Why You - 28

9.9K 423 17
                                    


Typo!!!

Haruna tersadar dari tidurnya ketika mendengar suara tirai yang di sibak, juga cahaya matahari yang menerobos dari jendela kamar.

Tubuh Haruna begitu nyaman bergelung dalam selimut tebal yang sanggup melindunginya dari terpaan pendingin ruangan dan aroma pewangi pada bantal serta selimut yang ia hirup terasa tidak asing.

Sontak saja tubuh Haruna terlonjak bangun ketika menyadari bahwa dari semalam ia berada di kamar Davian. Maniknya berkeliling pada setiap sudut ruangan dan menemukan Lusy yang sedang merapikan tirai.

"Nyonya, Anda sudah bangun?" tanya Lusy.

Haruna mengangguk, "Lusy, pukul berapa ini?"

"Delapan lewat tiga puluh menit, nyonya,"

"Astaga, aku akan terlambat pergi ke kantor," ucap Haruna panik. Secepat mungkin ia turun dari ranjang. "Lusy, sudah aku katakan jangan panggil aku nyonya. Ouch," rintihnya ketika tubuhnya jatuh di lantai akibat kaki Haruna terlilit selimut.

"Astaga, Haru. Jangan buru-buru! Anda bisa melukai diri Anda," pekik Lusy panik. Ia membantu Haruna berdiri dan memperbaiki piyama Haruna yang melorot melewati bahunya.

"Aku akan telat, Lusy!" ucap Haruna pasrah.

"Tenanglah. Tadi tuan Davian berpesan agar Anda tidak perlu datang ke kantor hari ini," jelas Lusy.

Kening Haruna mengernyit bingung. Melihat tingkah Davian selama dua puluh empat jam terakhir menimbulkan berbagai pertanyaan di otak Haruna. "Lusy, kau tahu, Davian bertingkah sangat aneh beberapa waktu terakhir ini. Dan aku merasa aneh, seperti dia sedang di rasuki!"

Lusy terdiam sejenak dan detik berikutnya ia terkekeh kecil, "Anda bisa saja. Tidak mungkin tuan sedang di rasuki karena tadi pagi tuan terlihat sangat baik, kecuali tuan yang tiba-tiba meneleponku lebih awal pagi ini untuk bekerja seperti biasa dan mengurus segala keperluan Anda."

"Nah, itu dia yang aku maksud,"

"Anda benar. Pagi ini tuan menyuruhku untuk mengatur jam kerja para pelayan seperti biasanya dan beliau juga menjadikanku sebagai pelayan pribadi Anda,"

Haruna melongo seakan tidak mempercayai penjelasan Lusy, "kan sudah aku bilang, Davian memang sedang di rasuki!" peliknya.

Lusy tertawa kecil, "jika itu benar, bukan lebih baik."

"Hoh, terserah saja. Ya ampun, kenapa aku malah mengobrol!" ujar Haruna. "Jadi Davian Benar-benar berpesan agar aku tidak ke kantor?" tanyanya ragu.

Lusy mengangguk sambil tersenyum.

.

.

.

Davian menatap kamar yang di penuhi foto dirinya dengan berbagai ukuran dan pose berbeda, ia mengeram ketika mendapatkan telepon dari Andre jika si jalang itu berhasil lolos dan melarikan diri entah kemana.

Benar apa kata Andre jika wanita itu mempunyai obsesi besar padanya. Ini semua teras memuakkan untuk Davian. Davian pikir wanita itu akan menjauh setelah Davian menolaknya dengan kasar, tapi pada kenyataannya wanita itu tetap memantaunya secara diam-diam.

"Bagaimana si jalang itu bisa lolos!" ucap Davian dengan nada datarnya.

"Maafkan saya, tuan. Ternyata ada yang memasang penyadap suara pada baju saya dan saya baru menyadarinya tadi pagi,"

"Wanita itu memang licik, sama seperti mendiang orang tuanya." ucap Davian. "Bereskan semua ini dan cari keberadaan si jalang itu. Jangan sampai dia mendekati jangkauan sekitarku!"

