Why You - 3

12.6K 504 4
                                    

Typo!!!

Haruna

Setelah makan malam selesai, kami langsung menuju ke kamar masing-masing.

Saat ini aku dan Davian sudah duduk di pinggir ranjang pada lain sisi.

Kami sedang menunggu Carolina yang sedang mengosok gigi dan menganti bajunya dengan piyama yang dibantu oleh Aira.

"Kenapa kau tidak berusaha menolaknya?" tanyaku tajam pada Davi.

"Aku tidak punya pilihan. Tidak mungkin aku menolak keinginan Carol didepan yang lainnya," jelas Davian.

"Tapi... arrghh!" erangku kesal.

"Kau sendiri, kenapa tidak menolaknya?" pertanyaan dari Davian menghentikan erangan kesalku.

"Salahkan saja wajah memelas adikmu yang sangat mengemaskan dimataku!" selaku cepat.

"Lemah!" ejeknya.

Aku langsung melotot tajam padanya.

"Hanya karena tatapan mengemaskan dari Carol kau langsung luluh," cemoohnya.

Aku memutar bola mataku bosan, "terserah apa katamu, yang penting malam ini kau harus tidur disofa itu." tunjukku pada sofa disudut kamar.

Davian membuka mulut bersiap untuk protes saat suara ketukan pintu membungkamnya.

Aku tersenyum sinis, lalu berjalan kearah pintu dan membukanya.

Disana sudah berdiri Aira dan si imut Carolina.

"Hai kak Halu," sapa Carolina.

"Hai cantik," balasku.

"Maaf merepotkan kalian," Aira merasa bersalah.

"Tidak masalah, bu, aku malah senang karena Carol mau tidur bersama kami," jelasku.

"Apa tidak menganggu kalian?" tanya Aira kurang yakin.

Aku mengeleng, "tidak sama sekali."

"Baiklah," ucap Aira pada akhirnya. "Selamat tidur sayang," Aira mengecup pipiku dan Carolina bergantian.

"Selamat tidur, bu," ujar Carolina.

"Selamat tidur juga, bu," timpalku.

Aira mengangguk, dia tersenyum sekilas dan berlalu pergi.

"Ayo sayang," kataku sambil mengendong tubuh kecil Carolina.

Aku berjalan masuk membawa Carolina dalam gendonganku. Aku melihat Davian sudah berbaring diatas ranjang.

Aku menurunkan Carolina. Anak itu begitu pintar, terbukti dengan dia yang langsung mengambil posisi berbaring. Carolina tampak manis dengan piyama bergambar hello kitty berwana merah muda, dalam dekapannya juga ada boneka serupa piyamanya berukuran sedang.

"Kak Halu, aku tidak mau tidul didekat kak Dav, aku mau tidul disamping kak Halu saja," kata Carolina sambil menjulurkan lidahnya kearah Davian, mengejek kakak sulungnya.

"Kenapa?" tanyaku, tapi aku justru melemparkan senyum cemooh pada lelaki itu.

"Kak Dav itu tidak asyik, dia menyebalkan dan kaku," jelas Carolina.

Davian langsung melotot mendengar kata-katanya yang keluar dari mulut adiknya.

Aku terkekeh kecil yang membuat Davi semakin melotot, "kau dengar, bahkan adik kecilmu ini tau kau itu lelaki seperti apa!"

Davi mendengus, "tutup mulutmu, Miura. Sekarang cepat tidur!" perintahnya.

Aku mengangkat bahu acuh, lalu mengambil posisi ditengah antara Davian dan Carolina.

Why You? 🔚Where stories live. Discover now