"203" lirihnya dan kemudian dia melihat nomor di pintu. "Oh... di depan sana." Lanjutnya dan Devonna mempercepat langkah kakinya.

Saat dia sampai, Devonna langsung membuka pintu motelnya. Itu bukan ruangan yang besar ataupun juga cukup kecil. Suasananya begitu nyaman dengan penerangan yang sedikit redup. Kasur jenis king bed berseprai putih mengambil space paling banyak, diikuti dua nakas pada kiri dan kanan, lemari baju, serta buvet pernisan coklat yang menopang televisi LED di atasnya.

Devonna segera memasuki tempat itu , dia menutup pintunya kembali dan berjalan mendekati kasur. Bokongnya langsung menyentuh permukaan kasur yang empuk dan nyaman. Semua itu dapat tergambar pada wajahnya yang tersenyum lega.

Devonna melepas tas ranselnya dan memeriksa setiap bagian di ruangan. Ini sudah seperti kebiasannya. Dia mengambil remote televisi dari dalam laci buvet dan segera menyalakan televisi tersebut. Tayangan berita langsung muncul di awal dan Devonna tidak sama sekali terganggu untuk mengganti tayangannya. Dia berjalan mendekati kamar mandi, lokasinya dekat pintu keluar.

Terdapat satu wastafel dengan cermin yang menyatu menjadi kotak obat. Lalu shower dan juga water heater yang tersambung langsung pada shower tersebut. Devonna menutup kembali pintu kamar mandi. Dia berjalan mendekati gorden lebar dan besar yang menutupi sisi kiri ruang kamar. Ketika dia membukanya, terdapat sebuah pintu geser yang memberikan akses langsung kepada balkon dengan pemandangan kolam renang yang bersih dan juga pemandangan indah pegunungan. Senyuman terbentuk pada wajahnya. Rasa bangga menjadi seorang warga Montana sangat menguasai dirinya.

Devonna membuka pintu geser, udara sejuk membuat dia sedikit bergidik. Devonna memeluk tubuhnya dan bersandar pada pagar pembatas balkon yang terbuat dari kayu.

Joey masuk dan menutup pintunya lagi. Matanya langsung mengarah kepada Devonna yang berdiri di balkon sambil bersandar. Joey melepaskan tasnya dan membiarkannya bertemu dengan tas Devonna yang juga berada di atas lantai. Dia berjalan ke arah balkon dan berhenti di sebelah Devonna.

"Aku tak mengerti mengapa kau rela mengorbankan pemandangan indah seperti ini dengan pergi ke Denver." Ucap Joey.

Devonna tersenyum, matanya masih menatap ke arah pemandangan indah pegunungan di depan sana. "Aku tak pernah ingin meninggalkan Montana." jelas Devonna dan terdapat jeda cukup panjang. "Walaupun terdapat kenangan pahit, tapi Montana merupakan tempatku merasakan cinta dari orang yang aku sayang."

Joey mengambil nafas panjang. Dia melihat ke arah kolam renang. "Badanku sudah gatal untuk merendam di kolam renang." balas Joey yang sebenarnya mencoba untuk mengalihkan pembicaraan yang menyedihkan ini.

Joey kembali ke dalam kamar mereka, dia menoleh sedikit, melihat Devonna yang masih bersandar pada pagar pengaman di balkon kamar mereka. Joey membuka resleting tasnya, dia mengambil celana renang yang sudah ia siapkan.

"Hey Devonna." Seru Joey yang baru saja bergantian pakaian renang.

Devonna menoleh ke belakang, melihat Joey yang sedang berdiri di samping kasur sembari bertolak pinggang dengan senyum lebar di wajah tirusnya. Rambut hitamnya terkuncir dengan rapih.

"Ugh... gross." Lirih Devonna dengan nada jijik dan kening yang mengkerit.

Joey merentangkan kedua tangannya. "Kau seharusnya bersyukur bisa melihatku seperti ini. Ini pemandangan langka."

"Ya, begitu langkanya sehingga kau berada pada sampul depan majalah Animal Planet." Balas Devonna yang masih terlihat jijik.

Joey memperlihatkan wajah terkejutnya. Dia meletakkan salah satu tangannya di depan dadanya. "Ouch. Tapi aku tak peduli, aku ingin merasakan air dingin Montana saat ini. Kau yakin tak ingin ikut?"

Why Don't We? [alternative version NKOTS]Where stories live. Discover now