Why You - 27

9.1K 424 9
                                    

Typo!!!

Davian melepaskan ciuman mereka saat merasa Haruna butuh oksigen. Ia menjauhkan wajahnya dan menatap Haruna yang tidak berani membuka matanya. Napas gadis itu memburu, seolah berebut untuk menghirup oksigen untuk memenuhi paru-parunya.

Ia menyibakan rambut Haruna yang menutupi pipinya, lantas manik Davian melihat bekas luka pada pipi Haruna.

Entah kenapa bekas luka itu terasa tidak asing baginya, namun Davian tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Semuanya terasa buram dan itu membuatnya kesal.

"Aku merasa tidak asing dengan bekas luka ini," ucap Davian sambil mengelus pipi Haruna yang terdapat bekas luka.

Haruna membuka matanya, maniknya tertuju pada wajah Davian sementara mata lelaki itu masih menatap bekas luka Haruna.

"Kau yakin?" tanya Haruna. Entah kenapa melihat raut wajah sayu Davian membuat Haruna ingin meluapkan segala sesuatu yang selalu berusaha ia pendam selama ini.

Davian mengangguk, "kau juga terasa tidak asing. Tapi aku tidak bisa mengingatnya. Semuanya buram. Setiap kali aku mengingatnya kepalaku mendadak sakit."

"Jangan diingat kalau begitu,"

Perkataan Haruna tentu saja membuat Davian kesal. Ia rasa gadis keturunan Jepang ini menyimpan banyak rahasia. Kenapa Davian berpikir begitu, karena orang tuanya sangat dan amat peduli pada gadis jelek di bawahnya ini.

"Suatu saat aku menemukan kenyataan ini, Miura. Kau dan orang tuaku bahkan tidak mau membuka mulut sama sekali,"

Kening Haruna berkerut, "kau menuduhku menyembunyikan sesuatu? Asal kau tahu saja, aku bahkan tidak ingat masa laluku sama sekali!" ucapnya sedikit berdesis karena kesal.

Sejenak Davian terdiam, otaknya bekerja cepat memproses setiap suku kata yang keluar dari mulut Haruna, "apa yang membuatmu sampai tidak bisa mengingat masa lalumu?" ia begitu penasaran karena ternyata bukan hanya ia saja yang tidak bisa mengingat masa lalu.

Kenapa semua bisa sama? Apa ini hanya sebuah kebetulan?

"Bukan urusanmu!" Haruna mendorong Davian menjauh dan turun dari ranjang lelaki itu, namun tangan Davian dahulu menarik pinggangnya.

"Kau akan membuka mulutmu segera, aku pastikan itu," Davian membanting tubuh Haruna kembali ke ranjang.

"Akh, apa kau sudah gila!" pekik Haruna.

"Tidak ada orang gila setampanku, asal kau tahu itu," kata Davian penuh percaya diri.

Haruna hanya mendengus mengejek.

"Sekarang biarkan aku kembali ke kamarku!"

"Ambil posisi tidurmu, Miura atau aku yang akan menidurimu!" ancam Davian membuat mata Haruna terbelalak lebar.

Gadis itu mendorong Davian menjauh, meraih selimut untuk menutupi tubuhnya.

Melihat Haruna yang menuruti perkataannya ia lantas meraih handuk yang sempat ia lempar dan berlalu menuju kamar mandi.

.

.

.

Davian berhenti menatap Haruna yang sudah tertidur begitu pulas, ketika semua email masuk bahwa bawahan akan menemuinya sebentar lagi.

Ia kemudian berdiri, meraih remote mini dan menekan tombolnya sehingga dinding di samping lemari terbuka yang menghubungkan langsung dengan ruang kerjanya.

Di sana, Andre sudah menunggunya, "kau sudah menemukan pelakunya?"

"Sudah, tuan. Anda pasti sangat mengenalnya, dia yang sudah menabrak nyonya Haruna," jelas Andre sambil menyodorkan amplop pada Davian.

Davian segera membuka amplop tersebut, mengeluarkan beberapa lembar foto.

"Dia sangat terobsesi pada Anda, tuan. Itu hasil bidikan foto yang berhasil saya kumpulkan. Di apartemennya terdapat banyak foto Anda, bahkan di setiap ruangan ada dan foto terakhir adalah foto nyonya Haruna yang sudah dia rusak menggunakan pisau,"

Davian mengeram marah, "dasar jalang sialan, berani-beraninya dia mengusik hidupku!" ia menghempaskan foto itu ke atas meja.

"Bukan itu saja, tuan. Dia ternyata menyamar menjadi salah satu karyawati di Jade Company dan menghasut karyawati lain untuk mencelakai nyonya Haruna dan dia juga yang sudah mengunci nyonya dalam toilet,"

"Andre, besok aku ingin melihatnya sudah masuk ke dalam jeruji besi!" ucap Davian tegas dengan rahang mengeras.

"Baik, tuan. Anda akan menerima kabarnya besok pagi,"

"Kalau begitu kau boleh pergi!" perintah Davian.

"Tunggu, tuan. Ada satu lagi yang ingin Saya katakan,"

Davian mengisyaratkan Andre untuk berbicara, "tadi sore saya melihat nona Viona masuk ke dalam hotel bersama seorang lelaki asing."

"Kau yakin?" tanya Davian setengah percaya. "Mungkin itu salah satu sepupu atau kerabatnya."

"Sangat yakin, tuan," ucap Andre. "Saya sudah menyelidiki keluarga besar serta kerabat nona Viona, tapi lelaki itu tidak ada dalam daftar,"

Davian masih meragu, karena dia sangat mengenal Viona. Tidak mungkin wanita itu mengkhianatinya. "Viona biar menjadi urusanku."

"Baik, tuan." Andre membungkuk lalu pamit undur diri.

Davian menghempaskan tubuhnya pada sandaran kursi. Andre adalah salah satu orang kepercayaannya, dia selalu memberikan informasi yang akurat, tapi untuk urusan Viona, Davian sangat ragu.

Namun tidak ada kata kebohongan dari Andre, karena lelaki itu selalu bekerja bersih untuknya.

TBC

Ayooo, kemarin siapa yg bilang kalo Viona yang ngejahatin Haru?

Orangnya beda ya, guys. Viona ama si J-panggilan dari Davi-itu beda. Si J itu orang yang terobsesi ama Davi, nah kalo Viona kan pacarnya Davi.

Dan, Haruna istrinya Davi 😆😆

Why You? 🔚Onde histórias criam vida. Descubra agora