Why You - 36

6.9K 344 6
                                    

 

"Kau pikir apa yang sedang kau lakukan?"  Haruna menghentikan langkah untuk menuju ke kamarnya.

Beberapa saat lalu dirinya dan Davian pulang, ralat pulang karena paksaan Davian. Haruna ingin tinggal lebih lama di rumah panti milik Arvon, tapi Davian dengan segala kelicikannya memperdaya Haruna.

Sekarang waktu sudah menujukan pukul sembilan malam. Dalam perjalanan pulang tadi Davian sengaja berhenti untuk makan malam.

"Ke kamarku. Aku mengantuk dan ingin segera tidur." jawab Haruna. Tanpa menghiraukan Davian, ia kembali melangkah.

Namun sebuah tangan menarik lengannya dan tangan lain meraih pinggangnya. Tubuhnya membentur tubuh keras Davian. Dan... Bibirnya terasa panas seketika karena lumatan kasar dari Davian.

Haruna meronta, ia berusaha menjauhkan wajahnya karena tubuhnya sudah di kunci oleh pelukan Davian. Namun Davian bukan seseorang yang mudah mengalah apalagi mengasihani.

"Hent... Mmnn!!" protesan Haruna tentu saja menjadi kemenangan banyak bagi Davian karena itu merupakan kesempatannya untuk melesakan lidah ke dalam mulut Haruna.

Sial, manis sekali. Campuran aroma vanila latte yang Haruna minum tadi masih ia rasakan. Gawat!!!  Bibir Haruna adalah candu baginya. Ia terus melumat bibir mungil Haruna, tanpa memberikan kesempatan untuk gadis itu meraih pasokan udara.

Dan sekarang Davian bisa merasakan tubuh Haruna yang mulai melemah dalam pelukannya. Kalau saja Haruna tidak sedang ia pelukan, dapat dipastikan gadis itu akan terjatuh di lantai.

Dengan sedikit kesal Davian melepaskan ciumannya. Kalau saja bukan karena Haruna yang hampir kehabisan napas, Davian enggan untuk mengakhiri menikmati bibir Haruna.

Napas Haruna memburu. Ia terenggah, menghantarkan udara panas yang menghempas langsung ke wajah Davian. Matanya terpejam. Dan Davian menikmati semua reaksi Haruna.

Di mana dada Haruna yang naik turun untuk mengatur laju pernapasannya. Napas hangat perempuan itu yang menerpa wajahnya, matanya yang terpejam erat dan kulit wajahnya yang memerah karena berusaha mencari pasokan udara. Dan kulit Haruna terasa sangat halus.

Davian dengan lembut membelai pipi merona Haruna. Terasa seperti membelai kulit bayi. Halus dan kenyal. Davian suka.

"Kau... Mulai malam ini tidur di kamar yang sama denganku!" ucapan mutlak dari Davian sontak membuat Haruna membuka matanya.

"Ti-tidak mau." ucap Haruna terbata. Ia protes karena keputusan Davian tidak ada dalam perjanjian mereka.

"Harus mau!" desak Davian.

"Ini tidak ada dalam perjanjian, Davian!" bantah Haruna.

"Persetan dengan perjanjian itu. Kita suami istri, kau bukan bocah usia dua tahun yang tidak mengerti jika suami istri harus tidur dalam satu kamar!"

"Aku tidak sebodoh itu!"

"Sekarang masuk," Davian menarik Haruna. Hampir saja Haruna terjatuh karena kakinya masih bergetar akibat ciuman Davian tadi. Tapi ia beruntung karena Davian dengan cepat meraih tubuhnya.

"Kau... Jangan berbuat semaumu. Kau baru saja menghancurkan hatiku dengan meratakan panti dengan tanah dan mengusir mereka dari sana. Kau manusia paling tidak punya hati yang pernah aku temui. Dan sekarang kau memaksakan aku untuk tidur satu kamar denganmu?" protes Haruna.

Ia terpekik karena Davian mendorongnya ke ranjang. Ia ingin bangun, tapi Davian menariknya kembali berbaring dan memeluknya erat.

"Davian, lepaskan!!" desis Haruna kesal.

Why You? 🔚Where stories live. Discover now