39 | 🥀 Kenyataan Pahit ⚘

263 19 20
                                    

Rumah Bima tampak sepi, Sandra dan Amzar--- Ayah Bima, pergi ke rumah sakit menjenguk Namira yang telah sadar dari koma setelah Sang putra mengabari via telepon. Mereka berdua tampak terburu-buru pergi ke rumah sakit, bahkan Amzar yang baru pulang dari kantor langsung di seret Sang istri--- Sandra menjenguk Namira tanpa memberi ruang untuk Sang suami beristirahat.

Nadia--- adik Bima, gadis itu duduk sendirian di sofa ruang tamu. Dia memutuskan tinggal di rumah saja dengan alasan tak enak badan agar kedua orangtua-nya tak memaksa dirinya ikut ke rumah sakit. Nadia bukannya tak senang Namira sudah sadar, dia bahagia, tapi--- Nadia memikirkan Nata. Padahal baru sekali Nadia bertemu Nata, namun gadis itu nampaknya sangat menyayangi Nata hingga tak tega melihat gadis itu hanya dijadikan mainan Sang kakak.

Namira sadar, itu artinya Nata sebentar lagi akan ditinggalkan Bima. Nadia mengetukan jari-jemarinya di atas ponsel, gadis itu berniat mengajak bertemu Nata. Dia akan memberitahu semua kebenaran pada Nata yang mungkin akan menyakiti hati gadis itu. Menurut Nadia, sakit di awal itu jauh lebih baik ketimbang Nata jatuh terlalu dalam pada Bima, hingga harus mengetahui fakta diakhir cerita.

Karena hal itu akan jauh lebih pedih.

"Aku gak bisa diem aja, aku gak mau Kak Nata semakin cinta sama Kak Bima, sedangkan Si brengsek udah bahagia sama Princes-nya yang sadar dari koma." Nadia beranjak dari duduknya, lalu meraih slim bag di atas meja, kemudian bergegas keluar rumah.

Nadia sudah mengirimkan pesan pada Nata tempat untuk mereka berdua bertemu. Karena hari yang mulai beranjak malam, Nadia memutuskan meminta bantuan pada sopir pribadi keluarga untuk mengantarnya.

****

Taksi berhenti tepat di depan Natasya's cafe, terlihat seorang gadis cantik tampak terburu-buru keluar dari mobil itu. Dia berjalan memasuki cafe, gadis itu menyusuri seluruh penjuru tempat itu seperti sedang mencari seseorang. Senyum tipis tersungging di bibir gadis itu--- yang tak lain adalah Nata, ketika maniknya menemukan seorang gadis abg duduk di meja sudut, melambaikan tangan kearah dirinya.

Menarik kursi di seberang Nadia, Nata mendudukan dirinya, kemudian meletakan slim bag ke atas meja. "Maaf, kak Nata lama, ya?" Gadis itu langsung menggeleng, Nata membuang napas lega.

"Iya nggak-papa, Kak. Nadia juga baru sampek kok," jawab Nadia dengan senyum tipis, tampak cantik di mata Nata.

"Bagus deh kalo gitu. Btw, kamu mau ngomongin apa? Tumben ngajak ketemu. Kayaknya serius banget." Nata langsung to the point. Gadis itu tak ingin berbasa-basi terlalu lama, memesan makan atau minum saja tak Nata lakukan. Dia terlalu penasaran akan maksud Nadia yang mendadak memaksanya bertemu.

"Soal Kak Bima." Mata gadis itu terlihat sendu, Nata jadi semakin penasaran bercampur bingung. Kenapa Nadia sedih? Kemana senyum ceria gadis itu?

Kening Nata berkerut, alis gadis itu tampak saling bertaut. "Maksudnya?" Nadia menunduk, Nata semakin tak mengerti.

Mengambil napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya lewat mulut, Nadia melakukan hal itu berkali-kali. Lidah gadis itu terasa kelu, tiba-tiba Nadia merasa tak sanggup bercerita pada Nata. Namun hal itu tidak bisa dibiarkan terlalu lama, dia harus bicara, Nadia harus bisa.

Nadia menatap lekat-lekat manik cokelat Nata, gadis itu seakan menyalurkan kekuatan pada Nata untuk mendengar kalimatnya. "Jadi sebenernya, kak Bima itu udah punya pacar sebelum kak Nata."

Degub jantung Nata mendadak memompa tak normal, gadis itu mencoba tenang. Setiap orang pasti punya masa lalu, apalagi lelaki tampan macam Bima tak mungkin jika tidak mempunyai pasangan sebelum dirinya. Nata anggap ini bukan masalah serius, tidak seharusnya dia cemas.

Because I Love You (Completed)Where stories live. Discover now