggol orang hahahah." Ejek dia menyebalkan.

"Iya iya bawel." Jawab gue kesal.

Akhirnya kita turun dari dalam mobil untuk keluar. Hah kita? .

Sasha POV

Setelah canda tawa selama perjalanan akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Tapi gue deg-deg an dengan apa yang mau gue omongin saat ini ke Reza.

"Kita duduk di sana aja ya, tapi bentar gue beli es krim dulu hehehe gapapa kan? Atau Lo mau beli juga?" Kata gue seraya menunjuk kursi taman yang ada di seberang sana.

"Yaudah sana cepet beli, gue gausa, gue tunggu sini aja." Jawab dia jutek, untung gue sabar.

5 menit kemudian..

"Haii maaf nunggu lama, ayo duduk kesana." Tegur gue pada Reza yang sedang melamun, ntah lagi lamunin apaan.

Di tengah perjalanan menuju kursi taman, gue seraya menikmati es krim yang superrr enak, memang enak dinikmati saat cuaca panas.

Gue lihat kekanan kekiri, romantis juga pasangan disana yang sedang jogging berdua, gandengan berdua, makan es krim berdua, bercanda berdua. Lah gua? Diem-diem an, dasar nih cowo ga ada topik pembicaraan apa.

Setelah sampai dan duduk di bangku itu gue menghela nafas dan membuang jauh-jauh rasa deg deg an itu. Takut gelagapan kalau ngomong.

"Sha cepet apa yang mau Lo omongin." Tanya dia langsung pada inti. Basa basi dulu kek bercanda dulu kek kan enak.

"Huftt iya iya bentar gue buang stik es krim dulu." Jawab gue sambil berjalan menuju tempat sampah.

"Ga sekalian Lo makan aja tuh stiknya." Jawab Reza pelan.

"Apa Lo bilang!!" Tanya gue sama Reza. Dipikir dia gue kehabisan nasi apa di rumah? Nyebelin banget.

"Gapapa. Udah cepetan" lanjut Reza.

"Udah buang stik nya? Yaudah sekarang apa yang mau Lo omongin." Tanya Reza, belum juga duduk. Buru buru banget ah ela.

"Lo dijodohin ya sama Reina, tapi Lo ga suka Reina. Dan Lo lagi cari cewek yang namanya Caca asal Surabaya?" Tanya gue beruntun membuat Reza terkejut mendengar pertanyaan gue.

"Apa hubungannya sama Lo, kepo amat. Jadi itu yang mau Lo tanya sekarang? Di chat aja juga bisa ngapain pakai ketemuan maemunahh! Kesel gue." Jawab dia dengan lucunya membuat tawa gue lepas lagi.

"Ih apaan nama gue Sasha bukan Maemunah. Ayo jawab pertanyaan gue tadi." Lanjut gue dengan menahan tawa.

"Iya jadi gue di jodohin sama Reina itu keputusan mama papa kami berdua. Tapi kami berdua ga saling suka, terus gue dari dulu sampai sekarang lagi cari yang namanya Caca temen gue kecil, gue dulu pernah janji sama Caca, setelah gue pindah dari Surabaya gue janji bakal nyamperin dia lagi. Tapi setelah gue ke Surabaya ternyata dia telah pindah rumah. Gue bingung mau cari kemana lagi." Jawab Reza panjang lebar.

"Oh gitu. Terus kenapa Lo segitunya bersikeras untuk cari Caca?." Pertanyaan gue lontarkan lagi.

"Caca adalah cinta pertama gue, dan sampai sekarang gue ga bisa lupain dia." Jawab Reza, dan kelihatan dari sorot mata Reza mau meneteskan air mata, mungkin segitu rindunya ia.

"Emang Lo ga rasain bahwa Caca sekarang ada di sekitar Lo? Dan Lo ga sadar akan hal itu? " Lanjut gue.

"Iya gue rasain itu, dan gue juga takut tanya sama orang itu, apakah dia Caca atau bukan karena muka dia mirip sekali dengan Caca, beserta sikap dia juga mirip. Gue gatau nama Caca sebenernya siapa, Caca hanya nama panggilan dia di Surabaya dulu." Jawab dia membuat gue penasaran siapa yang dimaksud dia, meskipun gue tau siapa sebenarnya Caca.

"Kenapa harus takut, bukannya lo sekarang lagi berjuang untuk ketemu Caca? Segini perjuangan Lo? Lo putus asa? Cepet sekarang telfon dia dan tanya apa dia Caca." Lanjut gue untuk meyakinkan Reza.

"Kenapa gue harus telfon dia? Orang yang gue maksud aja sedang ada di samping gue. Apakah gue harus mempertanyakan hal itu?" Jawab dia membuat gue terkejut.

"Lo tanya gue.? " Jawab gue dengan menanyakan kembali pertanyaan itu.

" Yaiyalah buluqq gue tanya Lo terus siapa lagi yang di sebelah gue? Setan?" Jawab dia membuat gue tersenyum lembut.

"Ih apaan senyum-senyum gitu. Gila" lanjut Reza lagi.

Tiba tiba gue meneteskan air mata dan tersenyum memandang wajah Reza yang penuh dengan perjuangannya untuk mencari-cari dimana Caca.

"Eh kenapa Lo nangis? Gue kasar ya kalo ngomong, Lo sih." Lanjut Reza dengan muka cemasnya.

"Lo tanya pada orang yang tepat Za." Jawab gue.

"Maksdnya??" Tanya dia kembali.

Cool BoyWhere stories live. Discover now