Why You - 14

9.6K 421 15
                                    


Typo, berhati-hatilah!!

-----

Tubuh yang ditutup oleh selimut berwarna merah itu mengeliat kecil. Leguhan pelan keluar dari bibir tipisnya, warna bibirnya sudah tidak separah tadi malam walaupun masih agak pucat.

Perlahan kelopak matanya terbuka dan tertutup, lalu terbuka lagi untuk menyesuaikan pengelihatannya dengan cahaya lampu.

Dia, Haruna.

Tangan kecilnya terulur untuk memijat keningnya saat itu juga dia menyentuh handuk lembab pada keningnya.

Siapa yang menaruh handuk pada keningnya?

Mata Haruna bergerak memperhatikan ruangan yang ternyata adalah kamarnya.

Lalu dia ingat akan kejadian saat dia terkunci di toilet dan terakhir dia ingat akan Arvon yang datang menolongnya.

Ketika Arvon membawa Haruna pulang, gadis itu malah tertidur di dalam mobil setelah Arvon menyelimuti tubuhnya dengan jaket.

Dan setelah itu Haruna tidak ingat apa-apa, kemudian dia tersadar dan mendapati dirinya sudah terbaring di ranjangnya.

Setelah cukup lama terdiam, Haruna kemudian bangun dan mengeser tubuhnya ke pinggir ranjang sementara kaki dia biarkan menjuntai menyentuh lantai.

Ternyata sudah jam enam pagi.

Segera saja gadis itu kekamar mandi.

Dua puluh menit kemudian Haruna keluar dan sudah terlihat lebih segar.

Mengenakan pakaiannya dengan cepat, lalu Haruna turun kedapur untuk membuatkan sarapan.

Memang kondisi tubuh Haruna masih lemah, tapi dia harus bangun membuatkan sarapan dan pergi bekerja.

Karena mulai kemarin dia sudah resmi menjadi pegawai di Jade Company sebagai office girl.

Baru saja tangan Haruna ingin mengeluarkan bahan mentah dari dalam lemari pendingin saat sebuah suara menegurnya.

"Apa yang kau lakukan di dapur?" tanya suara itu.

Dengan cepat Haruna berbalik dan melihat Davian berdiri tidak jauh darinya, nampaknya pria itu baru bangun tidur.

Lelaki itu menatap Haruna tajam.

"Aku ingin membuatkan sarapan," jawab Haruna.

Mengabaikan Davian dan berbalik kembali kearah lemari pendingin.

"Kembali ke kamarmu!" perintah Davian tepat di dekat telinga Haruna.

Membuat tubuh kecil itu menegang.

Haruna tidak dapat bergerak. Davian berada begitu dekat, tepat dibelakangnya.

Sementara wajah keduanya sejajar saling menghadap kedepan.

Haruna dapat melihat tangan kokoh Davian yang meraih botol air didalam lemari pendingin.

Lalu tubuh itu menjauh. Hal itu membuat Haruna bernapas lega. Setidaknya beberap saat yang lalu dia menahan napasnya semampunya.

"Apa kau tuli?" tanya Davian saat tangan Haruna kembali ingin meraih bahan untuk sarapan. "Ck!" Davian berdecak.

Dengan segera dia meraih lengan Haruna dan membalikan tubuh itu kearahnya.

"Dengar, jangan pernah menguji kesabaranku. Aku bukan orang yang mempunyai rasa sabar yang besar seperti orang lain, Miura. Dari tadi aku menyuruhmu untuk kembali ke kamarmu, tapi kau mengabaikan ucapanku!" Davian menatap tajam gadis keturunan jepang itu.

"Aku lapar," guman Haruna pelan.

Seketika tatapan tajam Davian luntur.

Benar saja, pasti gadis itu sangat kelaparan karena dapat dipastikan jika dia belum makan dari kemarin.

Davian menatap wajah Haruna, wajah yang biasanya merona itu kini terlihat agak pucat, tapi mata itu masih terlihat sama indahnya seperti sebelumnya.

Mata bulat itu menatap Davian dengan berani dan lelaki itu salut akan keberanian sang gadis.

"Duduklah!" perintah Davian.

"Tapi," Haruna ingin membantah.

"Duduk!" perintah Davian lagi sambil melotot.

Mau tidak mau Haruna menuruti perintah Davian.

Dengan patuh gadis itu duduk dikursi.

Sementara Haruna duduk di kursi, Davian dengan cepat bergerak meraih mangkuk dan mengisinya dengan sesuatu dari dalam panci.

Haruna dapat mencium aroma yang sangat menggugah selera itu.

Sop ayam.

Saat Haruna masuk ke dapur tadi, dia tidak memperhatikan keadaan disekitatnya, pikiran Haruna langsung tertuju pada lemari pendingin.

Tapi ternyata didalam panci itu sudah tersedia sop ayam.

Dan tidak lama, Davian membawa semangkuk sop ayam, bubur serta air putih untuk Haruna.

"Makan," ujarnya sesudah meletakan semua makanan itu dihadapan Haruna.

Haruna langsung tersenyum manis dan mengangguk cepat.

"Selamat makan," ucap Haruna pelan dan lamgsung memasukan suapan pertama sop ayam itu ke mulutnya.

Bibir tipis Haruna semakin tersenyum kala rasa gurih kaldu ayam dan rempah memenuhi indera pengecapannya.

Dan suapan lanjutan pun menyusul.

Sementara Davian yang duduk di kursi seberang Haruna hanya terpaku melihat senyum dan tingkah Haruna.

Senyum tulus gadis itu entah kenapa membuat hatinya membuncah senang.

Melihat Haruna makan dengan begitu lahap membuat senyum tipis tercipat di sudut bibir Davian.

Tanpa Haruna sadari jika dirinya sudah di pandangi oleh Davian begitu lama.

Saat gadis itu mengangkat wajahnya dan matanya terpaku pada Davian.

Membuat Haruna tersenyum canggung.

"Kau tidak makan?" tanya Haruna tiba-tiba, membuat Davian tersentak kecil.

"Ehem," Davian berdehem kecil, mengusir rasa kagetnya. "Makan saja duluan dan habiskan sarapanmu, aku tau kau pasti kelaparan."

Haruna mengangguk dan menuruti perkataan Davian.

Dengan senyum canggung Haruna melanjutkan sarapannya.

Tapi tak berapa lama Davian bangun dari duduknya berjalan kearah Haruna.

Gadis itu bingung, "ada apa?" tanyanya.

Haruna makin bingung kala Davian menundukan wajahnya.

Mata Haruna membola besar saat Davian menjilati sudut bibirnya.

"Ada kuah sop di sudut bibirmu," ujar Davian.

Kemudian lelaki itu berlalu pergi meninggalkan Haruna yang tak bergeming.

Deg

Deg

Haruna memengang dadanya sebelah kirinya.

TBC

Why You? 🔚Where stories live. Discover now