part 36

3.7K 162 1
                                    

"Kenapa kamu selalu membuatku merasa selalu salah. Please izinin aku sedetik saja tak terbebani oleh kamu."

~Amelia Senja Darussalam~

Hari ini ning Senja sudah berada di rumahnya lebih tepatnya di pondok pesantren darussalam. Ning Senja tengah sibuk dengan laptop yang ada didepannya entahlah apa yang sedang ia lakukan tapi ia terlihat fokus tanpa berkutik hingga kemudian gus Syauqi melihatnya dan berencana untuk mengusili kembarannya itu.

Dorrr...

Ucapan gus Syauqi membuat ning Senja terkejut sampai-sampai hampir saja ia akan membuang makanan yang ada di tangannya

"Ihh, bang Syauqi usil banget sih untung aja Senja gak sampe ngejatohin makanannya"protes Senja

"Hehe, sorry gak maksud gitu dek. Abang cuma mau liat apa yang sedang kamu kerjakan sedari tadi abang perhatiin kamu sibuk dengan laptopmu ini"ucap gus Syauqi

"Iya deh iya, oh iya aku lupa bilang ama abang kalau mulai hari ini aku mau dokumentasiin setiap kegiatan yang ada di pondok ini dan aku juga ingin bikin motivasi-motivasi di akun sosmed dan youtubeku."ucap Senja
"Masya Allah dek, abang dukung selalu usaha kamu oh ya kemarin abangkan abis dari jakarta ngurusin perusahaan punya keluarga umi, abang ketemu sama temen kamu namanya Ardi dia nitip salam ke kamu"ucap bang Syauqi

Senja menghembuskan nafas kasar ia lelah terus-terusan di teror oleh Ardi dia heran kenapa Ardi terlalu over padanya padahal Senja sendiri bukan siapa-siapa dia bahkan Senja heran dengan Ardi padahal ia telah ditolak berulang kali tapi tetap saja kelakuannya tak berubah

"Bang, pengen tau gak Ardi itu orang yang suka sama Senja waktu di pondok ia gencar banget ngedeketin Senja dia sering kirim inilah itulah padahal mah ujung-ujungnya aku ngembaliin barang yang udah dia kasih sampe sampe waktu itu karena aku udh kesel banget ama sikap dia. Aku langsung laporin dan aduin sikapnya ke keamanan pondok dan Ardi pun sempat di hukum karena berani-beraninya melakukan sesuatu di luar batas tapi emang geh tuh orang gak ada kapoknya yah. Kalau gini mah mending pernikahan aku di majuin aja biar dia gak usah ganggu aku lagi"cerocos Senja

Syauqi tertawa melihat adek kesayanganya yang kesal dengan sikap orang yang menyukainya.

"Udahlah dek biarin kamu harus tetap hargain dia."ucap Syauqi dibalas anggukan oleh Senja

***

Hari ini gus Syauqi akan pergi lagi ke jakarta namun kali ini ia membawa adeknya untuk ikut bersamanya. Gus Syauqi berencana akan berlibur bersama adek kesayangannya itu ke sebuah tempat yang menjadi kedamaian hati mereka berdua yakni Masjid istiqlal karena gus Syauqi tau kalau Senja sangatlah senang jikalau ia mengajaknya kesana

Semua telah siap mereka pun bergegas pergi perjalanan ini memakan waktu kurang lebih empat jam. Hingga Ning Senja pun tertidur di bangku tengah dengan seorang santri yang di tugaskan untuk menemani ning Senja ketika gus Syauqi sedang rapat dengan para kolektor walaupun gus Syauqi baru lulus SMA tapi dia memiliki kemampuan dalam berbisnis yang patut di acungi jempol.

