Why You - 17

9.6K 432 12
                                    


Typo, berhati-hatilah!!!

-----

Why you?

Kenapa kau memperlakukanku seperti ini?

Apakah dengan menyakitiku membuatmu nyaman?

.

.

.

Davian masih menatap Haruna, gadis itu masih berdiri pada tempatnya diiringi dengan isakan dan airmata.

Dasar lemah. Hanya dengan perkataan kasarnya, gadis itu menangis.

"Jangan memperlihatkan airmata itu di depanku. Kau tau aku paling benci akan hal itu dan beri aku pendapat lain agar aku bisa percaya akan semua yang kau katakan," ujar Davian.

Tapi Haruna tidak bersuara. Dia mengabaikan Davian dan lebih memilih menatap lelaki itu.

Seolah mencari tau apa sebenarnya yang ada di dalam otak Davian.

Tapi nihil.

Jadi Haruna memutuskan untuk pergi, dia berbalik menuju kearah pintu, tapi bunyi klik membuat tubuh Haruna terdiam.

Dengan kesal dia kembali berbalik kearah Davian.

"Buka pintunya!" seru Haruna, matanya menatap nyalang Davian.

Sementara Davian tersenyum miring, dia bangun dari kursinya dan bergerak menuju depan meja, lalu duduk disana, dengan angkuh dia bersidekap dada.

"Kenapa? Mau melarikan diri!" ujar Davian remeh.

Haruna berusaha mungkin menahan rasa kesalnya, ingin rasanya dia melangkah maju dan menampar pipi Davian. Hanya saja dia berpikir dengan saling melayangkan tangan bukanlah solusi yang tepat sekarang.

"Kalau iya, memang Anda mau apa?" balas Haruna.

"Hem, aku senang dengan sisi liarmu itu, Miura," Davian meletakan tangan kanan didagu. "Tidak hanya diam dan menunggu dicaci."

Davian berjalan menuju Haruna dan berdiri tepat didepan gadis itu.

Dia meraih sejumput rambut Haruna dan mempermainkannya.

Lalu Haruna, gadis dua puluh tahun itu mendongak menatap Davian.

"Jadi, kembali pada pertanyaanku tadi, apa yang sudah kau berikan pada Arvon, Miura?" kali ini tangan Davian beralih mengelus pipi Haruna, tepat dibekas luka memanjang itu.

Sejenak tubuh Haruna menegang, tidak ada yang berani menyentuh luka itu selama ini, karena Haruna sendiri menolak jika akan disentuh.

Hanya neneknya dan Mirai lah yang Haruna izinkan menyentuh bekas luka itu, tapi Haruna heran, kenapa dia tidak menepis tangan Davian? Kenapa dia malah membiarkan lelaki itu menyentuhnya?

"Anda sudah mendapat jawabannya tadi, jadi Anda hanya membuang waktumu dengan bertanya lagi dan lagi," kilah Haruna. "Sekarang buka pintunya dan biarkan saya pergi!"

Haruna mengernyit saat Davian menatapnya, "kau tidak akan keluar sebelum menjawabnya."

"Kau berengsek!" maki Haruna dengar kasar. Dirinya bersumpah sedari tadi ingin memaki lelaki angkuh yang sudah menjadi suaminya itu. Ia bahkan tidak peduli lagi dengan tingkah tidak sopannya.

Davian terkekeh kecil, "ya itu aku. Aku sama berengseknya dengan Arvon. Kau baru berkenalan dengan Arvon tapi kalian sudah sangat akrab. Apa dia pernah menyentuh?" tanya Davian. Tangan Davian menyentuh pipi Haruna. "Apa disini?" lalu beralih pada bibir merah gadis itu. "Disini?" terus tangan itu turun ke leher dan lengan Haruna dan berakhir dipinggang ramping Haruna. "Katakan, Haruna?" tanyanya.

Why You? 🔚Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt