Why You - 24

10.1K 432 13
                                    


Typo!!!

Rencana hanyalah tinggal rencana, saat Haruna dan Arvon siap berangkat menuju Time Square, hujan tiba-tiba turun dengan begitu lebatnya. Padahal Haruna sudah tidak sabar untuk jalan-jalan. Kapan lagi coba ia bisa keluar, kalau tidak sekarang.

Kalau mau menunggu Davian, jangan pernah berharap. Lelaki dingin dan kaku sepertinya mana tau istilah jalan-jalan, kalau pun ia jalan pasti harus bersama pasangannya dan menghamburkan uang banyak.

Bibir Haruna maju beberapa senti karena kesal membuat Arvon terkekeh geli.

Saat ini, Haruna, Arvon dan Lawrence sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton acara televisi dengan secangkir latte di tangan masing-masing.

Dua lelaki tampan itu duduk mengapit Haruna. Untung sofa tempat duduk mereka lumayan luar jadi tidak khawatir sempit.

"Hentikan mulut bebekmu itu, Haru. Kau terlihat sangat jelek," goda Arvon. "Lain kali kita bisa pergi kalau tidak hujan."

"Tapi kan aku mau hari ini," rajuk Haruna sambil sesekali menyesap latte hangatnya perlahan.

"Tadi kata Kak Haru tidak seru kalau menggunakan mobil," Lawrence bersuara.

"Iya, mana seru. Yang seru itu berjalan kaki sambil menikmati sore di tengah padatnya jalanan Time Square terus dilanjutkan menuju ke Broadway," jelas Haruna berapi.

"Tidak bisa hari ini berarti, kau lihat sendiri kita bahkan sudah dua jam lebih menunggu hujan reda," ujar Arvon. Lelaki itu tertawa kala melihat bibir Haruna semakin maju.

"Kak Haru imut ya Kak Ar, Kak Davi saja yang matanya di butakan sampai tidak bisa melihatnya," celetuk Lawrence.

Arvon mengangguk sambil menggodanya membuat Haruna memukul pelan lengan lelaki itu.

"Ya, Davian benar-benar bodoh, menyia-yiakan Haru, demi perempuan itu," kata Arvon.

"Dari awal aku memang tidak menyukainya. Entah apa yang Kak Davi lihat darinya," Lawrence menambahkan.

Haruna mengernyit bingung, siapa perempuan yang dimaksud oleh Arvon dan Lawrence. Lalu pikirannya tertuju pada Viona, perempuan yang ia jumpai kemarin, perempuan yang tiba-tiba memeluknya, perempuan yang membuat ia bingung serta penasaran.

"Apa maksud kalian adalah Viona? Apa dia kekasihnya Davian?" tanya Haruna pada akhirnya cukup menimbulkan kerutan pada dahi Arvon dan Lawrence.

"Kakak tau dari mana?" tanya Lawrence cepat.

"Aku bertemu dengannya kemarin. Dia tiba-tiba datang terus memelukku. Pada awalnya aku bingung karena dia tau namaku dan aku istri Davian, namun saat Davian tiba di kantor Viona langsung memeluknya. Dari sana aku berpikir kalau mereka pasti menjalin hubungan lebih dari sekedar teman,"

Lawrence mendesah pelan.

"Jangan terlalu dekat dengannya!" ultimatum dari Arvon.

"Kenapa?" tanya Haruna cepat di sela kebingungannya.

"Pokoknya jauhi saja, dia bukan wanita baik-baik. Hindari segera jika tidak sengaja bertemu dengannya atau jika dia menghampiri Kak Haru, basa basi saja sedikit setelah itu lebih baik menjauh!" ucap Lawrence panjang lebar.

Meski sedikit bingung dan penasaran yang menggunung oleh berbagai pertanyaan berputar di otak Haruna, gadis itu tetap mengangguk. Dia bukan tipe gadis pemaksa atau suka ngambek karena tidak mendapatkan jawaban.

"Sudah, lupakan masalah itu. Oh ya, Law, bagaimana hubunganmu dengan gadis Jepang itu?" pertanyaan Arvon membuat Haruna teringat akan Mirai.

