43 | 🥀 Abang? ⚘

313 19 18
                                    

Vote dulu baru baca! 👌

****

Megan berjalan menyusuri koridor sekolah. Dia celingukan ke kanan dan kiri seperti mencari seseorang. Berulang kali gadis itu berdecak sambil terus melangkah dengan mata menelisik setiap celah yang dilewatinya. "Si Nata kemana, sih? Daritadi gue cariin gak ketemu-temu!" Megan berkacak pinggang menggerutu sebal.

"Nyari siapa Me?" Tanya seorang siswi di ambang pintu kelas sebelas IPS satu kala melihat Megan mondar mandir dengan raut bingung seperti mencari seseorang.

Megan menoleh, lalu mendekat kearah siswi itu. "Gue cariin Si Nata! Lo tau gak Rin, dia dimana?"

"Bukannya Nata pulang. Tadi gue liat dia nangis-nangis, abis putus sama Bima," jawab siswi itu yang bernama Rini. Sontak Megan menganga lebar mendengar penuturan gadis itu.

"Yakali putus! Lo tau dari Siapa?" Tanya Megan dengan alis bertaut tak percaya. Mana mungkin putus, mereka berdua saja terlihat akur dan kini tampak romantis.

"Kata Giska, dia tadi ngeliat sendiri di kelasnya Bima."

Rini tadi memang melihat sekilas namun jelas saat Nata berlarian di koridor sambil menangis kala dirinya berada di kelas. Awalnya dia bingung dan bertanya-tanya apa yang terjadi pada Nata. Namun tak lama kemudian teman sebangkunya--- Giska, mengatakan bahwa Nata putus dengan Bima.

Rini tak percaya begitu saja, tapi Giska langsung menjelaskan saat dirinya tak sengaja melewati kelas Bima dia mendengar suara ribut-ribut. Karena penasaran, Giska langsung mengintip dari balik kaca jendela dan menemukan Bima dan Nata saling adu mulut. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas, Giska menonton pertengkaran Bima dan Nata hingga selesai untuk bahan gosipnya. Ketika Nata hendak melangkah keluar kelas baru Giska lari terbirit-birit menuju kelasnya dan langsung bercerita pada Rini.

Setelah mengucapkan terimakasih pada Rini, Megan langsung mengambil langkah seribu menuju kelas Bima. Tepat di depan pintu kelas, Megan mengintip dari celah kecil memastikan keadaan apakah aman untuk dirinya melabrak Bima. Di dalam sana hanya ada Bayu, Angga, Aldi, dan beberapa siswi perempuan yang asyik menggosip. Lumayan aman, Megan langsung masuk begitu saja tanpa permisi.

"Bima mana?" Tanyanya langsung dengan nada datar membuat beberapa dari mereka tersentak lalu menoleh menatapnya kaget bercampur bingung.

Angga dan Aldi saling melempar pandang, begitu juga dengan tiga orang siswi di kursi depan. Mereka bungkam, tidak berani menjawab pertanyaan Megan kala gadis itu melayangkan sorot tajam serta aura yang sedikit mencekam. Sementara di kursi kedua dari belakang, Bayu sudah panas dingin dengan bulir-bulir keringat mulai membasahi pelipisnya karena cemas akan diberondong rentetan pertanyaan Sang pacar.

Tidak ada jawaban, Megan mengedarkan pandangan lalu berhenti pada satu titik yaitu--- Bayu. Lelaki itu langsung melotot kemudian buru-buru membuang muka menghadap tembok. Sungguh, jantung Bayu kini bedegub kencang seperti habis melihat setan.

"Aku disini Bay! Ngapain ngadep tembok? Aku mau ngomong sama kamu, loh!" Kata Megan santai namun terdengar penuh ancaman dan bahaya di telinga Bayu.

Megan melangkah mendekati Bayu, kemudian mengambil duduk di sebelah lelaki itu. Merasa kursi di sampingnya telah tempati Megan, dengan berat hati Bayu memutar pelan kepalanya menghadap penuh Sang pacar dengan wajah pias. Dia menyunggingkan senyum lebar terlihat terpaksa di mata Megan.

"Gausah senyum-senyum! Aku gak butuh," ketusnya kesal. Angga dan Aldi langsung cekikikan di bangku depan, sementara Bayu--- lelaki itu langsung memberenggut dengan raut masam. Susah memang kalau punya pacar galak macam Megan, apa-apa berasa tak pernah benar.

Because I Love You (Completed)Where stories live. Discover now