Sebenarnya, lebih baik jika ini benar-benar permainan karena ini begitu menyakitkan
Aku harus mengobati lukaku tetapi aku hanya bintang yang lain
Aku menyalahkan diriku karena tidak bisa sempurna
Menghentikan pikiranku, menghentikan langkahku, selalu
Aku ingin melakukan yang terbaik dan membuatmu tersenyum
*BTS – Jamais Vu*
***
Suasana hening masih menyelimuti keduanya. Koridor rumah sakit yang memang biasanya sepi kini hanya terisi dengan helaan nafas berat kedua namja yang kini masih saling terdiam. Berperang dengan pikirannya masing-masing. Mencoba mencari kata yang tepat untuk memulai juga mencoba mencari jalan dari semua masalah yang menimpa anak asuh mereka yang sudah mereka anggap seperti adik mereka sendiri.
Bangku tunggu didepan ruangan Jimin kini menjadi tempat keduanya terdiam. Menunduk dengan wajah yang sangat terlihat jelas menunjukan aura lesu juga frustasi.
“Hobeom-ah...” Manager Sejin mencoba memulai percakapan. Membuat Manager Hobeom menganggkat kepalanya yang sedari tadi menunduk menjadi menghadap pada Manager Sejin.
“Apa yang terjadi pada Jimin? Apa benar ia mengamuk karena Jin?”
Ya. Manager Sejin memang telah mengetahui perihal kesadaran Jimin lebih dulu dari member Bangtan, namun kenyataan yang mengiringi kabar bahagia itu seakan langsung membalikkan dunianya. Manager Hobeom telah menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupi dari awal Jimin tersadar sampai pada Jimin yang mengamuk dan diberikan obat tidur oleh dokter. Namun tadi dengan jelas ia mendengar bahwa kali ini Jimin diberikan obat penenang oleh sang dokter. Itu artinya Jimin telah berkali-kali mengamuk seperti tadi.
Helaan nafas panjang terdengar dari bibir Manager Hobeom. Anggukan juga kini menyusul menjadi jawaban atas pertanyaan yang tadi manager Sejin lontarkan.
“Aku sudah kehabisan ide lagi bagaimana harus menenangkan Jimin. dia terus saja berkata bahwa Jin sedang menunggunya dan dia harus segera menemui Jin. Kau tau, rasanya hatiku begitu hancur melihat mereka seperti ini...” setitik air mata kini telah jatuh dari netra Manager Hobeom.
“...Mereka yang biasanya selalu ceria, tertawa bersama, saling menjahili satu sama lain bahkan kadang kitapun dibuat menjadi sasaran kejahilan mereka... mereka... mereka selalu tersenyum apapun masalah yang menimpa mereka. Dulu saat mereka hampir saja terancam bubar, aku tak pernah melihat setitik air matapun yang menghiasi langkah mereka. Mereka terus tersenyum menghadapi semuanya dan akhirnya mereka bisa bangkit dan berhasil seperti sekarang ini. Tapi... tapi saat ini... untuk pertama kalinya aku melihat mereka sehancur ini. Untuk pertama kalinya aku melihat mereka pecah seperti ini. Untuk pertama kalinya aku tak bisa menemukan kebahagiaan dibalik pancaran mata mereka... aku hancur seiring dengan hancurnya mereka...” air mata itu kini semakin deras mengalir membasahi pipi manager Hobeom. Satu tepukan halus ia terima dari tangan hangat Manager Sejin.
Berbeda dengan Manager Heobeom, Manager Sejin terlihat lebih bisa menguasai emosinya. Tak ada air mata namun raut strees dan tertekan jelas terlihat dari sinar wajahnya.
“...Apalagi setelah melihat keadaan Jimin tadi. Seakan rasa bersalah kini kian membunuhku. Kita tahu semua kebenarannya tapi kita memilih menyembunyikannya hingga mereka menjadi hancur seperti ini. Bahkan kita sempat membuat rencana agar mereka membenci kakak kesayangan mereka itu. Meski akhirnya perasaan mereka memang telah jelas membuktikan bahwa sebesar apapun kebohongan yang kita buat, mereka akan bisa menemukan kebenarannya. Perasaan diantara mereka bertujuh terlampau kuat. Terikat dengan erat satu sama lain. terhubung begitu dekat meski kini jarak memisahkan mereka...”
YOU ARE READING
형, 이렇게 아니야. (Hyung, It's Not Like This) √
Fanfiction[Completed] "Ahh hyung... kurasa hidup kita lebih tenang saat hyung tidak ada..." celotehan pagi Taehyung membuat Jin yang sibuk membangunkan member BTS lainnya terdiam sesaat. "Ya mungkin. Tapi sebelum hyung benar benar pergi dari kalian, hyung h...
