44 | 🥀 Confused ⚘

326 20 19
                                    

Rumah sakit Medika tampak ramai seperti biasanya. Banyak diantara mereka hendak menjenguk ataupun menunggu kerabatnya untuk sekedar periksa kesehatan maupun menjalani rawat inap disana, termasuk Daren. Lelaki itu tampak melenggang santai menuju ruang rawat Namira yang telah dipindah ke ruang melati nomor kosong tujuh.

Ceklek!

Suara lirih pintu terbuka menyadarkan Namira dari lamunannya. Gadis itu membulatkan mata hingga mengerjab beberapa kali memastikan apa yang dilihatnya  adalah nyata. "Daren," lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

Senyuman tipis tersungging di bibir Daren. Dia menarik kursi di samping ranjang Namira kemudian mendudukinya. "Udah baikan?" Tidak ada jawaban dari Namira. Dia malah melongo menatap Daren.

"Ini beneran Daren, kan?" Tanyanya sambil mengelus sebelah pipi Daren.

"Bukan, ini Purnomo." Daren terkekeh ringan sambil menggenggam tangan mungil di sisi wajahnya.

Merasa kesal dengan jawaban Daren, Namira beralih mencubit pipi lelaki itu yang semula dia elus dengan sayang berganti pelintiran pedas hingga Sang empunya mengaduh kesakitan.

"Aish! Sakit Ra! Baru juga ketemu, udah main fisik kamu," protesnya sambil mengelus sayang pipinya yang memerah.

Berdesis kesal, Namira memberenggut. "Lagian orang ditanya serius jawabnya malah bercanda, kan aku kesel." Lagi, Daren terkekeh. Namira makin mengerucutkan bibirnya.

Satu cubitan gemas mendarat di pipi kiri Namira membuat lengkungan tipis terlukis di bibir gadis itu. Daren menangkup kedua pipi Namira, menatap lekat-lekat manik gadis itu dengan sorot teduh penuh kasih sayang dan cinta. "Gak kangen?"

Sejenak Namira larut dengan tatapan Daren, sebelum akhirnya dia sadar kemudian berdeham pelan menormalkan ekspresinya. "He.em, banget."

Entah untuk keberapa kali Daren terkekeh karena Namira. Nada manja gadis itu benar-benar menjadi moodboster-nya. Langsung Daren menarik Namira dalam pelukan hangatnya sambil menumpukan dagu pada pucuk kepala gadis itu, tak lupa mengecup-nya sekilas. Perlakuan manis Daren membuat Namira dengan senang hati membalas rengkuhan lelaki itu.

"Tau darimana aku udah sadar?" Rasa penasaran membuat Namira tak tahan menanyakan hal itu pada Daren. Dia semakin menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Daren. Dia rindu lelaki itu, dia rindu pelukan ini.

"Aku punya banyak temen Ra. Jangankan cuman kayak gini, kapan kamu buang angin aja aku tau. Aku mantau kamu terus, cuman yah ... dari jauh. Kalo deket-deket yang ada malah kena bogem sama pacar kamu." Cubitan lagi-lagi mendarat pada perut Daren dari Namira. Dia kesal dengan ucapan lelaki itu.

"Kok dicubit, sih? Kan bener. Aku liat sendiri loh, kemarin. Kayaknya kamu udah cinta sama dia, sampek peluk-peluk, cium-cium, pakek bilang kangen lagi!" Terdengar jelas nada tak suka dan tak terima dari ucapan Daren. Bahkan kini lelaki itu melonggarkan pelukannya, menatap Namira dengan sorot redup.

Sejenak Namira tertegun coba mencerna ucapan Daren. Rasa bersalah terbesit di hati Namira kala menyadari apa yang telah dilakukannya terhadap Daren selama ini. Pasti lelaki itu kecewa karena sikap juga keputusannya yang tampak egois, juga tidak memikirkan perasaan Daren-nya. Aku jahat banget gak sih, udah ninggalin Daren terus pacaran sama Bima?

Sadar dengan perubahan sikap Namira, Daren langsung mengumpati dirinya sendiri yang sering berbicara tanpa memikirkan perasaan lawannya hingga membuat gadis yang dia cintai tampak sedih dengan sorot mata sendu. "Maaf, aku gak maksud git----"

"Ngapain minta maaf? Kamu gak salah, tapi aku yang salah. Maaf, aku udah putusin kamu gitu aja terus malah pacaran sama Bima. Tapi serius, aku gak cinta sama dia. Dari dulu sampek sekarang perasaan aku ke Bima hanya sebatas sayang sebagai sahabat doang, gak lebih." Namira menggenggam erat kedua tangan Daren menyiratkan kesungguhan.

Because I Love You (Completed)Kde žijí příběhy. Začni objevovat