52 | 🥀 Menguak Fakta ⚘

306 18 2
                                    

Sekitar dua jam lebih berlangsungnya pembelajaran, Nata sama sekali tak fokus mendengar apa yang dijelaskan Bu Hesty. Kepalanya justru dipenuhi bayang-bayang kejadian kemarin, dimana terbongkarnya fakta hubungan abangnya dengan Namira.

Yang ada di dalam otak Nata hanyalah menemui Bima, memberitahu lelaki itu tentang Namira yang tidak sepenuh hati menjadi kekasihnya. Seharusnya dia tidak usah perduli dan ikut campur, namun lagi-lagi hatinya menolak kasar hal itu, merasa ikut sakit hati tahu Bima hanya dimafaatkan oleh Namira meskipun tujuannya baik agar Daren tidak lagi terluka.

Saat ini Nata dan ketiga sahabatnya berjalan beriringan menuju kantin sekolah, dengan sesekali tertawa melihat tingkah Ina yang cengar-cengir bak orang bodoh, setiap kali berpapasan dengan adik kelas tampan nan menggoda iman. Jika saja tidak memikirkan reputasi, sudah Dara pastikan dia akan menjedotkan kepala Ina pada tembok kelas agar gadis itu sadar.

Tinggal beberapa meter lagi sampai ke kantin, Nata justru mengghentikan langkahnya saat manik cokelatanya menangkap Namira dan Bima duduk bersebelahan di kursi panjang kelas sepuluh IPS empat.

Gue bakalan buka kedok lo Ra! Gue gak bisa diem aja liat lo cuman mainin perasaan Bima dan nyakitin perasaan abang gue. Nata langsung berbalik arah, berbelok ke kiri berjalan menuju Namira dan Bima.

Merasa ada yang janggal, Dara, Ina, dan juga Megan menoleh ke samping tempat Nata tadi berjalan beriringan. Ketiganya langsung melongo kala tak mendapati Nata di sana. Setelah saling melempar tatapan tanya kurang lebih lima detik, mereka bertiga kompak menoleh ke arah kiri dan tepat menemukan Nata sedang berjalan tergesa menuju Bima dan juga Namira.

"Pertunjukan seru nih, Dar!" Bisik Ina girang, langsung mendapat sentilan pedas di dahinya dari Dara. Sahabatnya sedang panas, dia malah bahagia. Sarap memang!

Berdiri tepat di hadapan Bima dan Namira, Nata bersuara. "Gue mau ngomong sama elo Bim." Lelaki itu mendongak, menatap Nata dengan satu alisnya terangkat sedikit terkejut dengan kedatangan Nata yang tiba-tiba.

Bangkit dari duduknya, Bima menatap penuh Nata dengan satu tangannya dia masukan ke dalam saku celana, terlihat sok cool di mata Nata. "Mau ngomong apa? Kalo gak penting mending gak usah, deh! Gue gak ada waktu buat ladenin lo." Seketika wajah Nata memerah, mulai terpancing emosi dengan perkataan lelaki itu.

Memejamkan matanya sebentar, Nata coba mengontrol diri agar tidak kelepasan. "Gue cuman mau kasih tau lo, kalo cewek lo itu gak serius cinta sama elo. Asal lo tau, dia mau pacaran sama lo cuman biar lo gak ngusik Daren lagi. Dan sampek sekarang, dia masih cinta sama sama Daren." Namira langsung bangkit, beralih berdiri di samping Bima dengan detak jantung berdegub kencang ketakutan.

Kedua tangan Bima mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Rahangnya mengeras diikuti alisnya yang menukik tajam, serta netra hitam legamnya semakin menggelap menyiratkan dirinya tengah diliputi amarah. Jika saja Nata laki-laki, Bima pastikan satu bogeman mentahnya dia layangkan pada bibir lemes Nata yang seenak jidat menjelek-jelekan Namira-nya.

"Jaga omongan lo, bitch! Gak usah jelek-jelekin Namira di depan gue! Karna apa? Gue gak akan percaya sama omong kosong lo. Satu lagi, lo gak punya bukti apapun soal ini, jadi jangan nuduh Namira sembarangan. Ngerti?!" Bukannya takut dengan nada tegas Bima, Nata malah menyemburkan tawa hambar dengan mata memicing melirik sinis Namira.

"Ngapain gue harus repot-repot bawa bukti kalo orangnya aja ada di sini? Lo bisa dengerin langsung dari mulut dia." Dagu Nata terangkat menunjuk Namira. Gadis itu menunduk, tak berani menatap Nata. Bahkan tangannya kini menggandeng lengan Bima, membuat lelaki itu beralih menatapnya dengan sorot lembut menenangkan.

"Gue kan udah bilang, gue gak akan percaya sama omongan lo bitch!" Mengaitkan jari-jemarinya dengan Namira, Bima melenggang membawa gadis itu pergi meninggalkan Nata. Bima tak perduli jika kalimatnya menyinggung Nata ataupun menyakiti hati gadis itu, meskipun terselip sedikit rasa perih di dadanya kala melihat sorot kecewa Nata.

Because I Love You (Completed)Where stories live. Discover now