Why You - 47

6.3K 260 24
                                    


Haruna tidak menyangka akan memiliki perasaan lebih untuk Davian. Entah kapan rasa suka itu hadir dalam hatinya, yang jelas ia tidak perlu merasa kalut karena sepertinya Davian juga merasakan hal yang sama.

Walaupun keduanya tidak pernah mengatakan cinta secara langsung, tapi tingkah keduanya akhir-akhir ini malah seperti remaja yang baru mengenal cinta.

Menelisik awal pernikahan karena dijodohkan, keduanya tidak mengenal satu sama lain. Saling tak acuh satu sama lain. Terlebih lagi Davian yang teramat membenci dirinya.

Kalau saja bukan karena neneknya, Haruna lebih memilih tidak menikah dengan lelaki angkuh seperti Davian.

Namun, setelah hari-hari yang mereka lewati yang lebih banyak di isi dengan pertengkaran, lalu sampai pada titik ini. Titik di mana dirinya mulai menyukai lelaki itu.

Baginya, pernikahan adalah sebuah ikatan sakral dan akan dilakukan sekali seumur hidup, dirinya akan mempertahankan hubungannya dengan Davian.

Ia sudah memikirkan masalah ini dengan matang dan ia juga berdoa agar Tuhan menjaga perasaannya untuk Davian.

Ah, mengingat suaminya itu, entah kenapa dirinya ingin selalu berada di dekat Davian. Haruna ingin terus berada dalam pelukan Davian dan menghidu aroma khas lelaki itu.

Sekarang ia sedang duduk, menikmati sore di taman belakang rumahnya seraya menikmati buah segar yang sudah Lusy siapkan. Sambil menunggu Davian pulang dari kantor.

"Hei, sedang menikmati sore,"

Suara itu mengalihkan pandangan Haruna dari kebun bunganya.

"Davian, kau sudah pulang," mata Haruna berbinar menatap penampilan lelaki itu. Kemejanya tergulung sampai ke siku, rambutnya sudah tidak serapi tadi pagi. Ada beberapa keringat yang memenuhi dahinya.

Namun semua itu malah membuat Davian semakin terlihat seksi. Astaga, apa yang ia pikirkan.

"Aku merindukanmu," ucap Davian, setelah duduk di depan kaki Haruna.

Wajah Haruna terasa memanas, namun tanpa malu ia turun dan duduk di pangkuan Davian, "aku juga merasakan hal yang sama." lanjutnya seraya melingkarkan tangannya pada leher lelaki itu.

Sudut bibir Davian tertarik samar saat telinganya menangkap nada manja dari Haruna, "benarkah?"

Haruna menggangguk.

"Buktikan!" tantang Davian. Ia ingin melihat bagaimana tanggapan gadis pemalu sepeti Haruna.

Tanpa menunggu lama, Haruna melabuhkan kecupan ringan pada bibir sang suami.

"Hanya kecupan?" tanya Davian dilanjutkan dengan decihan. "Cih, yang benar saja?"

"Memangnya harus seperti apa?" tanya Haruna bingung. "Kata nenek, jika kita rindu seseorang, kita bisa mengobatinya dengan saling bertemu, berbincang, sebuah pelukan dan kecupan."

"Itu untuk anak kecil, Haruna," ujar Davian.

"Memangnya beda ya? Apa yang dilakukan orang dewasa ketika sedang rindu?" tanya Haruna.

"Olahraga di atas ranjang," bisik Davian.

Mata Haruna terbelalak, dengan kesal ia memukul dada Davian, "dasar mesum."

"Aku hanya mesum padamu saja,"

"Pembohong besar. Tidak mungkin kau tidak melakukannya dengan kekasih-kekasihmu yang dulu. Aku ingat, pertama kali bertemu dengan Viona, kalian berciuman di depanku. Itu masih di tempat umum, kalau di ruang tertutup aku... Argh, aku tidak mau membayangkannya," ucap Haruna.

Why You? 🔚Where stories live. Discover now