Why Don't We? [alternative version NKOTS]

Babak Dua: Langkah mundur yang berarti banyak

J O E Y P O V

Kau tahu ketika kau sudah berjalan di jalan yang salah untuk terlalu lama, kau akan beranggapan bahwa jalan yang salah itu sebenarnya merupakan jalan yang benar untukmu dan jalan yang benar merupakan jalan yang salah. Seperti pengertian dari seluruh plot cerita dalam film Inception yang menurutku terlalu dibesar-besarkan padahal bagiku itu biasa saja.

Aku mengerti jika kalian ingin menyerangku dan mengatakan bahwa "Inception itu film hebat! Kau tak punya selera, Joey payah sekali." Maka silahkan saja, aku akan tetap pada pendirianku, bahwa film itu tak menarik untukku dan tidak meninggalkan impresi yang berkesan di otakku kecuali Ellen Page dengan penampilannya yang sangat minim sekali, padahal kunci dari semua plot film itu berhasil adalah karakter yang dimainkan oleh Ellen Page.

Aku berjalan melewati koridor sekolah sambil menatap anak-anak yang melihatku dengan aneh. Beberapa ada yang berbisik dengan teman mereka. Aku hanya terdiam dan mencoba untuk tidak peduli apapun yang mereka lakukan kepadaku.

"Jangan lupa, Kamis minggu besok kita akan mengadakan camping." Jelas anak lelaki berseragam pramuka sembari memberikan lembaran kertas kepada setiap anak-anak di lorong. Dia berhenti di depanku. "Penampilan baru yang bagus Joey. Ini... jangan lupa." Jelas dia memberikan aku flyer tentang acara camping dan kemudian berjalan melaluiku.

Aku menatap lembaran flyer itu dan sedetik kemudian, aku meremukannya dan membuang kertas itu ke lantai sekolah.

Aku kini berdiri di depan loker dan membukanya, mengambil beberapa buku penting saja dari dalam sana. Ugh, semuanya begitu berdebu disini, bahkan hidungku terasa begitu gatal. Dengan cepat aku memasukkan buku-buku itu ke dalam tasku dan ketika aku menutup pintu, aku melihat pembina lomba sains ilmiah yang berjalan mendekatiku, dia tampak mantap dengan langkah yang diambil. Namanya Franz dia lelaki Amerika-Filipina, sudah beristiri. Banyak guru wanita yang suka sekali menggoda dirinya karena dia masih muda. Tetapi walaupun begitu Franz sangat tegas.

"Halo Joey, aku mendapat kabar dari dua temanmu... kau jarang ikut latihan." Jelasnya ketika berada di depanku beberapa sentimeter saja, tapi itu tak begitu cukup untuk membuat kalian mengatakan bahwa aku mempunyai hubungan bromance dengan dirinya. "Kemarin juga guru biologimu bilang kau jarang ikut latihan."

Aku tersenyum. "Banyak urusan yang lebih penting daripada itu belakangan ini."

"Joey, aku ingatkan kepadamu. Bukan aku yang menarikmu masuk ke dalam grup belajar ini. Kepala sekolah yang melakukannya sendiri dan itu artinya kau tak bisa seenaknya untuk tak ikut setiap sesi latihan. Bahkan kau jarang mendatangi Devonna."

"Aku tak merasa harus mendatanginya, kami mempunyai sesuatu yang tak sama dan kau tahu akibatnya." Jelasku lalu mengadahkan wajahku sedikit ke atas, memperlihatkan sebuah bekas kebiruan yang masih samar-samar di leherku layaknya kalung emas berhiaskan permata seperti kegemaran para rapper Amerika. "Ini bukanlah cendramata dari Malibu, aku mendapatkannya di lantai dingin cafetaria sekolah kita dan itu hanya dari satu-satunya Devonna Lawrance."

Franz mendesah. "Bagaimanapun kau harus ikut belajar kelompok, itu penting untuk mengasah daya kerja sama dan otakmu. Hari ini ada kelompok belajar bersama, lebih baik kau menemui mereka semua. Aku akan bilang kepada Jackson untuk selalu memonitormu."

Aku hanya tersenyum sembari melihat Franz berlalu. Aku menggeleng kepalaku pelan dan mendengus sambil tertawa kecil. "Ya silahkan, aku selalu menyimpan banyak cara untuk menghindar di dalam saku celanaku."

-oOo-

Pulang sekolah, aku berjalan bersama dengan Jackson, dia ternyata sudah menunggu diriku di depan kelas dan tidak jauh dari sana, terdapat Franz yang sedang melihat kami berdua sambil melipat kedua tangannya di depan tubuhnya. Aku tak dapat melakukan apapun selain ikut saja dengan Jackson dan kini kami hendak berjalan keluar dari gedung sekolah.