Mereka akhirnya sampia di kantor nan megah milik keluarga uminya. Gus Syauqi pun membangunkan ning Senja dan Widia, mereka pun turun dan di sana semua mata tertuju pada mereka dan itu membuat ning Senja sebal dengan apa yang ia liat. Ia pun memutuskan untuk pergi ke taman di temani dengan widia entahlah padahal ia baru saja mengenal widia tapi ia sudah nyaman dengan sikapnya yang memang pendiam dan dia sedari tadi hanya mengangguk dan menjawab saja mungkin dia canggung dengan siapa ia berhadapan

Tapi ning Senja sudah tau semuanya tentang widia yang memang ia telah menjadi abdi pondok saat ini dulu waktu sekolah dia sering sekali menemani umi saat ning Senja dan gus Syauqi sedang menuntut ilmu

"Widia, kamu baik-baik saja"ucap ning Senja

"Iya ning, saya tidak apa-apa"ucap Widia dengan lembut

"Widia, santai saja kalau kita sedang berdua kaya gini lagian kita seumuran wid. Jadi kamu gak perlu canggung kaya gitu. Bisakan kamu bersikap biasa saja"ucap ning Senja

"Nggak ada tapi-tapian kamu mau aku laporin kamu ke umi"ucap ning Senja

"Iya ning"ucap Widia dengan agak gugup

Mereka berdua menghabiskan waktu bercanda dan bercerita tentang pengalaman mereka masing-masing hingga akhirnya ada seseorang yang memanggil nama ning Senja laki-laki itu adalah Ardi. Ning Senja langsung saja menarik tangan Widia agar segera pergi dari tempat itu.

Widia tak bertanya apa-apa ia hanya bingung apa yang di lakukan oleh ningnya tersebut namun mengingat cerita ning Senja tadi ia langsung saja mengerti mungkin dia pria yang di ceritakan oleh ningnya tadi

Namun baru saja ning Senja dan Widia melangkah. Ardi lagi-lagi menggagalkannya lagi ia langsung berlari kehadapan ning Senja dan berusaha untuk menyentuh tangan ning Senja namun segera di tepis oleh ning Senja

"Sen, please kasih aku waktu buat bicara ama kamu"ucap Ardi

"Kalau mau ngomong yang ngomong aja gak usah lebay kaya gitu"ucap ning Senja dengan dingin

"Aku sama keluarga gua berencana mau ngelamar kamu. Tapi apakah kamu mau jadi calon istri aku"ucap Ardi

"I'am sorry Ardi, aku sudah di lamar oleh seseorang yang menjadi pilihan kedua orangtuaku"ucap Ning Senja dengan begitu datarnya

Mereka tak menyadari bahwa ada kedua orangtua Ardi yang menyaksikan mereka saat ini dan mereka berdua mengepalkan tangan karena kebencian mereka tumbuh kembali pada keluarga Darussalam

"Ardi"teriak Arisa mamah dari Ardi sambil mendekat ke Ardi dan Senja

"Mamah, papah"ucap Ardi

"Owh, jadi ini perempuan yang selama ini nolak kamu. Apa dia gak tau kalau kamu adalah seorang CEO besar. Eh, kamu jadi cewek itu gak usah belagu dan gak usah deh pura-pura sok alim. Kamu sama ibu kamu itu sama saja gak tau diri"ucap Arisa

"Maksud tante apa? Kenapa tante malah ngebahas umi saya"ucap Senja

"Kamu tanya aja ke umi kamu yang sok alim dan baik itu. Saya muak jika harus mengucapkan namanya. Ayo mas kita pergi dan Ardi kamu juga harus pergi sayang hari ini kita akan pindah ke newyork mamah, gak mau kamu di sakiti sama wanita bodoh seperti dia"ucap Arisa dengan sinisnya

Mereka pun pergi dan ketika itu juga air mata ning Senja jatuh tanpa bisa di cegah hingga akhirnya Gus Syauqi datang dan membantu adeknya untuk kembali ke dalam mobil

Senja Di Pesantren Where stories live. Discover now