Dan ingatan Haruna kembali saat mereka di bar serta wajah terluka sahabatnya, Haruna tidak terlalu ingin ikut campur karena Mirai dan Lawrence sudah bisa berpikir dewasa namun Haruna juga cemas kala Mirai lepas kontrol.

"Ada apa sebenarnya yang terjadi diantara kalian? Mirai terlihat sangat terluka dan frustrasi waktu itu, Law?" Haruna bertanya.

Lawrence menghela napas sebelum menjawab, "dia memergoki aku tidur bersama seorang wanita, tapi demi tuhan, sumpah aku hanya di jebak. Wanita itu sudah lama menyukaiku dan dia memasukan obat tidur dalam minumanku lalu membawaku ke hotel. Aku tidak tau bagaimana bisa Mirai datang ke hotel, tapi yang jelas aku tidak tidur dengan wanita itu. Setelah Mirai pergi aku menginterogasi wanita itu dan mengancamnya. Beruntung wanita itu mau mengaku, tapi Mirai terlanjur membenciku."

Haruna dan Arvon mengangguk tanda paham.

"Kau sudah berbicara atau menjelaskan padanya?" tanya Arvon.

"Bagaimana bisa menjelaskan, Kak Ar, bertemu denganku saja dia tidak mau. Dia selalu menghindariku,"

"Nanti aku coba bicara pada Mirai," ucap Haruna yang membuat mata Lawrence berbinar.

"Mohon bantuannya Kak Haru,"

Haruna mengangguk. Lalu dia teringat jika sudah berjanji pada Cassie mau menjenguk keponakannya yang sakit.

"Ar, kita tidak jadi ke Time Square. Bagaimana kalau kita ke rumah sakit? Aku ingin menjenguk keponakan sahabatku yang sedang sakit,"

"Boleh,"

"Aku ikut ya," ujar Lawrence.

"Ayo sekarang saja kita berangkat," kata Arvon.

Haruna dan Lawrence mengangguk. Kemudian mereka beranjak dan menuju mobil Arvon, mereka sepakat ikut mobil Arvon karena Lawrence tadi datang bersama motornya. Lalu mereka juga berencana setelah dari rumah sakit akan langsung makan.

Namun ketika mereka membuka pintu Davian sudah berdiri menjulang di sana.

.

.

.

Davian segera memakai celana sesekali melirik pada Viona yang duduk di ranjang dengan selimut menutupi sebatas dadanya.

Wajah wanita itu tampak tidak rela jika Davian harus pergi meninggalkannya sekarang.

"Apa kau harus pergi sekarang?" tanya Viona, wajahnya merengut kesal.

"Ya, harus. Aku tidak bisa berlama-lama bersamamu karena Lawrence sudah tau jika kau datang ke sini,"

Viona berdecak kesal.

"Jangan bertingkah seperti itu. Kau sendiri yang mengabaikan peringatanku jadi kau harus menerima resikonya," Davian berjalan kearah Viona dan mengecup kening wanita itu. "Aku pergi." tanpa menunggu respon Viona, Davian langsung pergi.

Tujuannya adalah pulang, namun keningnya berkerut kala melihat mobil Arvon dan motor Lawrence terpakir di garasi rumah.

Davian segera turun dari mobil berjalan menuju pintu yang tiba-tiba terbuka dengan Haruna, Arvon dan Lawrence yang berniat keluar. Ketiganya tampak begitu akrab.

"Mau kemana?" Davian bertanya namun matanya tertuju pada sosok Haruna.

"Kami mau ke rumah sakit untuk menjenguk keponakan sahabat Kak Haru, Kak Dav," Lawrence yang menjawab.

"Ayo," ajak Arvon tanpa melihat reaksi Davian. Dia berjalan terlebih dahulu diikuti Haruna kemudian Lawrence.

"Aku ikut," ucapan Davian membuat tiga orang itu sontak menoleh ke belakang. "Dan Haruna masuk sekarang ke mobilku!"

TBC

Why You? 🔚Where stories live. Discover now