"Baik, tuan."

.

.

.

"Ck, apa yang dilakukan si bodoh itu di sini!" maki Davian ketika ia baru keluar dari mobil. Sementara matanya tertuju pada Arvon yang sudah masuk ke dalam rumahnya. "Lain kali aku akan menyuruh penjaga untuk mengusirnya."

Langkah kakinya cepat menyusul Arvon, ia harus cepat mencegah si bodoh itu sebelum melakukan hal-hal aneh.

"Haru!" seruan itu terdengar ketika Davian sudah tiba di ambang pintu dan ia mengeram marah saat Arvon dengan begitu lancang memeluk tubuh kecil Haruna.

"Arvon, kau tidak memberitahu jika mau datang kemari?" tanya Haruna. Tubuh kecilnya tenggelam dalam dekapan Arvon.

"Aku menepati janjiku untuk mengajakmu ke Time Square," ucap Arvon sambil melepaskan pelukan mereka.

"Oh, aku lupa. Untung kau mengingatkanku!" pekik Haruna.

"Kebetulan aku dengar kau tidak masuk kerja hari ini, jadi setelah pulang dari kantor aku langsung menemuimu." jelas Arvon. "Ayo bersiaplah."

Haruna tersenyum girang, "oke. Tunggu sebentar ya."

Haruna berbalik untuk menuju ke kamarnya, namun suara Davian menghentikan langkahnya, "kau tidak akan kemana-mana hari ini!"

Sontak saja Haruna dan Arvon berbalik ke arah sumber suara.

"Oh, Dav. Kau sudah pulang. Kebetulan sekali kau ada, aku akan membawa Haruna jalan-jalan hari ini," ucap Arvon.

"Kau tuli, aku tidak mengizinkan dia keluar hari ini!" ujar Davian.

"Ayolah, kau begitu kaku. Hanya sekedar jalan-jalan," protes Arvon.

"Urusi saja tunanganmu!" bentak Davian.

"Ck, gadis menyebalkan sepertinya membuatku bosan, Dav. Haru bahkan lebih menyenangkan ketimbang tunanganku,"

"Dasar berengsek! Sana pulang!" usir Davian.

"Haru, kau lihat? Sepertinya ada yang aneh dengan Davian?" tanya Arvon pada Haruna yang sedari tadi menatap perdebatan antara Davian dan Arvon.

"Ya, aku rasa juga begitu," ucap Haruna.

"Ck," Davian berdecak kesal. Ia berjalan menuju kearah Arvon dan mendorong sepupunya itu untuk pergi dari rumahnya. "Sana pulang!"

"Dav, aku sangat yakin kau sedang di rasuki!" Arvon berusaha mengelak dari dorongan Davian.

Davian menatap tajam Arvon, dan lelaki itu pura-pura takut. Kemudian ia berlari sebelum Davian memberikan sebuah tinju padanya.

"Haru, sayang. Besok saja kita jalan-jalannya!" teriak Arvon lalu menghilang di balik pintu.

Haruna hanya melambaikan tangan seraya tersenyum pada Arvon.

"Sepertinya kau bisa lebih santai bersama si bodoh itu," suara Davian menyentak Haruna.

Seketika senyum di bibir gadis itu menghilang, ia menatap Davian sebentar, kemudian kilasan kejadian malam kemarin mampir di otaknya. Oh sial, Haruna sangat malu.

Ia tersenyum sebentar ke arah Davian dengan canggung, lalu berlalu menuju ke arah dapur.

TBC

Double update!!

Oren lagi senang dapat banyak asupan dari anak2 BTS, wkwk...

Kali ini Davi harus ekstra hati2 ya, harus lebih protektif ama Haru, takutnya si J bakalan serang haru tiba2

Why You? 🔚Where stories live. Discover now