46 | 🥀 Apa-Apaan ini? ⚘

Start bij het begin
                                    

Keadaan berbeda ada pada Nata. Gadis itu hanya diam mendengar suara keras Angga seolah tak terganggu sama sekali. Saat ini dia hanya menepati janjinya pada diri sendiri, bersikap bodo amat dan cuek dengan segala tingkah Bima. Dia berusaha baik-baik saja, meskipun nyatanya dia kecewa.

"Gue gak suka sama dia, Ngga! Jadi terserah gue lah mau bersikap kayak gimana." Mata sinis Bima kembali melirik netra cokelat Nata. Tanpa diduga, rasa sesak kembali menyelimuti dada Nata.

"Lo tuh egois atau begok sih, hah?! Lo udah pacarin Nata, bikin dia cinta, dan sekarang lo bersikap seolah-olah dia bukan siapa-siapa!" Bentakan kembali Angga layangkan pada Bima. Napasnya memburu, dia sangat emosi menghadapi sifat keras kepala Bima.

Angga akui, dirinya sempat tak perduli pada rencana Bima juga perasaan Nata. Dulu ketika Bima bilang akan mempermainkan Nata, dia tak terlalu merespon meskipun sempat melarang. Pada saat tahu Namira sadar pun dirinya santai-santai saja, bahkan hanya Aldi dan sesekali Bayu yang melayangkan protes saat Bima akan meninggalkan Nata.

Namun kini Angga telah berpihak pada Nata. Dia melihat sendiri betapa baiknya hati Nata, juga tulusnya cinta gadis itu pada Bima meskipun sahabatnya telah menyakitinya. Tadi, saat mendapat perlakuan buruk Bima pun gadis itu hanya diam. Dia memilih mengalah, walaupun sebenarnya Angga tahu bahwa Nata marah dan kecewa.

"Apaan sih, Ngga. Lo kenapa jadi gini? Udah dicuci otak lo sama Nata?" Nada suara Bima memang terdengar santai, namun berbeda arti di telinga Angga. Ingin sekali dia mencekik sahabatnya itu, hingga membenturkan kepalanya pada tembok agar cepat sadar.

"Heh, bego! Lo tuh salah Njing! Pakek otak lo Bim! Pakek woy!" Toyoran kasar, Angga layangkan pada dahi Bima seakan lupa akan kondisi lelaki itu. Dia sangat emosi hingga wajahnya memerah dengan otot-ototnya yang mulai menegang.

Bertopang dagu dengan raut malas, Nata memilih duduk diam menonton aksi Angga yang berusaha membela dirinya. Dia bersyukur teman-teman Bima peduli padanya, sampai adu mulut dengan lelaki itu tak terima dirinya diperlakukan semena-mena.

"Udahlah Ngga! Gak usah banyak bacot deh! Ngapain lo bela-belain tuh cewek bitch? Bilangnya cinta, tapi dalam waktu kurang dari tigapuluh menit udah pelukan mesra sama cowok lain." Netra hitam legamnya melirik sinis Nata, diikuti senyum tipis penuh ejekan.

Mulut Nata terbuka lebar mendengar sindiran Bima. Dia langsung berdiri, kemudian menghampiri brankar lelaki itu dengan langkah lebar. Ini tidak bisa dibiarkan, sedari tadi dia sudah berusaha memendam semua rasa kesal, marah, juga emosinya. Namun sepertinya Bima memang niat memancing amarahnya agar meluap saat ini juga.

"Maksud omongan lo apa, ya? Daritadi gue udah diem aja loh, gak cari perkara sama elo. Ketika lo bersikap kasar pun, gue masih diem. Tapi gue gak terima lo katain bitch! Atas dasar apa, lo nge-judge gue serendah itu?" Sebisa mungkin Nata merendahkan intonasi suaranya. Dia sadar akan kondisi Bima yang masih lemah dan pucat.

Bima terkekeh pelan, kemudian menyahut. "Lo Pikun atau pura-pura lupa? Kemaren abis mutusin gue kemana? Nemuin Daren, kan? Terus peluk-pelukan. So, gue gak salah dong nge-judge lo sebagai bitch!"

Dada Nata naik turun cepat akibat emosi yang memuncak. Napasnya memburu dengan kedua tangan terkepal kuat hingga buku-buku tangannya memutih. Tak tega melihat Nata, Angga menghampiri gadis itu mengelus lembut pundaknya berusaha menenangkan agar tidak terbawa emosi. Meskipun dirinya sendiri pun ingin sekali menampar bibir Bima dengan hels tigapuluh cm milik Dara.

"Lo gak tau apa-apa soal gue sama Daren, dan sekarang dengan seenak jidat lo ngejudge gue bitch? Mikir dong Bim, mikir! Otak lo masih ada, kan?" Mata Nata memicing menatap tajam Bima. Dia tak bisa lagi menahan amarahnya.

Because I Love You (Completed)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu