47 | 🥀 Siswi Baru? ⚘

Start from the beginning
                                    

Nata menoleh, menatap Megan masih dengan raut terkejut. "Namira Kak! Itu Namira!" Serunya membuat Megan tertegun sejenak.

Dia coba menerka. Namira? Namira siapa? Nam--- ehh, Namiranya Abang!

Mata Megan membulat sempurna. "Itu Namira yang dijenguk Daren?" Dia menepuk keras pundak Nata saking kagetnya.

Nata berdecak pelan sambil mengelus bahunya yang memanas akibat ulah Megan. "Iya Kak, iya! Tapi gak usah nepuk juga kali! Cukup hati gue aja yang sakit, bahu gue jangan."

Toyoran keras langsung Megan layangkan pada dahi Nata. "Apaan sih, lo! Gue tuh serius Nat. Please ya, sekarang bukan waktu yang tepat buat ngebucin." Tak terima dengan perlakuan Kakaknya, Nata menjitak keras kepala Megan sebagai balasan hingga dia mengaduh.

"Lo----"

"Megan! Nata! Jangan bikin rusuh di kelas saya, atau kalian keluar sekarang juga!"

Mulut Megan terkatup rapat, tak jadi melontarkan omelan untuk Nata. Jika Bu Hesti sudah membentak seperti ini, tandanya beliau marah besar dan nilainya yang akan jadi taruhan selama satu semester ke depan. Sementara Nata, gadis itu hanya menyengir kaku sambil menggaruk belakang lehernya ketika menjadi pusat perhatian teman sekelasnya. Diantara mereka bahkan ada yang terang-terangan menertawakan Megan juga Nata, membuat keduanya merasa malu.

"Baik anak-anak, di samping Ibu ini adalah teman baru kalian. Ibu harap kalian semua bisa membantu Namira agar betah sekolah di tempat kita. Dan Namira, silakan perkenalkan diri kamu." Bu Hesti menoleh menatap lembut Namira, dibalas anggukan kecil oleh gadis itu.

Namira maju selangkah, kemudian bersuara. "Hallo! Kenalin, aku Namira Aretina Salvia. Kalian bisa panggil Ara aja biar lebih akrab." Senyuman tipis menjadi akhir sesi perkenalan Namira, menimbulkan kegaduhan dari para siswa.

"Ya Rabb! cantik amat dedek emesnya babang Rio." Namira terkekeh pelan  mendengar celetukan lelaki berjambul di bangku depan.

Sementara Rio, dia kelonjotan di tempat menatap kemanisan paras Namira ketika gadis itu tertawa. Sungguh nikmat luar biasa yang patut dia abadikan dengan tumpengan di rumahnya.

"Muka lo nyet! Kagak pantes jadi Abangnya si Ara. Cocokan juga jadi babunya dia."

"Bwahahahahaha." Seisi kelas sontak tertawa mendengar sahutan Farren. Lelaki itu memang benar, tampang-tampang seperti Rio memang pantas menjadi kacung. Kemungkinan paling baik sih, mentok jadi satpam komplek.

"Sudah-sudah! Pelajaran akan segera Ibu mulai. Namira, silakan duduk di bangku kosong dibarisan kedua dari belakang deret kedua." Dengan patuhnya Namira mengangguk, kemudian melangkah menuju bangku yang di tunjuk Bu Hesti.

"Sekarang buka buku paket halaman 97, kerjakan soal tengah semester yang pilihan ganda saja."

****

Suara nyaring bel menjadi tanda berakhirnya jam pelajaran pertama. Bu Hesti mulai merapikan alat tulisnya, kemudian mengucap salam sebagai penutup pembelajaran.

Hampir seluruh siswa siswi kelas sebelas IPA satu berhamburan keluar kelas. Ada yang menuju kantin, namun sebagian siswinya justru pergi ke perpustakaan sekedar menumpang wifi untuk membuka akun sosial media masing-masing, hingga fangirl oppa-oppa Korea idaman kaum hawa.

Lumayan, bisa hemat kuota sekaligus memuaskan mata melihat betapa kinclong serta menggodanya wajah mulus mereka. Eits, jangan lupakan perut kotak-kotak mulai dari six pack sampai eight pack yang mampu membuat ngiler bagi siapa saja yang melihatnya. Belum lagi bibir merah cherry kiss-able mereka yang amat menggoda iman, hingga serasa runtuh setiap kali mereka berpose sexy.

Because I Love You (Completed)Where stories live. Discover now