"Ini salah, Namjoon-ah... ini salah." Tubuh Yoongi bergetar hebat. Suara lirihnya berhasil membangkitkan jiwa rapuh adik-adiknya yang lain. Hoseok, Jungkook, Taehyung, Jimin dan bahkan Namjoon yang kini menarik sang hyung kedalam dekapannya pun tak luput dari tangis.

"Seokjin hyung masih ada bukan? Ia tak pernah pergi kemanapun."

"Dia bilang akan kembali, Namjoon-ah. Dia pernah berjanji padaku."

Namjoon tak bisa berkata apa-apa lagi selain mengeratkan pelukannya pada Yoongi. Ia juga sakit. Ia juga bahkan ikut menangis. Namun ia tahu sesakit apapun ia kini itu tak akan melebihi sakit seorang Min Yoongi. Lelaki bermarga Min itu memang terlihat paling pendiam. Ia terlihat paling tidak peduli. Tapi jika itu menyangkut keluarganya ia tak akan bisa lagi menggunakan topeng itu.

Terlebih seorang Kim Seokjin. Satu-satunya orang yang mengetahui seberapa rapuh jiwa Min Yoongi. Mereka sedekat itu. Meski kadang banyak terlihat tak akur karena kepribadiannya yang bertolak belakang. Tapi saat lelah, yang pertama Yoongi datangi adalah sang kakak. Saat sakit, hanya Seokjin yang ia cari. Saat tertekan pun, Seokjin lah satu-satunya yang bisa menjadi penenang diri.

Mereka sedekat itu. Sebagai member tertua mereka selalu berbagi tugas untuk menjadi dewasa. Menjaga dan mengurus member Bangtan dengan segala kasih yang mereka miliki. Namun sampai kapanpun saat hanya tersisa mereka berdua, Yoongi tetaplah adik dari seorang Kim Seokjin. Sedewasa apapun terlihatnya tapi Yoongi tetaplah adik yang masih membutuhkan kakaknya.

Kim Seokjin. Yoongi benar-benar tak bisa lagi mengekspresikan dirinya jika itu menyangkut sang kakak. Ia mulai merasa tubuhnya melemas dalam dekapan Namjoon tapi ia masih tak bisa membalas pelukan penguat yang adiknya ini berikan. Ia masih meyakini dalam hatinya bahwa itu semua salah. Hatinya terlampau yakin bahwa sang hyung tak mungkin pergi dan tak kembali.

Ia sadar Namjoon juga ikut menangis. Ia juga bisa dengan jelas mendengar isakan adik-adiknya yang lain. Ia bisa merasakan dekapan Namjoon semakin menguat pada tubuhnya. Tubuhnya bahkan bergetar semakin hebat dan air matanya pun semakin deras mengalir. Ia ingat perannya sebagai seorang kakak yang pernah Seokjin pesankan. Tapi jujur untuk saat ini Yoongi tak sanggup.

Bahkan untuk menggerakan tangannya membalas dekapan sang adik ia tak bisa. Ia hanya menangis. Rasanya jiwanya terlampau sakit. Rasanya hatinya sesak teramat sangat. Logika dan hatinya kembali berperang. Sebanyak apapun bukti. Sekuat apapun orang meyakinkannya, hatinya akan tetap teguh. Ia tak akan pernah percaya kabar itu. Ia yakin hatinya dan sang kakak terhubung terlampau kuat. Dan kini hati kecilnya itu terus membisikan bahwa semua bohong. Semua ini kekeliruan.

"Namjoon-ah... Seokjin hyung tak akan pergi seperti ini. Aku yakin. Tolong percayalah padaku."

"Seokjin hyung bilang dia akan terus mengawasi kita."

"Dia bilang dia tak akan pernah meninggalkan kita."

"Aku percaya hal itu, Namjoon-ah. Aku percaya, hiks..."

"Jadi kumohon kau juga percaya padaku."

"Hatiku yakin ini semua salah."

Namjoon melepas pelukannya saat ia rasa lirihan Yoongi semakin tak tentu arah. Ini hal yang sangat ia takutkan.

"HYUNG!" Namjoon mencengkram erat kedua bahu Yoongi. Ia memusatkan pandangannya pada mata Yoongi yang terlihat tak fokus, "Tatap aku sebentar saja."

형, 이렇게 아니야. (Hyung, It's Not Like This) √Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