Why You - 4

11.6K 476 8
                                    

Typo!!!

Haruna

"Apa yang kau cari dalam lemariku, Miura?" suara yang sangat aku kenal terdengar dari arah belakang.

Aku langsung berbalik untuk menoleh ke arah lelaki yang tengah bersidekap dada itu. Well, aku memang mencari sesuatu di lemari pakaian Davian atau lebih tepatnya kemeja merah kesukaanku, tadi saat aku ingin memakai kemeja itu, ternyata tidak aku temukan di lemariku. Maka aku berinisiatif mencarinya di lemari Davian.

"Aku sedang mencari kemeja merahku, aku kira kemeja itu ada dal lemarimu karena aku tidak menemukannya di lemariku," jelasku dengan masih berdiri di depan lemari.

Dia berjalan menghampiriku, lalu mendorongku menjauhi lemarinya. "Dengar! Entah apapun yang kau cari itu aku tidak peduli, yang jelas barang itu tidak ada dalam lemariku! Aku ingatkan satu hal padamu, Miura," jeda sambil menatapku tajam. "Aku tidak suka ada orang lain yang menyentuh barang-barang pribadiku!" Davian mendekat dan mencengkram daguku, rahang tegasnya terlihat mengeras. "Jangan karena orang tuaku sayang padamu kau jadi besar kepala! Kau tidak ada hak di rumah ini! Pernikahan kita adalah sebuah status yang tidak akan pernah aku akui."

Aku meringis kala Davian melepaskan cengkramannya dan kembali mendorongku menjauh.

Aku berdecih kecil, entah kenapa sikapnya semakin dingin padaku? Oke, aku akui jika salah karena telah mengobrak-abrik lemarinya, tapi dia tidak perlu mengingatkan tentang posisi serta status pernikahan kami. Karena aku sendiri sadar di mana posisiku sekarang.

Aku mengusap daguku yang terasa nyeri disertai panas, aku yakin bekas cengkraman Davian pasti memerah apalagi warna kulitku yang memang putih, pasti akan tercetak jelas.

"Aku hanya mencari kemejaku, tuan Jade, jadi kau tidak perlu marah seperti itu sampai mengingatkan aku akan posisiku dan status kita!" balasku tajam.

"Kalau kau paham, sebaiknya kau cepat bereskan pakaianmu, mulai malam ini kau tidur di kamar tamu!" perintahnya.

Dasar kekanakan batinku.

"Baiklah, aku tidak masalah jika tidur di kamar tamu, tapi bagaimana jika orang tuamu melihat kita tidur di kamar yang terpisah?"

"Ayah dan ibu sudah berangkat ke Tokyo tadi siang. Mereka akan lama berada di sana, jadi alasan kekhawatiranmu sangat tidak bermutu, Miura."

Aku mengeram kecil menahan marah, tapi lihat saja aku tidak akan bersikap lemah pada lelaki angkuh seperti Davian.

Memang siang tadi Aira dan Ethan serta Caroline sudah berangkat ke Tokyo dan sore ini aku melupakan hal itu. Aku memang pelupa, terserah kalian mau bilang apa, tapi itu adalah salah satu kelemahanku.

Aku bahkan tidak bisa mengingat jelas siapa anak laki-laki yang sudah membuat pipiku terluka kala aku masih kecil. Tetapi aku dan anak laki-laki itu terasa sangat akrab di masa lalu, tapi sedikitpun tidak ada ciri-ciri fisik anak itu yang aku ingat.

Well, lupakan hal itu. Yang jelas aku ini seorang pelupa yang cukup parah.

Aku menoleh ke arah Davi yang masih menatapku tajam. "Menyebalkan!" gumanku kecil.

"Tunggu apa lagi, bereskan pakaianmu dan keluar dari kamar ini!" hardiknya.

Dengan segera aku menuruti omongannya karena aku juga malas melihat tingkah angkuhnya itu. Mengeluarkan koperku dan memasukan semua pakaian serta perlengkapan ke dalamnya.

Setelahnya aku keluar dengan cepat sambil membanting pintu kamarnya keras, berharap pintu itu rusak atau hancur.

"Davian brengsek!" umpatku sambil mengepalkan tanganku erat. Lalu aku berlalu menuju kamar tamu di ujung lorong lantai dua.

Why You? 🔚Where stories live. Discover now